Kuliah Umum Arsitektur : "Urbanism within the perspective of state-building"

Oleh kristiono

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Program Studi Arsitektur SAPPK ITB pada hari Jumat (12/12) menyelenggarakan kuliah umum bertajuk "Urbanism within the perspective of state-building". Bertempat di Galeri Arsitektur, Chair of Urban Management and Renewal TU Delft, Belanda, Andrea Peresthu selaku pemateri menekankan pentingnya peran kelas menengah dalam pembangunan suatu bangsa (state building). Menurut Andrea, agar suatu bangsa bisa maju, butuh kelas menengah yang kuat dan berdaya saing tinggi di tingkat global. Ini merupakan prasyarat tercapainya kemakmuran dan peningkatan taraf hidup masyarakat keseluruhan.
Guna membangun generasi kelas menengah yang kuat dan berkualitas, kata Andrea, diperlukan tiga strategi yang meliputi asupan nutrisi dan perbaikan kesehatan masyarakat, penyediaan kesempatan pendidikan dan lapangan pekerjaan, dan perbaikan kualitas lingkungan hidup.

Planolog, Arsitek, dan Desainer merupakan profesi yang berperan dalam ranah strategi yang ketiga yakni perbaikan lingkungan kehidupan yang mencakup penyediaan aspek dasar ruang seperti rumah dan sarana fisik yang memadahi dan sehat. Perbaikan lingkungan kehidupan adalah salah satu peranan utama profesi arsitek, urban planner dan desainer dalam masyarakat. Tugas profesi mereka bukan saja mempergunakan desain untuk tujuan estetis semata tetapi berperan aktif untuk tujuan strategis pembangunan masyarakat (state-building). Lingkungan hidup yang tidak sehat akan berakibat langsung terhadap penurunan kualitas kehidupan generasi depan yang diharapkan menjadi kelas menengah. Oleh sebab itu peningkatan kualitas ruang hidup adalah mutlak.

Desain diharapkan dapat memberikan solusi teknis nan praktis untuk perbaikan lingkungan kehidupan masyarakat sehingga menjadi lebih baik. Lebih dari itu, desain didorong untuk mampu memberikan visi kedepan guna peningkatan kualitas hidup masyarakat. Paradigma ini dikenal sebagai urban welfare yang sudah mentradisi sejak city-state di Eropa. Pada masa itu, penyediaan perumahaan rakyat, termasuk sarana transportasi publik, air bersih, dan sanitasi, adalah realitas gerakan modernisme arsitektur di Eropa pada abad lalu. Beberapa bangsa mampu melakukan tugas pembangunan kesejahteraan publik yang melibatkan nilai investasi masyarakat yang tidak kecil ini dengan baik.

Kuliah umum yang dibawakan Insiyur alumni Universitas Parahyangan ini membahas peranan arsitek, urban planner dan desainer dalam mengemban tugas perbaikan ruang hidup di abad 21. Memasuki millennium ini, issue keterbatasan sumber daya alam, energi, kapital dan bahaya laten pemanasan global adalah beberapa hal penting yang musti dipikirkan oleh generasi sekarang dalam menyediakan ruang yang sehat bagi generasi selanjutnya.

Andrea Peresthu saat ini merupakan peneliti bidang perkotaan di Technisce Universiteit Delft, Belanda. Pria yang menjabat sebagai Sekretaris Jendral European Higher Consortium in Urbanism ini telah banyak melahirkan karya tulis baik di media massa maupun jurnal ilmiah. Salah satu artikelnya berjudul JAKARTA'S "EXURBIA" KAMPONGS perihal fenomena polarisasi pertumbuhan kota Metropolitan Indonesia ini.

scan for download