Ganesha Membatik: Sebarkan Budaya Lewat Mengajar Sesama

Oleh Amelia Rahma Faustina

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Berbagai batik berwarna warni dengan motif beragam tergantung memenuhi lapangan basket Campus Center (CC) Barat ITB. Inilah yang terjadi dalam acara Ganesha Membatik pada Minggu (12/03/11), yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan Jawa (PSTK) ITB. Peserta yang terdiri dari berbagai lapisan umur, mulai dari siswa SD hingga paruh baya mengikuti acara edukatif ini. Bukan hanya pelatihan, dalam acara ini juga terdapat stand kuliner dan pameran batik.

Pelatihan membuat batik ini melibatkan mahasiswa sebagai  trainer  untuk menjangkau peserta secara personal agar materi pelatihan dapat sampai ke setiap peserta tanpa terkecuali. Susilawati (Fisika Teknik 2008) yang saat itu berpartisipasi sebagai trainer mengatakan bahwa dengan menjadi  trainer, ia bisa ikut dua pelatihan sekaligus. Bedanya, pada pelatihan pertama ia menjadi peserta yang diajarkan langkah-langkah membuat batik dan juga tips-tips menyelesaikan permasalahan yang mungkin terjadi pada saat menjadi trainer.  Kemudian, pada pelatihan kedua, giliran Susilawati mentransfer ilmu yang telah ia dapat kepada kelompok  yang  ia dampingi.

Proses  membatik  yang  diajarkan pada pelatihan ini terdiri dari 4 tahap, yaitu: mola, mbatik, nyolet, dan nglorod. Mola adalah membuat sketsa awal pola pada kain mori  yang akan digunakan sebagai media. Mbatik adalah menebalkan pola yang telah dibuat tadi menggunakan lilin dan canting tulis. Nyolet adalah member warna pada batik bisa dengan menyapukan zat pewarna pada kain.

Tahapan terakhir adalah nglorod, yaitu menghilangkan lilin yang menempel pada kain mori tadi sehingga membentuk pola-pola yang  tidak berwarna pada kain. Hal yang menarik, para peserta dapat membawa pulang canting yang mereka gunakan agar jika suatu waktu ingin membatik lagi, peserta sudah memiliki canting  sendiri.

Annisa Paramitha, peserta  yang  berasa ldari SMP Taruna Bakti mengaku mengikuti acara ini sebagai tugas dari guru sekolahnya.  "Acaranya bagus dan menarik, sebaiknya dilakukan setahun sekali," katanya. Begitu pula Dyani Wylaputri (Sains dan Teknologi Farmasi 2009)  berpendapat bahwa acara ini membawa kesan  yang  mendalam.

"Membatik itu ternyata susah dan hasilnya tidak selalu seperti  yang kita harapkan. Batik-batik seharusnya lebih dihargai karena proses membuatnya susah, yang paling susah adalah tahap mbatik yang menggunakan canting," ujarnya. Meskipun siang itu panas terik, namun peserta tetap antusisas mengikuti jalannya acara dari awal hingga akhir.


"Peserta  yang  terdaftar untuk mengikuti acara ini berjumlah 856 orang berasal dari tidak hanya Bandung, namun juga ada yang berasal dari Bogor dan kota-kota lain. Bahkan ada peserta yang merupakan pertukaran pelajar dari  Jepang dan Jerman ikut serta," ujar Lukman Hardy (Matematika 2009) selaku ketua acara Ganesha Membatik.  "Kami harap acara ini dapat menginspirasi mahasiswa sebagai harapan bangsa di masa depan, untuk dapat memberikan pengaruh pada pelestarian budaya Indonesia."

Rangkaian Acara Dekade 4 Tanggap Warsa PSTK ITB

Acara Ganesha Membatik adalah pembuka rangkaian acara Dekade 4 Tanggap Warsa PSTK ITB yaitu peringatan 40 tahun berdirinya unit kesenian Jawa ini. Setelah Ganesha Membatik, akan ada Sendratari Ramayana  yang  akan dilaksanakan pada 24 April 2011 bertempat di  Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Bandung.

Sebagai acara puncak,  akan diadakan festival gamelan bertaraf internasional pada 10- 12 Juni 2011. Peserta  festival  yang saat ini telah terdaftar dari luar negeri adalah dari Malaysia dan Singapura. Sedangkan peserta dari dalam negeri adalah Institut Seni Indonesia  (ISI) Solo,  Universitas Gajah Mada (UGM), dan Universitas Indonesia (UI).

"Budaya  Indonesia  sangat diapresiasi  di luar negeri, semog adengan festival  ini dapat menggugah pemuda Indonesia untuk melestarikan budaya bangsa. Beragam jenis budaya seperti  batik,  tari,  dan  gamelan  membawa filosofi hidup yang dalam. Misalnya saja dengan membatik mengajarkan kesabaran, keyakinan, kreativitas, dan ketelitian yang harus diterapkan dalam kehidupan," ujar Teguh Wibowo (Biologi 2009), sebagai ketua  acara Dekade 4 Tanggap Warsa PSTK ITB.

"Jangan malu terhadap budaya sendiri, jangan malu dibilang kuno karena melestarikan budaya. Keberagaman budaya dari seluruh daerah di Indonesia, masyarakat harus memandang dengan tidak mengotak-kotakkan asal daerah budaya tersebut. Hal terpenting adalah bersama- sama mengapresiasi kebudayaan, terlepas dari asal usul budaya tersebut karena budaya dari masing-masing daerah adalah budaya Indonesia," ujarnya.


scan for download