FGB ITB Bahas Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Indonesia Emas 2045

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Prof. Akhmaloka, Ph.D. saat menyampaikan materi dalam webinar Kontribusi ITB untuk Bangsa, di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah, Rabu (17/01/2023). (Humas ITB/M. Naufal Hafizh)

BANDUNG, itb.ac.id — Forum Guru Besar, Institut Teknologi Bandung (FGB ITB) menggelar webinar Kontribusi ITB untuk Bangsa bertema “Tantangan dan Peluang untuk Menuju Indonesia Emas”, di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah, Rabu (17/01/2023). Webinar tersebut sebagai wadah bagi Guru Besar ITB menyampaikan masukannya bagi para calon presiden.

Salah seorang pembicara dalam webinar tersebut, Prof. Akhmaloka, Ph.D., membahas peran pendidikan tinggi dalam mendukung Indonesia Emas 2045. Menurut beliau, pendidikan adalah tulang punggung untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul. Cita-cita Indonesia sebagai negara maju tidak akan tercapai tanpa sumber daya manusia yang mumpuni. Pendidikan tinggi memiliiki peran yang sangat vital untuk mempersiapkan SDM terbaik untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.

Salah satu faktor yang sangat terkait dengan hal ini adalah bonus demografi yang dimiliki Indonesia. Sebanyak 70 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2020 merupakan penduduk usia produktif. Dari jumlah tersebut, 13 persen angkatan kerja Indonesia mengenyam pendidikan tinggi. Angkatan kerja dengan jenjang pendidikan SMP/sederajat atau lebih rendah sebanyak 62 persen. Hal ini turut berdampak pada lanskap ekonomi Indonesia yang masih banyak mengandalkan ekspor produk dengan nilai tambah rendah.

Upaya peningkatan kualitas SDM melalui perguruan tinggi terkendala kesenjangan kuantitas maupun kualitas. Selain itu, kinerja riset dari dosen perguruan tinggi di Indonesia masih tertinggal dengan negara tetangga di ASEAN karena kurangnya infrastruktur riset dan kesejahteraan dosen.

“Perguruan tinggi yang terakreditasi A (unggul) itu 3,39 persen. Di atas 61 persen akreditasinya masih C,” ujarnya.

Menilik dari negara-negara maju, Indonesia perlu mengejar ketertinggalan dengan mulai mengadopsi bidang-bidang ilmu baru yang selaras dengan kebutuhan di era mendatang, seperti generative AI, quantum computing, new material, nanotechnology, dan sebagainya. Penyesuaian model pengajaran melalui penguatan pendidikan karakter juga penting dilakukan guna membentuk SDM yang bermoral, beretika, serta memiliki kompetensi lifelong learning.

Berdasarkan pemaparan tersebut, Prof. Akhmaloka merekomendasikan empat kebijakan kunci terkait pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia, antara lain:

1. Diferensiasi misi perguruan tinggi. Contohnya seperti adanya universitas penelitian untuk melakukan lompatan inovasi dan meningkatkan reputasi global hingga universitas dengan pendidikan profesi yang menghasilkan tenaga kerja ahli yang professional untuk mendorong perekonomian nasional;

2. Pendirian institut teknologi baru termasuk pendidikan vokasi serta penguatan perguruan tinggi yang sudah ada yang menitikberatkan pada penguatan prigram studi dan riset Science, Technology, Engineering, Art, and Math (STEAM) yang berkualitas;

3. Penataan regulasi dan alokasi anggaran yang lebih adil dan efektif; dan

4. Tata kelola dan kebijakan otonomi perguruan tinggi yang mendukung pengembangan dan kemandirian pengelolaan yang berbasiskan kualitas ouput.

YouTube Webinar Kontribusi ITB untuk Bangsa "Tantangan dan Peluang untuk Menuju Indonesia Emas" Seri 1.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)


scan for download