Membangun Learning Organization: Mau Berbagi (2)

Oleh Krisna Murti

Editor -

(sambungan dari tulisan terdahulu) Yang unik dalam workshop kali ini, para peserta diajak memahami pentingnya learning organization dalam bentuk permainan. Karl Knapp, akrab dipangil 'Karlos', mengenalkan kepada para peserta mengenai "beer game". Permainan ini merupakan simulasi mata rantai distribusi yang telah lama digunakan oleh selama lebih dari 20 tahun di Sekolah Manajemen Sloan, milik Massachusets Institute of Technology (MIT). Untuk Indonesia, kemudian simulasi distribusi yang dilatarbelakangi oleh penelitian tentang ketidakstabilan siklus sistem produksi dan distribusi ini diadaptasi namanya menjadi "soda game". Dalam permainan, para peserta dibagi menjadi empat mata rantai besar dari empat perusahaan minuman ringan. Pada tiap mata rantai distribusi, terdapat tim yang peran 'pabrik', 'distributor', 'grosir', dan 'pengecer'. Target utama permainan ini adalah minimasi biaya inventaris (inventory cost). Dari empat mata rantai, dua mata rantai diperbolehkan untuk berkomunikasi antar tim sedangkan dua mata rantai distribusi sisanya tidak boleh berkomunikasi antar tim. Hasil akhir permainan ini, hampir semua tim memiliki biaya inventaris yang besar; tim yang tidak diperbolehkan berkomunikasi memiliki biaya inventaris yang lebih besar. Prof. Moore memberikan evaluasi akhir permainan. Pertanyaan yang mengusik dilontarkan olehnya, "whose fault is it? Is it customers?" Jawaban yang buruk adalah jawaban yang menyalahkan pelanggan (karena pelanggan adalah raja), dan sekaligus, juga jawaban yang menyalahkan diri sendiri. Sebenarnya yang harus dilakukan bukanlah mencari siapa yang harus disalahkan, melainkan melakukan tindakan solutif. Membangun learning organization adalah jawabannya. Masalah terbesar yang membuat banyak tim gagal adalah ketidaksadaran bahwa sebuah tim adalah bagian dari sebuah sistem yang besar. Solusinya adalah menyadarkan bahwa tiap tim berada dalam sistem yang besar. Untuk mencapai keuntungan bersama, maka harus dilakukan pengubahan keseluruhan sistem dan sikap orang-orang yang ada dalam sistem. "For anyone to socceed, everyone must succeed". Dalam konteks inilah, pembelajaran bersama -konsep utama learning organization- diperlukan. Prof. Moore tampak menekannya pentingnya belajar dan segera bertindak, artinya termasuk berani mengubah sistem. Selanjutnya, beliau membagikan pengalamannya dalam membimbing Los Angeles (LA) County mengatasi masalah-masalahnya dan membuat pemerintahan lokal terbesar di Amerika Serikat itu menjadi sebuah learning organization. Tindakannya diawali dengan pembentukan tim pilot yang menentukan permasalahan mendasar, melakukan riset mengenai krisis manajerial, dan menyurvei serta mewawancarai banyak pegawai untuk mendengar 'suara' mereka. Langkah selanjutnya adalah membuat berbagai pelatihan yang memadukan berbagai pegawai level bawah dari berbagai departemen di LA County, serta pelatihan khusus bagi para manajer. Keseluruhan proyek yang sukses ini memakan waktu empat tahun. Karenanya pula, Prof. Moore menyebutkan bahwa penting sekali untuk selalu sabar dan mau mendengar.

scan for download