SHMS, Inovasi Monitoring Jembatan dari 3 Mahasiswa ITB Raih Juara 2 IBDC ICEE ITB 2024

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

Tim Kuya Heracles (Dok.Istimewa)

BANDUNG, itb.ac.id - Tiga mahasiswa prodi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam tim bernama Kuya Heracles berhasil meraih juara 2 dalam kompetisi Innovative Bridge Design Competition (IBDC) ICEE ITB 2024 pada Minggu (25/2/2024) lalu.

Perlombaan ini merupakan salah satu ajang kompetisi yang diadakan dalam rangkaian acara ITB Civil Engineering Expo (ICEE) 2024 yang bertemakan “Ensuring Bridge Resilience through Advanced Monitoring Technology”. Adapun anggota dari tim ini adalah Felix Setiawan (SI 20’), Satria Widiantoro (SI 20’), dan Elga Arsia Ikram Ramdani (SI 20’).

Ketua Tim, Felix Setiawan menjelaskan bahwa IBDC 2024 ini merupakan kompetisi desain dan rancang bangun jembatan dengan tipe rangka baja, yang inti permasalahannya berfokus pada upaya desain monitoring untuk memastikan ketahanan dan kekuatan jembatan di masa yang akan datang.

Menurutnya, isu ini cukup unik dan menantang karena saat ini penerapan konsep monitoring jembatan di lapangan masih cukup sulit diterapkan akibat banyaknya keterbatasan.

”Salah satu ide yang kami tawarkan dalam menjawab tantangan kompetisi ini adalah dengan memasang sensor Structural Health Monitoring System (SHMS) pada lokasi yang tepat dan efisien di dalam struktur jembatan," ujarnya pada tim reporter Humas ITB.

"Ini menjadi penting karena titik kritis deformasi jembatan akan menentukan perilaku struktur jembatan dan dari data-data ini, kami bisa mengetahui kondisi ”kesehatan” jembatan itu,” lanjutnya.

Tim Kuya Heracles (Dok.Istimewa)

Untuk mengaplikasikan ide tersebut, Felix dan tim merencanakan sebuah jembatan dengan konfigurasi Camelback Warren Truss. Jenis jembatan ini mereka pilih karena pertimbangan efisiensi dari aspek desain. Tidak hanya itu, penggunaan SHMS pada jembatan yang mereka desain akan diintegrasikan dengan sebuah software SHMS agar proses monitoring jembatan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan efesien.

”Integrasi sensore SHMS dan software merupakan tahap lanjutan dari ide yang kami rancang agar data-data dari sensor tersebut bisa dianalisis dan dievaluasi secara langsung oleh pengguna. Perangkat ini akan sangat memudahkan seorang perencana dalam melihat kondisi kesehatan jembatannya. Adapun beberapa fitur yang kami tambahkan di dalam perangkat ini adalah data acquisition, data filtering, dan machine learning,” jelas Felix.

Anggota lainnya, yakni Elga Arsia mengatakan selama mengikuti perlombaan IBDC 2024, ia dan tim sempat menemukan berbagai kendala. Mulai dari kompleksitas materi yang diujikan, keterbatasan dana dalam proses pembuatan model jembatan nyata, dan memastikan kesesuaian desain rancangan teoritis dengan jembatan asli yang dibangun saat perlombaan. Namun pada akhirnya segala permasalahan tersebut dapat mereka atasi dengan baik.

”Kerja sama, menjaga komitmen, dan saling menjaga komunikasi antar anggota tim adalah upaya yang kami lakukan agar pelaksanaan kompetisi ini bisa berjalan maksimal dan sesuai dengan yang kami harapkan," ucapnya.

"Selain itu, tekad untuk mempelajari hal baru juga menjadi penting dalam proses perlombaan kali ini karena nyatanya ilmu di perkuliahan itu masi belum cukup untuk menjawab permasalahan yang diberikan, sehingga sangat penting untuk memastikan hal ini tertanam dengan kuat di dalam pikiran masing-masing anggota tim,” pungkas Elga.

Reporter: Nur Rama Adamas (Teknik Sipil, 2020)


scan for download