Mahasiswa ITB Juarai Penelitian Berkonsep Konservasi Sumber Daya Mineral dan Batubara

Oleh Adhitia Gesar Hanafi

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Lomba Penelitian Mahasiswa Pertambangan Indonesia (LPMPI) ke-3 menjadi saksi atas torehan prestasi gemilang dari mahasiswa Institut Teknologi Bandung. Tiga orang mahasiswa Teknik Geofisika angkatan 2012, yaitu Muthia Jamilatuzzuhriya, Dery Marsan, dan Ida Bagus Suananda, berhasil menyabet predikat juara pertama, disusul oleh rekan seangkatannya dari Teknik Metalurgi, yaitu Ian Gibranata, Edward Armanda, dan Abdullah Abiyyu, yang berhasil menduduki peringkat ketiga dalam LPMPI ke-3 yang diselengggarakan oleh Persatuan Mahasiswa Tambang Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, pada Sabtu (14/05/16) di Palembang, Sumatera Selatan.

Mengusung tema Konservasi Sumber Daya Mineral dan Batubara untuk Kemajuan Ekonomi Pertambangan Indonesia, LPMPI 2016 menjadi ajang bagi para mahasiswa di Indonesia untuk mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh dalam bangku kuliah ke dalam suatu bentuk penelitian imiah. Ekplorasi tambang, kebijakan tambang, manajemen tambang, geofisika tambang, ekonomi pertambangan, lingkungan tambang, pengolahan bahan galian, energi baru dan terbarukan, operasi pertambangan, serta ekstraksi metalurgi, menjadi sepuluh sub tema yang dapat dipilih salah satunya oleh setiap tim peserta LPMPI.

Untuk memperoleh gelar juara dalam kompetisi ini, tim Muthia dan tim Ian, melewati beberapa tahapan seleksi yang diawali dengan pengumpulan abstrak penelitian pada minggu pertama bulan April. Menjadi salah satu dari 70 abstrak penelitian yang dinyatakan lolos oleh panitia, tim Muthia dan tim Ian harus kembali berjuang untuk melewati tahapan seleksi karya tulis ilmiah yang akan mereduksi puluhan tim yang lolos abstrak menjadi 10 tim terbaik yang berhak mengikuti presentasi final. Presentasi final sendiri dilakukan dihadapan tiga orang dewan juri, yaitu Harry Waristian ST., MT., dari kalangan perguruan tinggi, Ir. Heru Sasongko sebagai perwakilan industri dari PT Titan Mining, dan Ir. H. Hadendi Ugihan Msi., dari Badan Lingkungan Sumatera Selatan.

Sebagai juara pertama dan satu-satunya tim yang mengusung sub tema geofisika tambang, tim Muthia memaparkan hasil penelitain mereka yang berjudul "Aplikasi Boundary Element Method Dua Dimensi untuk Monitoring Deformasi Terowongan Tambang Bawah Tanah". Dalam penelitiannya tersebut, Muthia dan rekan-rekan melakukan pemodelan untuk memperoleh peta distribusi displacement dan stress parameter dari suatu terowongan tambang bawah tanah melalui penyelsaian persamaan diferensial. "Pemodelan tersebut akan memberikan gambar pergeseran dari suatu terowongan tambang bawah tanah. Saat suatu terowongan tambang bawah tanah telah mengalami pergeseran, terlebih lagi pergeseran yang terjadi sangat besar, maka terowongan  tambang tersebut berpotensi untuk mengalami keruntuhan," tutur Muthia. Melalui pemodelan yang dilakukannya, Muthia dan tim dapat menentukan titik paling lemah dari suatu terowongan tambang, sehingga rekomendasi penguatan terowongan tambang melalui berbagai metode pada lokasi tersebut dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya keruntuhan terowongan.

Dituturkan oleh Milla, penelitiannya ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada para pihak yang terlibat dalam industri pertambangan, bahwa proses pemantauan pergeseran yang terjadi pada terowongan tambang bawah tanah penting untuk dilakukan agar keselamatan area tambang dari risiko runtuhan dapat terjaga. "Geofisika tidah hanya berkaitan dengan industri minyak dan gas. Geofisika ada dimana-mana termasuk dalam dunia pertambangan," tutur Ida Bagus Suananda.

Berbeda dengan tim Muthia yang berfokus terhadap sub tema pada daerah hulu tambang, tim Ian mengusung sub tema yang lebih hilir, yaitu sub tema ekstraksi metalurgi. Dilatar belakangi kondisi Indonesia yang belum mampu memenuhi kebutuhan besi dan baja, tim Ian berusaha untuk memanfaatkan potensi pasir besi Indonesia sebagai salah satu alternatif sumber besi dalam pembuatan besi dan baja. Melalui penelitian yang berjudul "Pengaruh Ukuran Partikel dan Preoksidasi terhadap Reduksi Pelet Tekan Silinder Komposit Konsentrat Pasir Besi dengan Metode Isothermal Gradient Temperature", Ian dan rekan setimnya berusaha untuk melakukan reduksi pasir besi yang berasosiasi dengan pengotor TiO2. Dengan menggunakan metode isothermal gradient temperature, Ian menuturkan bahwa ikatan TiO2 dan besi akan terpisah, sehingga tidak diperlukan suhu tinggi untuk melebur TiO2, yang pada akhirnya berimplikasi pada ongkos produksi yang lebih murah. Turut pula disampaikan oleh Ian, ukuran partikel dan proses preoksidasi turut memberikan pengaruh terhadap proses reduksi yang terjadi. Proses preoksidasi dan semakin kecilnya ukuran pelet, akan berkontribusi pada semakin baiknya proses reduksi yang terjadi.

Tak dapat dipungkiri bahwa produk galian pertambangan merupakan aspek yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Beragam peralatan rumah tangga sehari-hari hingga pembangunan berbagai infrastruktur raksasa kerap membutuhkan produk tambang. Keselamatan area tambang merupakan hal yang sangat penting dan hal tersebut menjadi fokus perhatian dari tim Muthia dalam kompetisi tersebut. Disisi lain, proses ekstraksi untuk memanfaatkan potensi pasir besi Indonesia merupakan hal penting untuk dikembangkan demi terwujudnya kemandirian Bangsa untuk memenuhi kebutuhan besi baja nasional. Kedua tim telah menunjukkan bahwa kolaborasi berbagai keilmuan diperlukan dalam industri pengolahan bahan galian demi terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan Bangsa Indonesia. 

 


scan for download