Audit Internal Berperan Penting dalam Tata Kelola Perguruan Tinggi

Oleh Adi Permana

Editor -

*Screenshot Dr. Eng Sarwono Sutikno saat menyampaikan materi pada Webinar II II dengan tema “Peran Audit Internal dalam Mengawal Akuntabilitas Perguruan Tinggi” pada Kamis (14/5/2020) melalui Google Meet.
BANDUNG, itb.ac.id – Satuan Pengawas Internal (SPI) ITB kembali menyelenggarakan Webinar II dengan tema “Peran Audit Internal dalam Mengawal Akuntabilitas Perguruan Tinggi” pada Kamis (14/5/2020) melalui Google Meet. Acara tersebut diikuti oleh lebih dari seratus auditor internal dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Webinar ke-2 ini diisi oleh Dr. Eng Sarwono Sutikno, CISA., CISSP., CISM., dan Dr. Ir. Budhi Prihartono, DEA., dan dipandu oleh Dr. I Gusti Bagus Edi Sucipta S.T, M.T.


Sebagai pembuka, Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan akan pentingnya SPI dalam mengawasi akuntabilitas di Kampus ITB dengan segala aspek yang melingkupinya. Oleh karena itu, akuntabilitas perlu dijaga dan diawasi dalam keberjalanannya suatu sistem. “Suatu sistem juga memiliki otonomi untuk memberlakukan pengawasan akuntabilitas di kampusnya,” ujarnya. 

Pada materi pertama tentang “Internal Auditing dengan BoK Certified Internal Auditor”, Dr. Sarwono menjelaskan bahwa auditor memiliki peran sebagai evaluator sesuai dengan tingkatan bloom taksonomi berdasarkan domain kognitif. Itu artinya auditor sudah memiliki kemampuan High Order Thingking Skill (HOTS). Auditor memiliki beberapa kontrol dalam pelaksanaan suatu sistem yang diantaranya kontrol desain. “Audit internal merupakan suatu penjaminan (assurance) atas tujuan dan konsultasi yang independen dan objektif, dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi,” ujar Dr. Sarwono.

“Pengertian tersebut memberikan insight baru auditor kepada suatu sistem bahwa auditor memiliki tujuan untuk membantu organisasi mencapai tujuannya, mengefektifkan proses manajemen risiko, penjaminan (assurance) konsultasi untuk meningkatkan nilai tambah dan operasi,” ujarnya. Berkaitan dengan kondisi tersebut, Dr. Sarwono mengatakan ada baiknya untuk menyejajarkan kedudukan auditor dengan akuntan dan bukan di bawahnya.

Pada materi kedua mengenai “Audit Berbasis Risiko di Perguruan Tinggi”, Dr. Budhi menjelaskan bahwa pelaksanaan audit di perguruan tinggi khususnya ITB mengacu pada sistem RBIA (Risk – Based Internal Auditing) atas dasar pelaksanaan manajemen risiko yang telah dijalankan pada perguruan tinggi khususnya ITB. Tujuan dari RBIA sendiri adalah menguji efektivitas manajemen risiko dalam mengelola risikonya. “RBIA bukan berarti audit terhadap risiko, namun audit terhadap proses manajemen risiko. Konsep ini menegaskan pemisahan peran dan tanggung jawab audit internal dan peran dan tanggung jawab manajemen risiko,” ujar Dr. Budhi.

*Screenshot presentasi Dr. Ir. Budhi Prihartono, DEA.

Ia melanjutkan, audit internal memiliki peran penting dalam struktur tata kelola perguruan tinggi untuk memastikan manajemen risiko yang efektif. Untuk memastikan efektivitas kerangka kerja manajemen risiko organisasi, manajemen senior perlu mengandalkan tiga fungsi garis pertahanan audit yang termuat pada konsep three lines of defence dalam audit. Konsep ini menjelaskan bahwa:

1. Garis pertahanan pertama, merupakan fungsi yang memiliki dan mengelola risiko;
2. Garis pertahanan kedua, merupakan fungsi yang mengawasi atau berspesialisasi dalam manajemen risiko;
3. Garis pertahanan ketiga, merupakan fungsi yang memberikan jaminan independen di atas semua audit internal.

Sebagai penutup Dr. Budhi menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan audit di ruang lingkup kampus khususnya ITB, sangat dibutuhkan komitmen dan sumber daya organisasi dari Majelis Wali Amanat (MWA), manajemen-manajemen, forum guru besar, serta stakeholder perguruan tinggi lainnya untuk melembagakan secara konsisten, terintegrasi, dan terukur konsep three lines of defense di perguruan tinggi.

Reporter: Afif Naufal Harman (Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air, 2017)


scan for download