Tjeritere, Kenalkan Warna-Warni Kain Khas Nusantara

Oleh Neli Syahida

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Kain berwarna-warni terlihat berjajar rapi mengelilingi selasar GKU Timur pada Sabtu (07/12/13). Kain-kain tersebut adalah kain khas Indonesia seperti songket, tenun, dan batik dari berbagai daerah yang dibawa oleh unit-unit kesenian dan budaya ITB untuk acara Tjeritere II. Acara ini dimulai pada pukul 14.00 WIB yang diawali dengan seminar oleh Walikota Kota Pekalongan, Dr. M. Basyir Ahmad S. dan Dosen Kriya Tekstil ITB, Prof. Dr. B. Anas Zaman, M.Sn. Kemudian, acara dilanjutkan dengan workshop batik tulis, celup ikat, tenun, dan batik fractal. Tjeritere diselenggarakan secara berkelanjutan oleh Kementrian Seni Budaya KM ITB untuk menyadarkan massa kampus mengenai keberagaman seni budaya sebagai identitas bangsa.

"Tjeritere", berasal dari bahasa melayu yang berarti cerita, merupakan salah satu program kerja dari kementrian seni budaya KM ITB untuk mengenalkan masa kampus mengenai keberagaman seni dan budaya di Indonesia. Tjeritere I telah diadakan pada Sabtu (26/10/13) dengan tema "Warisan Senjata Tradisional Indonesia". Kini acara yang kedua mengangkat tema "Motif Kain Nusantara" yang bertujuan untuk memperkenalkan warna-warni kain nusantara serta mewadahi massa kampus untuk berpartisipasi langsung dalam proses pembuatannya melalui workshop.

Seminar "Motif Kain Nusantara" disampaikan oleh Dr. M. Basyir Ahmad S. yang menceritakan usahanya dalam menjadikan batik sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi di Pekalongan. Ia berkata bahwa perkembangan batik di Indonesia maju karena adanya rasa nasionalisme saat salah satu identitas bangsa tersebut sempat akan direbut oleh Malaysia. Seminar selanjutya diisi oleh Prof. Dr. B. Anas Zaman yang berbagi wawasan mengenai kain-kain nusantara yang telah diwasiskan turun-temurun oleh nenek moyang kita. Ia menyinggung mengenai kain-kain nusantara yang kalah pamornya dari busana lainnya karena kurangnya apresiasi dari masyarakatnya. "Untuk tetap menjadi negara yang menonjol di dunia, bangsa Indonesia perlu menyadari dan mengapresiasi kepemilikan budaya, memiliki pengetahuan kebudayaan, serta kepekaan terhadap kualitas," ungkapnya.

Dalam workshop Tjeritere yang diikuti sekitar 60 peserta, diajarkan mengenai pembuatan batik tulis, celup ikat, tenun, dan batik fractal. Workshop ini dimentori oleh anggota unit kebudayaan Jawa, Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan (PSTK) ITB, dan mahasiswa jurusan kriya tekstil ITB. Pada mata acara inilah terbentuk jembatan penghubung antara penggiat seni budaya dengan massa kampus.

Menteri Seni Budaya KM ITB, Anindito Satrio (Teknik Geologi '10) mengungkapkan bahwa Tjeritere diharapkan dapat memfasilitasi massa kampus dalam hal penyadaran kepemilikan budaya nusantara. Selain itu, Anindito juga berharap acara ini dapat terus memberi manfaat dan semakin menguatkan seni dan budaya sebagai identitas bangsa Indonesia. "Nah, setelah Tjeritere II selanjutnya akan ada Tjeritere III bertemakan kuliner dan seni pertunjukan nusantara yang pasti akan dinanti-nanti oleh massa kampus," ungkapnya.

(Oleh: Wijayanti Kusuma, ITB Journalist Apprentice 2013


scan for download