Industri Keramik: Peluang Strategis untuk Perekonomian Indonesia

Oleh Teguh Yassi Akasyah

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Industri keramik di Indonesia dinilai sangat berpotensi untuk dikembangkan, mengingat bahwa jumlah penduduk dan laju pertumbuhan pembangunan semakin pesat.  Pada akhir 2013 lalu, produksi keramik nasional meningkat dan memberikan kontribusi yang cukup baik dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional, oleh karena itu industri keramik terus meningkatkan kualitas maupun desainnya guna merebut perhatian pasar dalam negeri maupun mancanegara. Namun, peningkatan tersebut masih terkendala dengan bahan baku keramik yang masih diimpor dari Afrika Selatan, China, dan Turki.

Menindaklanjuti permasalahan ini, Himpunan Mahasiswa Teknik Material (MTM) ITB bersama Perhimpunan Mahasiswa Metalurgi Material se-Indonesia menyelenggarakan seminar yang berdiskusi tentang dinamika industri keramik nasional. Seminar bertajuk "Peluang Industri Keramik Sebagai Industri Strategis di Indonesia" ini diselenggarakan pada Sabtu (01/03/14) bertempatan di Ruang Seminar, Gedung Fakultas Teknik Mesin dan Dirgatara (FTMD) ITB. Dalam diskusi tersebut, dihadirkan Dr. Ir. Aditianto Ramelan (Ketua Program Studi Teknik Material ITB), Sopan Sopian (Research and Development Manager, PT Angsa Daya), dan Harry Rayadi (Human Resources Officer, PT. Keramika Indonesia Asosiasi). Seminar ini merupakan rangkaian acara Metaloscope yang merupakan kegiatan tahunan MTM ITB.

Industri Keramik Nasional

Industri keramik yang terdiri dari ubin (tile), perangkat rumah tangga (tableware), dan genteng telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pembangunan nasional melalui penyediaan kebutuhan domestik, perolehan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Industri keramik di Indonesia telah berkembang dengan baik selama lebih dari 30 tahun dan merupakan salah satu industri unggulan. Prospek industri keramik nasional dalam jangka panjang cukup baik seiring dengan pertumbuhan pasar dalam negeri yang terus meningkat, terutama untuk jenis ubin karena didukung oleh pertumbuhan pembangunan baik properti maupun perumahan. Indonesia juga telah berhasil menguasai pasar tingkat Asia Tenggara untuk kualitas keramiknya.

Kendala Produksi Keramik Nasional

Dalam produksinya, industri keramik membutuhkan bahan baku seperti clay, feldspar, zirconium silicate, talc, pasir silika, dan dolomite. Bahan baku tersebut dibutuhkan dalam jumlah yang banyak dengan kualitas yang sesuai. Hal ini menjadi kendala produksi industri keramik yang tidak didukung dengan produksi bahan baku di Indonesia. Pasalnya, industri keramik masih melakukan impor, terutama untuk feldspar dan zirconium silicate dengan harga yang relatif mahal, padahal Indonesia memiliki deposit material tersebut. Feldsper tersebar di sepanjang pegunungan Sumatera dan Jawa, sedangkan zirconium silicate terdapat di Kalimantan. Harga impor untuk zirconium silicate mencapai Rp 18.000/kg yang diimpor dari Afrika Selatan dan Australia, nilai ini sangat tinggi dibandingkan dengan harga jual di Indonesia yang hanya Rp 2.500/kg,  padahal material tersebut diekspor dari Kalimantan ke China dan India. Kondisi ini terjadi akibat tidak adanya pengolahan lebih lanjut terhadap material tersebut di Indonesia, sehingga industri keramik cenderung membeli bahan tersebut dalam kondisi siap pakai.

Selain itu, industri keramik Indonesia mengalami kendala terhadap jumlah energi yang digunakan. Industri ini menggunakan gas sebagai sumber energinya, sayangnya pasokan gas oleh Perusahaan Gas Nasional (PGN) masih relatif rendah sehingga belum mampu mengembangkan potensi industri keramik lebih besar lagi. Menurut Sopan Sopian, penggunaan energi ini haruslah didukung dengan perkembangan energi alternatif yang dapat mengganti sumber energi yang ada saat ini. Tidak tercapainya utilisasi produksi keramik secara optimal ini sangat dipengaruhi oleh kontinuitas pasokan gas. Terbatasnya ketersediaan gas juga menyebabkan kurangnya minat produsen maupun investor untuk membangun unit produksi baru. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas keramik, agar pasar keramik lokal tidak terkalahkan oleh keramik impor asal China, India, dan lainnya.

Prestasi Industri Keramik Indonesia

Di sisi lain, industri keramik Indonesia telah berhasil memberikan kontribusi dalam mengharumkan nama negara. Pasalnya, pada akhir 2013 lalu industri tersebut telah berhasil menduduki peringkat 6 dunia sebagai produsen terbaik untuk kemarik jenis ubin setelah China, India, Italia, Brazil, dan Spanyol. Prestasi keramik ubin saat ini merupakan imbas dari meningkatnya permintaan infrastruktur dan industri bangunan. Kapasitas produksi ubin keramik mengalami kenaikan 20% dibandingkan tahun 2012. Sebagai ahli di bidang keramik, Dr. Ir. Aditianto Ramelan menambahkan bahwa industri keramik ini sangat berpotensi jika didukung degan bahan baku, teknologi, dan SDM. "Melihat perkembangan industri keramik yang sangat meningkat pesat, Indonesia memiliki potensi untuk lebih menguasai pasar dunia. Maka dari itu, dibutuhkan SDM yang berkualitas untuk menggerakkan potensi ini," tutur Aditianto.


scan for download