Ratusan Aparat Keamanan Jaga Kampus ITB demi Jusuf Kalla

Oleh Krisna Murti

Editor -

Bandung, itb.ac.id - Kampus ITB pada Sabtu (7/4) sangat jauh berbeda ketimbang hari Sabtu pada umumnya. Kampus lenggang dan sepi. Tidak ada yang boleh masuk kampus ITB selain panitia dan undangan acara Kuliah Umum "Penyelesaian Konflik Secara Damai di Indonesia" yang diberikan oleh Wakil Presiden, Jusuf Kalla. Sejak pukul 09.00 kendaraan Polisi dan Militer berseliweran di sepanjang jalan Ganesa, truk tronton menurunkan puluhan aparat keamanan yang kemudian berbaris memasuki kampus ITB, sebuah panser Brimob Bandung dan beberapa kendaraan bertuliskan "Gegana" dan "Jihandak" turut masuk kampus. Tampak dari luar kampus, sekumpulan tentara bersenjata lengkap berbaris menyisir lapangan Sipil ITB. Bahkan, 'tukang sapu' didatangkan oleh pihak protokoler kepresidenan untuk menyapu sekitaran Aula Barat dan Aula Timur ITB. Ditanya mengenai jumlah personel yang diturunkan untuk mengamankan kedatangan Wapres, Kapolres Bandung Tengah menjawab singkat, "Sekitar dua ratusan." Namun, menjelang tengah hari, skala pengamanan kedatangan Kalla untuk pertama kalinya ke kampus ITB semakin terbukti diluar dari biasanya. Truk-truk tronton berdatangan menurunkan personel polisi dan tentara. Dari sumber internal Rektorat ITB terungkap bahwa pengamanan Kalla melibatkan hingga 1700 personel. Seorang perwira polisi membenarkan hal itu dan menambahkan, "Personelnya sebagian besar dari Polres Bandung Tengah, Kapowiltabes, dan Kodam Siliwangi; ditambah tim Gegana dan Jihandak." Memang tidak semua personel menjaga kampus ITB. Sebagian personel juga menjaga keamanan perjalanan Wapres mulai dari Bandara Hussein Sastranegara hingga ke kampus ITB. Truk tronton penuh dengan personel polisi memang terlihat diparkir di dekat Factory Outlet Grande, Dago dan di Jalan Padjadjaran. Berkenaan dengan pengamanan Jusuf Kalla, tim Protokoler Kepresidenan dan Paspampres sepakat membagi wilayah ITB dan sekitarnya menjadi tiga "Ring". Ring pertama adalah Aula Barat ITB, tempat kuliah umum akan dilangsungkan. Ring kedua adalah kompleks kampus ITB. Ring tiga adalah sekitaran kampus ITB, termasuk Jalan Ganesa dan Jalan Taman Sari. Sekitar pukul 11.00 WIB keluar perintah untuk mengosongkan wilayah sekitar "Ring 2" yaitu sekitaran depan gerbang utama ITB. Waktu itu, di depan gerbang ITB, masih berkumpul ratusan mahasiswa yang masih merasa tidak puas karena tidak diperbolehkan masuk. Personel dari kepolisian lalu membentuk barikade dan mendesak para mahasiswa hingga ke arah Taman Ganesa dan Mesjid Salman. Sambil terus terdesak, beberapa mahasiswa mengeluarkan kata-kata protes, antara lain, "Ini kampus gue; apa-apaan ini? Ngapain lo ngusir gua?". Ada pula yang berteriak "Kami mahasiswa! Bukan teroris! Kami cuman mau ngerjain TA (Tugas Akhir)!". "Katanya kuliah umum? Kuliah umum macam apa, pake diusir seperti ini," ungkap seorang mahasiswa lainnya. Suasana semakin panas saat aparat mengunci gerbang Mesjid Salman yang berhadapan dengan gerbang kampus ITB untuk menahan mahasiswa masuk ke wilayah gerbang kampus. "Ini gerbang Mesjid!" teriak seorang mahasiswa, "Kenapa ikut ditutup segala?" Tidak lama, spontan, para mahasiswa menyanyikan lagu "Kampusku, Rumahku." Tidak lama setelah