Arvandy, Wisudawan ITB yang Memilih Hacking sebagai Masa Depan

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id – Seiring perkembangan teknologi informasi, keamanan sebuah sistem menjadi hal yang sangat penting. Dalam hal ini, selain butuh seorang programming yang handal dalam membangun sistem, juga diperlukan peran seorang penguji keamanan sistem untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan sistem tersebut.


Salah satu yang memiliki passion dan telah mengambil jalan hidup di dunia hacking ialah Arvandy, seorang mahasiswa pascasarjana (S2) Institut Teknologi Bandung yang akan diwisuda pada Wisuda Kedua ITB Tahun Akademik 2018/2019, Jumat (6/4/2019) di Gedung Sabuga. Ia mengambil jurusan Rekayasa dan Manajemen Keamanan Informasi di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika. 

Saat diwawancara reporter Humas ITB, Arvandy bercerita, sebelum menjadi seorang penguji sistem (hacker) ia sendiri pernah bekerja sebagai programmer pada perusahaan minyak dan gas di Riau. “Saya memilih keluar dari pekerjaan dan mencoba untuk merambah dunia baru, yaitu hacking, meretas sistem, “ ungkapnya Kamis (4/3/2019). 

Arvandy merasa bahwa pekerjaannya sebagai programmer membosankan dan monoton. Ia merasa bahwa dirinya ada dalam kondisi stagnan dan tidak berkembang. “Memang sudah keinginan saya sejak lama untuk memahami keamanan sistem, alasan kenapa memilih jalan ini memang kerinduan dari dalam diri aja, saya merasa lebih banyak tantangan juga di ranah ini,“ lanjut pria asal Riau ini.

Pria yang lulus dengan predikat cumplaude IPK 3.92, ini tentu tidak bisa hanya berharap pada kuliah. Arvandy tahu bahwa teori saja tidak cukup untuk menunjang pengetahuannya dalam melakukan aksi penetrasi ke dalam sistem. Oleh karena itu, ia sangat aktif dalam wadah tertentu yang membekalinya dengan latihan dan pengalaman. “Saya ikut salah satu platform online yang cukup ternama di kalangan hacker, yaitu Hack the Box, paling tinggi, saya pernah ada di peringkat 9 di antara para anggotanya yang tersebar di seluruh dunia,“ cerita Arvandy.

Selain itu, Arvandy juga membuktikan diri melalui sertifikasi internasional untuk praktisi-praktisi penguji keamanan sistem. Sertifikat tersebut adalah Offensive Security Certified Professional (OCSP). Ini merupakan sertifikat bergengsi dan salah satu yang paling sulit untuk didapatkan pada kategorinya. “Saya cukup bangga dengan hasil ini karena notabene saya adalah seorang pemula dalam dunia pengujian sistem, “ kata Arvandy seraya tersenyum.

Pegalaman demi pengalaman yang ia pupuk sebelum mendapat sertifikasi itu juga bukan hanya dari kuliah maupun latihan mandiri. Arvandy sempat mengikuti lomba Jakarta Hacking Competition sebagai salah satu cara untuk melakukan adaptasi terhadap atmosfir hacking di Indonesia secara khusus. “Saya memang tidak berhasil membawa prestasi prestisius untuk pulang, tapi itu memang bukan target saya, sejak saya masuk kuliah, saya hanya menargetkan untuk bisa dapat sertifikasi OSCP sebelum saya lulus,” ujarnya.

Ia sendiri punya harapan untuk melanjutkan karir sebagai praktisi di bidang sistem keamanan. “Saya punya keyakinan bisa berkarya sekaligus bahagia bekerja di sini (penguji keamanan sistem), namanya juga passion ya, “ sambungnya.

Arvandy juga memberi pesan bahwa kita tidak perlu takut untuk belajar keamanan sistem ini dari sisi hacking atau penetrasi sistem. Kedepannya, ia meyakini bidang tersebut akan sangat penting bagi berbagai lembaga. Sebab data digital sudah semakin lekat dengan kehidupan manusia saat ini. “Sehingga pasti penjagaannya juga terus memerlukan pengembangan,” pungkasnya.

Reporter: Ferio Brahmana (Teknik Fisika 2017)

scan for download