Penerapan Ilmu Palinologi dalam Madu di Bandung dan Sekitarnya

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami

BANDUNG, itb.ac.id—Serial webinar Teknik Geologi ITB bertajuk Geologi ITB Menyapa hadir kembali dengan episode barunya. Pada episode ke-20, ini mengangkat sisi lain dari Geologi yang banyak orang tidak tah yakni mengenai “Aplikasi Melisopalinologi pada Madu Lokal di Jawa Barat”. Acara berlangsung secara virtual melalui Zoom pada Sabtu (6/11/2021).

Pada serial webinar ini, materi disampaikan oleh Dosen Teknik Geologi ITB Dr.rer.nat. Ir. Maria Sekar Proborukmi, S.T, M.Sc. Bekerja dalam kelompok keahlian Paleontologi dan Geologi Kuarter, rekam jejaknya dalam ilmu Palinologi sudah tidak diragukan lagi.

Webinar dibuka dengan sambutan oleh Ketua Program Studi Teknik Geologi ITB Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., yang menurutnya topik pada webinar edisi ke-20 ini sangat menarik untuk disampaikan ke masyarakat. Selain bisa melihat sisi lain dari Geologi, riset yang dilakukan juga telah menghasilkan produk buatan khas Teknik Geologi ITB.

Definisi melisopalinologi

Melisopalinologi adalah ilmu palinologi yang mempelajari polen yang terkandung dalam madu. Menurutnya, metode ini paling cepat dan murah untuk menentukan kandungan flora penghasil nektar dan asal geografis madu, sehingga para petani dapat mengetahui waktu produksi, konservasi tumbuhan utama penghasil nektar untuk meningkatkan jumlah produksi, restorasi ekosistem, branding, dan lokasi ideal untuk budidaya. Selain itu juga dapat menjadi penunjuk keaslian dan kualitas madu tersebut dan potensi keberadaan polen allergen.

Proses pengolahan

Sampel madu diambil dari lebah Apis Cerana, Trigona, Apis Dorsata, Apis Melifera dengan berbagai karakteristik yang berbeda. Kemudian mulai dilakukan pemrosesan dengan 5 tahap. Pertama, melarutkan 10 ml madu dengan 50 ml aquades panas (80-100?), lalu aduk untuk mempercepat pelarutan glukosa. Kedua, menyaring sampel untuk memisahkan residu dengan material organik menggunakan saringan nilon berukuran ?m. Ketiga, mencuci residu sebanyak dua sampai tiga kali dengan aquades agar kandungan glukosa dan komposisi lain dalam cairan madu larut sempurna. Keempat, Residu Kembali disaring menggunakan saringan nilon dan disimpan dalam botol vial. Kelima adalah tahap mounting/perekatan.

Penelitian ini sudah berlangsung sejak tahun 2020 yang termasuk dalam rangkaian Program Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Inovasi ITB (P3MI 2020 DAN PPMI 2021) dan didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM ITB). Berlokasi di daerah perbukitan Bandung Barat dan Bandung Selatan, kegiatan ini juga bekerja sama dengan lima produsen madu di Bandung dan sekitarnya hingga mampu menghasilkan produk unggulannya yakni madu kalengan dan buku yang diberikan kepada petani yang turut serta membantu dalam penelitian.

Dari hasil penelitian juga dapat dilakukan branding. Madu dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni madu uniflora dan madu multiflora. Madu uniflora adalah madu dengan komposisi tumbuhan >45% seperti madu mangga, madu kaliandra, madu klengkeng yang dihasilkan oleh Apis dorsata. Madu multiflora adalah madu dengan komposisi tumbuhan yang tidak mendominasi dan dihasilkan oleh Apis Cerana.

Tidak hanya berhenti disitu, penelitian terus berlanjut di tahun 2021 untuk mengembangkan potensi madu di Desa Wisata Mekarwangi, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat yang terkenal dengan produksi kopi yang sudah mendunia. Selain itu, kegiatan juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan menambah wawasan masyarakat, khususnya para petani madu di Bandung dan sekitarnya mengenai komposisi polen dalam madu yang diproduksi. Selain itu, Maria Bersama tim berharap, popularitas lebah madu yang dihasilkan Desa Mekarwangi sama seperti popularitas kopi yang dihasilkan.

Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)

Foto-foto: Tangkapan layar presentasi Dr. Maria Sekar Proborukmi


scan for download