Silaturahmi Penuh Pembelajaran Forum Bidik Misi ITB bersama Mohammad Nuh

Oleh Abdiel Jeremi W

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Silaturahmi telah menjadi suatu kebudayaan bagi sebagian besar warga Republik Indonesia. Namun, pada Senin (25/01/16), mahasiswa Bidik Misi ITB melakukan silaturahmi yang tidak biasa, yakni Silaturahmi Tokoh Nasional bersama Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2009-2014). Silaturahmi ini dilaksanakan dalam rangka peluncuran buku "Mimpi Anak Negeri untuk Ibu Pertiwi" karya mahasiswa Bidik Misi ITB. Bertempat di Aula Barat ITB, silaturahmi ini juga mengundang dua mahasiswa Bidik Misi berprestasi, Ujang Purnama, S. Farm. dan Anna Fitriana (Fisika 2011). "Sudah lama saya ingin mempertemukan adik-adik mahasiswa Bidik Misi dengan pak Nuh. Mengapa? Karena pak Nuh adalah inisiator program Bidik Misi di Indonesia," ujar Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA selaku rektor ITB dalam sambutannya. Acara ini diharapkan dapat membangkitkan semangat juang mahasiswa Bidik Misi dalam meraih prestasi.

Menjaga Asa Menuai Prestasi untuk Ibu Pertiwi

Silaturahmi yang dihadiri oleh mahasiswa Bidik Misi ITB dari seluruh angkatan ini dibuka dengan penandatanganan buku "Mimpi Anak Negeri untuk Ibu Pertiwi" oleh Mohammad Nuh. Selanjutnya, Ujang dan Anna menceritakan bagaimana perjuangan mereka selama menjadi beswan Bidik Misi. Ujang awalnya diterima di ITB bukan sebagai mahasiswa Bidik Misi. Namun, ia berkesempatan menerima beasiswa tersebut pada pertengahan semester pertamanya. Karena tidak mendapatkan tempat tinggal di asrama, Ujang menambah pemasukan finansialnya dari bekerja sebagai pengajar dan mengikuti lomba-lomba. Alhasil, ia berhasil melanjutkan studi di prodi Sains dan Teknologi Farmasi selepas TPB hingga lulus dan meraih Ganesha Prize 2015, yakni penghargaan tertinggi ITB bagi mahasiswa yang berprestasi baik di bidang akademik maupun nonakademik. Lain halnya dengan Anna Fitriana yang diterima di ITB melalui jalur Bidik Misi. Anna yang sejak SMA gemar mengikuti lomba-lomba akademik, seperti olimpiade, melanjutkan kegemaran yang sama semasa kuliah. Ia mengikuti berbagai lomba dan student exchange untuk menambah pemasukan finansial dan pengalaman. Kini Anna menjabat sebagai Penanggung Jawab Sementara (PJS) Majelis Wali Amanat - Wakil Mahasiswa (MWA-WM). Berdasarkan jawaban kedua penerima beasiswa Bidik Misi ini, rahasia kesuksesan mereka adalah pengoptimalan waktu dan perencanaan yang baik.

Nuh melanjutkan acara ini dengan ceramahnya yang berjudul "Menjaga Asa Menuai Prestasi untuk Ibu Pertiwi". Menurut beliau, terdapat tiga penyakit sosial yang laten, yaitu kemiskinan, ketidaktahuan, dan keterbelakangan peradaban. Tiga penyakit sosial itu membentuk suatu siklus yang tak berkesudahan apabila tidak ada transformasi sosial. "Hingga saat ini, tidak ada sistem rekayasa sosial yang mampu mematahkan mata rantai penyakit sosial tersebut, kecuali pendidikan," lanjutnya. Beliau meyakini bahwa pendidikan adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, keharkatan, dan kemartabatan bangsa. "Program Bidik Misi ini diinisiasi oleh pertanyaan pak SBY yang meminta saya agar anak-anak Indonesia yang miskin dapat mengenyam pendidikan,", ujarnya mengenai sejarah Bidik Misi. Beliau juga berharap akan munculnya pemimpin-pemimpin baru dari program ini, karena pada periode 2005-2035, jumlah penduduk Indonesia yang berada dalam usia produktif akan meningkat dan memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan daya saing terhadap negara-negara lain.


scan for download