Wisuda Pertama di 2016, Rektor ITB Dorong Wisudawan untuk Manfaatkan MEA

Oleh Abdiel Jeremi W

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Suasana riuh rendah dipadu udara sejuk menyelimuti Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB. Warga kampus Ganesha dengan gembira menyambut insan-insan akademis yang siap berkontribusi melalui dunia profesional. Suasana selebrasi Wisuda Kedua ITB tahun akademik 2015/2016 tingkat Sarjana, Magister, dan Doktor memenuhi kompleks ITB Ganesha di hari Sabtu (02/04/16). Wisuda yang kerap disebut sebagai 'Wisuda April' oleh mahasiswa ITB ini merupakan perayaan wisuda pertama ITB setelah era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai pada 31 Desember 2015 lalu. Wisudawan yang dilantik menjadi alumni ITB, apapun jenjangnya, diharapkan dapat menjadi insan yang terus berkembang untuk membangun bangsa.

Hari penuh kenangan tersebut dimulai dengan sambutan Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, dalam prosesi Sidang Terbuka. Prof. Kadarsah mengucapkan rasa syukurnya kepada Tuhan dan ucapan selamat kepada para wisudawan sebelum berpidato. Beliau mengingatkan bahwa seorang wisudawan ITB adalah insan ilmu pengetahuan, seni, teknologi, dan humaniora. Keilmuan, kompetensi, dan keahlian adalah sumber kekuatan alumni ITB. Para wisudawan telah melalui berbagai kegiatan pembelajaran selama berkuliah di ITB. Melalui setiap pembelajaran, terbentuklah keilmuan, keahlian, dan kompetensi seorang wisudawan. Menurut Prof. Kadarsah, wisuda adalah prosesi dimana predikat mahasiswa ITB seseorang berganti menjadi alumni ITB. Di bidang apapun, baik publik maupun swasta, sebagai pelaku usaha, birokrasi, peneliti, ilmuwan, insan media, atau pegiat sosial, alumni ITB adalah pribadi pembangunan bangsa. "Sebagai alumni ITB, Anda mengemban amanah untuk menghadirkan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, -red) sebagai sumber kemajuan dan keberlanjutan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia," ujar Prof. Kadarsah.


Peluang Lebih Luas, Tantangan Lebih Besar

Dalam dinamika dunia internasional yang terus bergejolak, Indonesia sedang berada dalam kondisi yang mencekam. Imbas dari pergolakan ekonomi di belahan dunia lain telah berdampak pada harga minyak dunia yang turun dan berindikasi akan terjadinya krisis ekonomi global. Beberapa pengaruhnya pada Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi negara yang melambat dan nilai Rupiah yang melemah. Namun, di antara dampak negatif tersebut, sebuah pintu telah terbuka, yakni MEA. Kesepakatan yang bergulir sejak akhir 2015 silam telah memungkinkan adanya aliran bebas barang, jasa, modal, dan tenaga kerja di antara para pemrakarsanya. Barang dan jasa yang dimiliki oleh Indonesia dapat menembus pasar negara-negara ASEAN dengan lebih mudah, demikian juga sebaliknya. Demikian pula halnya dengan tenaga kerja negara-negara ASEAN, yang kini dapat lebih mudah untuk mengabdi pada perusahaan negara di sekitar negara asalnya. Pengusaha-pengusaha ASEAN tentunya tidak menutup mata akan pasar Indonesia yang sangat besar. Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi alumni ITB. Tantangan karena alumni ITB harus siap bersaing dengan lulusan-lulusan universitas lain di ASEAN. Di satu sisi, alumni ITB memiliki peluang untuk bekerja dan berkarya di Singapura, Malaysia, dan negara-negara ASEAN lain.

Berbagai kiat telah diterapkan ITB untuk membangun profil alumni yang mampu bersaing dengan lulusan universitas mancanegara. Beberapa mata kuliah telah dilaksanakan dalam bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa. UPT Bahasa ITB juga menyediakan kursus bahasa-bahasa asing. Setelah sukses menyelenggarakan program student exchange dan double degree, ITB mulai membuka program Kelas Internasional. Program ini adalah salah satu bentuk internasionalisasi ITB, dimana pesertanya dapat banyak terpapar dengan komunitas internasional serta dapat mengenal berbagai macam budaya yang berbeda. Sebagai jembatan dengan dunia internasional, ITB memiliki International Relation Office (IRO). IRO menjembatani kerja sama ITB dengan world class university yang tersebar di berbagai belahan dunia di samping menyediakan informasi terkait riset dan beasiswa ke mancanegara.

Kini, 21 program studi ITB telah terakreditasi internasional. Selain itu, ITB telah memiliki lebih dari 300 kerja sama di lebih dari 40 negara. Institusi ini juga menempati 500 besar perguruan tinggi dunia berdasarkan ranking QS Top Universities. Bekal inilah yang dibawa oleh wisudawan yang hendak berkarya di luar negeri. "Jadi, jangan ragu untuk melanglang buana, jelajahi dunia, tingkatkan pengetahuan, kayakan pengalaman hidup. Satu hal penting yang ITB harapkan telah menjadi bekal Anda adalah kemampuan untuk terus belajar hingga akhir hayat," pesan Prof. Kadarsah.

 

sumber dokumentasi:

Kantor Berita ITB

M. Rafiul Ilmi (Astronomi 2014) di himastron.as.itb.ac.id


scan for download