itu, Dwi Arianto, Presiden Keluarga Mahasiswa ITB yang beberapa minggu ini akan lengser, dan beberapa bawahannya menggelar aksi protes menentang penutupan kampus ITB. Buruknya pengelolaan kampus oleh Rektorat menjadi salah satu poin utama teriakan-teriakan mereka. Aksi mengkritik Rektorat ITB ini disayangkan oleh beberapa pihak, terutama mengingat karena beberapa hari sebelumnya, dengan difasilitasi oleh Rektorat ITB, Dwi mendapatkan lampu hijau untuk dapat bertemu dengan Jusuf Kalla secara personal. "Ini aneh! Hari Kamis dia (Dwi Arianto) minta audiensi dengan JK (Jusuf Kalla) melalui Rektorat; dan terbukti dikabulkan permintaannya berkat Rektorat," tutur seorang aktivis kampus yang tidak mau namanya disebut, "Tapi tadi dia berteriak mengkritik Rektorat." Ditemui di dalam Aula Barat, Komadan Kodim, Dwi Jati termasuk yang menyayangkan hal tersebut. Di hadapan para wartawan, Dwi Arianto sendiri hanya berkomentar, "KM ITB tidak menyetujui penutupan kampus ITB! Saya tidak ikut tanda tangan surat yang menyatakan setuju bahwa kampus akan ditutup!" Aksi protes semakin ramai karena aktivis mahasiswa dari BEM se-Bandung Raya turut dalam aksi protes hari itu. Jusuf Kalla yang sampai di Aula Barat pukul 13.00 segera mengomentari aksi protes dari mahasiswa. Keluar dari mobil kenegaraannya, RI 2, Kalla segera mendekati Kapolda Bandung, menyalaminya, dan berkata, "Minta tolong, Pak Kapolda, saya mau mereka (para mahasiswa yang mengadakan aksi protes) diam saat saya berbicara nanti." Hal yang serupa menjadi dua kalimat pertama kuliah yang diberikan Kalla, "Pak Kapolda, tolong mereka diajari demokrasi," katanya lugas, "Yang namanya demokrasi, kalo ada yang sedang berbicara, yang lain diam." Pernyataan ini disambut tawa ringan peserta kuliah yang terdiri dari beberapa mahasiswa, staf pengajar ITB, pejabat dan guru besar ITB, beberapa rektor perguruan tinggi di bandung, serta beberapa pejabat pemerintah daerah dan militer. Sebelum Jusuf Kalla meninggalkan kampus ITB, sesuai dengan janjinya, Kalla bertemu dengan sepuluh perwakilan mahasiswa Bandung. Ditemui di luar Aula Timur, seorang perwira Kodam Siliwangi mengkritik pertemuan yang tidak bisa diliput oleh wartawan itu karena tidak sesuai dengan perjanjian. Sebelumnya pihak mahasiswa, diwakili oleh Dwi Arianto setuju bahwa hanya akan ada tiga pertanyaan diajukan ke Kalla karena waktu yang terbatas. Namun yang terjadi, setiap perwakilan mahasiswa mengajukan pertanyaan. Akibatnya pertemuan itu molor dari jadwal yang telah ditentukan. Tampak Kalla bergegas keluar dari pertemuan itu dengan gusar. Sampai berita ini diturunkan belum ada informasi yang akurat mengenai apa yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Jusuf Kalla meninggalkan kampus ITB sekitar pukul 03.15 bersama dengan rombongannya. Bersamaan dengan kepergiaannya, ratusan aparat keamanan dari Polres Bandung Tengah, Kapowiltabes Bandung, Kodam Siliwangi, termasuk pasukan Gegana dan Jihandak pun berangsur meninggalkan kampus ITB. Para mahasiswa yang berkumpul di sekitar taman Ganesha dan gerbang Mesjid Salman bertepuk tangan saat iring-iringan rombongan Wapres lewat di depan mereka. Segera sesudahnya, mereka berjalan masuk kampus ITB sambil kembali menyanyikan lagu, "Kampusku, Rumahku".

scan for download