Anne Avantie Berbagi Kiat Sukses Menjadi Seorang Perancang Busana

Oleh Adi Permana

Editor -

*Dok Panitia

BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) kedatangan salah satu tamu istimewa sekaligus desainer ternama yang mengisi kelas inspirasi di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB pada 1 April 2019. Dia adalah Anne Avantie, seorang perancang busana Indonesia yang terkenal melalui berbagai koleksi kebaya tradisional hasil karyanya.


Bertempat di Ruang Seminar FSRD ITB dan dihadiri ratusan peserta termasuk dari mahasiswa Program Studi Kriya, Anne sukses membagikan semangatnya ke mahasiswa khususnya dalam bidang berkarya. Anne bercerita telah berkiprah sebagai perancang busana selama 30 tahun, dan kesuksesan itu ia bangun dari nol. “Saya berasal dari keluarga yang broken home. Selain itu, saya hanyalah seorang lulusan SMP. Hal ini yang memantik semangat saya bahwa hidup saya tidak boleh gagal jika terus berusaha karena masa lalu bukanlah alasan untuk tidak meraih kesuksesan,” tutur Anne.

Atas karya dan prestasinya, perempuan asal Solo itu dianugerahi beberapa penghargaan seperti Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women Class of 2011 dari Inggris, Kartini Award dari Ibu Negara Ani Yudhoyono pada 2004-2008, Penghargaan Indonesian Woman Able dari Meutia Hatta selaku Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia dan penghargaan lainnya. Anne juga salah satu desainer kebaya untuk finalis Puteri Indonesia serta Miss Universe.

Jatuh bangun dalam membangun usaha dimulai Anne ketika ia berhijrah ke Jakarta. Dengan bekal restu dari sang ibunda, Anne terus meyakinkan dirinya bahwa ia bisa sukses meskipun dalam kondisi yang susah. Menurut Anne, setiap manusia harus yakin sekali dapat meraih kesuksesan. Walaupun pada prosesnya ditemui banyak masalah, manusia dapat belajar dari kesalahan. “Padahal dari sebuah kesalahan kita akan mendapatkan hal yang baru. Anne Avantie itu terkenal dengan kebayanya yang salah potong. Pada tahun 1998 model kebaya saya bagian leher mengalami salah potong dan menjadi asimetris. Hal ini langsung membuat booming seluruh Indonesia,” kenangnya.

*Dok. Panitia

Selain itu, Anne menegaskan bahwa branding merupakan salah satu hal yang penting dalam berbisnis. Branding ini sangat diperlukan untuk mengonstruksi ingatan tentang ciri khas yang menjual dan tidak ditemukan pada diri atau karya orang lain. “Kebaya saya dikenal masyarakat karena mengikuti perkembangan zaman namun tetap memerhatikan nilai historis. Secara personal, seorang Anne juga identik dengan konde yang besar dan bunga kamboja di bagian kanan. Kita harus bangga dengan identitas ini karena dengan keunikan kita dapat dikenal dengan baik,” tutur Anne.

Sesuai dengan tajuk kelas inspirasi yang dibawakan Anne yaitu “Apalah Artinya Tangan Tanpa Hati”, Anne menegaskan bahwa salah satu kunci kesuksesannya dalam bergelut di dunia busana adalah selalu mendengarkan konsumen dan memaknai setiap pertemuan dengan orang lain. “Hadirnya hati dalam kehidupan sehari-hari membuat pertemuan dan peristiwa di kehidupan kita menjadi lebih bermakna. Melakukan pendekatan kepada orang-orang secara heart to heart melalui menghargai setiap orang yang telah membantu kita dan mendengarkan kritik saran dari konsumen menjadikan setiap karya yang saya buat memiliki nilai yang bermakna serta keunikan. Hal tersebut yang membuat karya Anne Avantie memiliki ciri khas di hati masyarakat,” ungkap perempuan kelahiran Semarang, 65 tahun silam.

Menutup kelas inspirasi, Anne berpesan bahwa percaya diri dalam mengekspresikan dalam bentuk suatu karya itu sangat penting. “Akar dari tidak percaya diri salah satunya karena kita terlalu menutup diri dan takut secara berlebihan terhadap karya kita. Kadang muncul pikiran apakah karya kita akan disukai orang atau tidak dan hal itu harus disingkirkan terlebih dahulu. Kepercayaan diri dalam berekspresi dapat diperoleh ketika kita sudah bisa menghargai karya kita sendiri. Walaupun kedepannya karya kita dikritik oleh konsumen, hal tersebut harus diterima untuk menjadikan karya kita lebih baik di masa dating,” pungkasnya.

Reporter: Billy Akbar Prabowo (Teknik Metalurgi 2016)

scan for download