Skhole ITB: Tumbuhkan Budaya Mengajar di Kalangan Mahasiswa

Oleh Diviezetha Astrella Thamrin

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Pengabdian masyarakat merupakan salah tridarma perguruan tinggi, dan dapat diterapkan melalui kegiatan mengajar serta berbagi ilmu pada sesama. Seorang mahasiswa sebagai bagian dari perguruan tinggi pun diharapkan dapat berbagi pengetahuan dan wawasan kepada lingkungan sekitarnya. Dengan menganalogikan pada pepatah ilmu padi yang kian berisi kian merunduk, mahasiswa ITB yang tergabung dalam anggota Skhole ITB menghelat sebuah kegiatan pengabdian masyarakat berkelanjutan dalam bentuk mengajar. Skhole ITB berharap dapat menumbuhkan karakter rendah hati dan berbagi pada sesama dalam diri mahasiswa ITB, seiring dengan banyaknya ilmu yang diperoleh di perguruan tinggi.

Skhole ITB adalah salah satu kegiatan mahasiswa ITB yang bergerak langsung dibawah naungan Keluarga Mahasiswa ITB Divisi Pengabdian Masyarakat. Kegiatan ini sering pula disebut sebagai program ITB Mengajar, dimana mahasiswa-mahasiswa ITB terjun langsung secara aktif untuk mengajar anak-anak panti asuhan. Dibentuk pada tahun 2006, saat ini Skhole ITB telah memiliki 3 rumah belajar yang berlokasi di Kebon Bibit, Ciumbeuleuit, dan Cicaheum. Dalam kegiatannya di rumah-rumah belajar tersebut, Skhole ITB memfokuskan diri untuk mengajar anak-anak untuk program pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga menengah atas.

Jamika Nasaputra, Kepala Skhole ITB, mengungkapkan bahwa Skhole ITB didirikan dengan tujuan membantu generasi muda mengisi waktu luangnya untuk belajar dengan tekun dan rajin. Sebagai kepala sekolah di ITB mengajar ini, Jamika mengaku bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat. "Kami semua saling berbagi ilmu dan soft skill tentang tata cara berkomunikasi yang baik dalam menyalurkan ilmu yang bermanfaat," ujar Jamika.

Jamika bercerita, bahwa dalam mengajar anak didik terdapat tantangan untuk menyesuaikan penggunaan bahasa agar mudah dimengerti. Sebagian besar anak didik yang rata-rata masih menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Sunda. "Meskipun begitu, hal ini tidak menjadi hambatan bagi kami untuk tetap mengajar mengembangkan program ITB Mengajar ini," tutur Jamika bersemangat.

Skhole ITB telah melakukan beberapa kerjasama dengan universitas lainnya di Kota Bandung, seperti Pena bangsa Universitas Padjajaran (UNPAD), Universitas Islam Bandung (UNISBA). Pada kerja sama ini, Skhole ITB mengundang motivator dari lembaga-lembaga pada universitas tersebut untuk berbagi tips dan kiat menjadi pengajar yang baik. Tidak hanya itu, kerjasama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Angklung ITB juga dilakukan dengan mengadakan konser angklung di rumah belajar Kebon Bibit. Melalui konser angklung ini, anak-anak dapat belajar mengenal musik beserta jenis-jenis angklung dan cara memainkannya.

Saat ini, Skhole ITB sedang melaksanakan program mendirikan perpustakaan yang berlokasi di Kebon Bibit. Jamika berharap perpustakaan dapat menjadi wahana belajar menggali informasi bagi anak-anak. "Buku-buku yang terdapat diperpustakaan ini nantinya berasal dari buku donasi dari SMAN 1 Sidoarjo dan beberapa buku sumbangan dari anggota Skhole serta mahasiswa ITB sendiri," tutur Jamika.

Sekilas tentang Skhole ITB

Skhole berasal dari bahasa Yunani, yang berarti waktu luang yang digunakan untuk kegiatan belajar. Dalam kegiatannya, mahasiswa ITB yang tergabung dalam Skhole membantu para anak didik untuk memahami pelajaran di sekolah seperti Ilmu Alam, Matematika, Ilmu Sosial, hingga Kesenian dan Kebudayaan. Tidak hanya belajar dengan serius, Skhole ITB juga mengajar dengan kreatif sambil bermain di rumah belajar dengan rata-rata anak didik yang prasekolah.

Setiap tahun Skhole menghimpun anggota baru untuk bergabung bersama dalam program ITB Mengajar ini. Sebelum menjadi anggota resmi Skhole, dilakukan training bulding case agar mahasiswa yang memiliki keinginan untuk mengajar dapat menjadi pengajar yang profesional. Di dalam Skhole terdapat 2 jenis pengajar, yakni pengajar tetap dan volunteer. Pengajar tetap adalah pengajar yang terikat dengan Skhole dan merupakan anggota resmi Skhole, sedangkan volunteer adalah pengajar sukarelawan tidak terikat. Para sukarelawan ini biasanya terdiri dari mahasiswa-mahasiswa yang memiliki minat untuk mengajar dan terjaring dari rekruitasi terbuka untuk menghimpun jumlah pengajar.

Sebagai kepala sekolah tahun ini, Jamika berharap Skhole ITB dapat dikenal secara luas dan mendapat respon positif dari berbagai pihak. Selain itu, ia juga berharap dapat mengadakan acara yang bermanfaat bagi anak-anak didik, serta mendapat fasilitas dari ITB untuk menyokong program Skhole. "Mudah-mudahan setiap kegiatan pengabdian masyarakat yang ada di ITB dapat bekerja sama dengan Skhole. Hal ini dapat menciptakan hubungan yang baik antar sesama dan mencerdaskan kehidupan bangsa," tutup Jamika.

 

Oleh: Syardianto (ITB Journalist Apprentice 2013)


scan for download