Melukis di Atas Susu, AMISCA ITB Kenalkan Aplikasi Ilmu Kimia kepada Anak

Oleh Adi Permana

Editor -

*Foto: Salsabila Tantri Ayu



BANDUNG, itb.ac.id – Yuk Ngajar! merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang rutin dilakukan oleh mahasiswa Kimia, FMIPA-ITB. Kegiatannya menyasar ke sejumlah panti asuhan atau kelompok belajar anak. Mereka mengenalkan pengaplikasian ilmu kimia melalui metode permainan dan eksperimen yang menyenangkan.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk penyebarluasan pengetahuan dan lebih mengenalkan aplikasi ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sejak usia dini. Selain itu juga untuk meningkatkan jiwa sosial anggota Himpunan Mahasiswa Kimia (HMK) ‘AMISCA’ ITB. 

Kali ini, lokasi pengabdian yang dipilih ialah Rumah Belajar Skhole yang berlokasi di dekat Terminal dan Pasar Cicauhem. Yuk Ngajar! yang diselenggarakan pada Sabtu (9/3/2019) lalu memberikan tiga materi dengan metode penyampaian unik dan menarik. Anak-anak dibagi menjadi tiga buah kelompok yang mendatangi pos dengan materi dan eskperimen yang berbeda.

Pos pertama yaitu Melukis Susu, pos kedua Hujan yang Indah dan pos ketiga Lapis Pelangi. Dalam setiap pos anak-anak dilatih untuk meningkatkan rasa penasaran mereka dan berpikir mengapa fenomena tersebut bisa terjadi. Tentunya materi yang disampaikan disesuaikan dengan umur mereka.

“Melukis Susu yang dimaksud di sini adalah dengan cara melukis di atas susu. Dengan cara menuangkan susu ke dalam piring. Kemudian dilanjutkan meneteskan pewarna makanan pada beberapa titik permukaan susu. Selanjutnya dengan menggunakan cotton bud yang sudah dicelupkan pada wadah berisi sabun pencuci piring, dicelupkan ke dalam susu yang sudah ditetesi pewarna makanan. Kemudian dari situ kita bisa lihat susu bergerak menjauh dari cotton bud sehingga tercipta guratan warna tak beraturan seperti lukisan yang abstrak,” terang Ditya, mahasiwa Kimia yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Jika dijelaskan secara ilmiah, pewarna makanan pada permukaan susu akan bergerak dengan cepat karena ikatan pada sabun cuci, berikatan dengan lemak pada susu. Ikatan ini membuat air dan pewarna makanan terdorong sangat kuat. Segala sesuatu akan terdorong keluar untuk memberikan ruang untuk ikatan antara pewarna makanan dan lemak. Sabun cuci juga merupakan surfaktan yang membuat suatu koloid tidak stabil sehingga koloid itu akan saling tolak-menolak.

Kemudian dilanjutkan dengan eksperiman pada pos kedua yaitu Hujan yang Indah. Eksperimen Hujan yang Indah ini dibuat dengan cara menuangkan air ke dalam gelas kimia sebanyak ¾-nya. Gelas kimia kemudian ditutupi dengan krim cukur di bagian atasnya dan ditambahkan pewarna dan dibiarkan hingga pewarnanya turun ke dalam gelas kimia tetes demi tetes.


*Foto: Salsabila Tantri Ayu

Percobaan ini sebenarnya sangat mirip dengan fenomena hujan. Awalnya air yang berasal dari perairan di permukaan bumi seperti sungai atau danau dianalogikan dengan air yang berada pada gelas kimia. Kemudian tersinari matahari dan akan menguap lalu melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit. Dengan bantuan angin, uap air berubah menjadi awan. 

"Awan ini kita analogikan dengan krim cukur wajah. Kemudian awan yang di langit kan saling bertemu dan membesar dan suhunya dingin. Akhirnya terbentuk butiran es dan air, karena berat dan tidak mampu ditopang. Akhirnya butiran-butiran air atau es jatuh, lalu turunlah hujan tersebut ke bumi. Hal tersebut kita analogikan dengan turunnya zat pewarna akibat krim cukur yang sudah tidak mampu lagi menampung berat dari cairan pewarna,” jelas Rival, Kepala Divisi Pengabdian Masyarakat HMK-ITB.

Untuk pos terakhir anak-anak harus mengunjungi pos yang melakukan eksperimen Lapis Pelangi. Pada pos ini, anak-anak akan mengisi gelas air dengan warna yang berbeda yaitu merah, kuning, hijau dan biru dengan volume yang sama dalam satu wadah yang sama dengan cara menambahkan 4 sendok makan gula pada gelas air merah, 3 sendok pada gelas air kuning, 2 sendok pada gelas air hijau, dan 1 sendok untuk gelas air biru.

Kemudian larutan yang telah berisi gula tersebut dimasukan secara bergantian mulai dari warna merah, kuning, hijau dan biru. Setelah itu, nantinya akan terbentuk empat lapis warna yang tidak bercampur menjadi satu warna hal ini disebabkan karena gula yang larut dalam air akan menambah berat jenis air. semakin banyak gulanya maka makin berat airnya. Oleh karena itu, keempat lapisan larutan tersebut berpisah, karena memang berat jenisnya berbeda. Dan larutan yang memiliki berat jenis terbesar harus diletakkan pada bagian bawah.


*Foto: Salsabila Tantri Ayu

Acara tersebut berlangsung dengan sangat menyenangkan. Setelah itu, anak-anak diminta untuk menceritakan kembali apa yang telah di ajarkan dan yang berhasil menceritakan kembali akan diberikan apresiasi.

Reporter: Salsabila Tantri Ayu (Magang IJA 2019)

scan for download