PMW ITB: Tekankan Basis Socialpreneurship

Oleh Mega Liani Putri

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Manusia kini dituntut untuk serba bisa agar hidupnya semakin berkembang. Menjadi pribadi yang tangguh dan inovatif adalah dua hal yang dibutuhkan untuk dapat bertahan hidup di era modern ini. Penerapan karakter tersebut dilakukan pada Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) ITB yang rangkaian kegiatannya telah dimulai dari tahun 2015. Pada Minggu (24/04/16) pelatihan terkait kewirausahaan tersebut di adakan di Ruang 9211, Gedung Kuliah Umum Timur ITB khusus untuk 43 peserta,

PMW : Wadah bagi Para Peminat Wirausaha

PMW merupakan program yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Republik Indonesia. Sebagai bagian dari strategi Perguruan Tinggi, PMW dimaksudkan untuk memfasilitasi mahasiswa yang menggeluti bidang wirausaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Berbeda dengan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), PMW berjalan melalui sistem lomba per-universitas sehingga waktu pelaksanaannya berbeda untuk masing-masing universitas. Tahun ini merupakan PMW ITB ketujuh yang diselenggarakan oleh Lembaga Kemahasiwaan ITB terhitung sejak tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan semangat wirausaha mahasiswa ITB.

Ibnu Ubaidillah (Kimia 2006), selaku Pembina PMW ITB 2015, menerangkan bahwa rangkaian kegiatan PMW ITB dimulai dengan sosialisasi kepada para mahasiswa ITB. Program ini dikhususkan untuk mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliah minimal dua semester sehingga mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (TPB) masih belum dapat mengikuti. Selanjutnya, terdapat tahap identifikasi dan seleksi dokumen melalui pengumpulan proposal dengan tema "Upaya Mewujudkan Kemandirian Perekonomian Indonesia". Pada tahap berikutnya, peserta harus menyusun rencana bisnis dengan anggaran biaya yang tak lebih dari Rp8.000.000. Hasil susunan proposal mereka akan dinilai oleh tim seleksi dari bidang perbankan, UKM, dan perguruan tinggi pelaksana. Proposal rencana bisnis dibuat untuk meyakinkan tim seleksi agar memberikan dukungan modal dalam pendirian start-up business. Sebanyak 43 orang berhasil lolos tahap seleksi tersebut dan dapat melanjutkan ke tahap berikutnya yakni kuliah kewirausahaan, monitoring dan coaching (pendampingan), serta workshop dan pelatihan kewirausahaan. Rangkaian kegiatan akan ditutup dengan presentasi rencana bisnis peserta yang diikuti oleh evaluasi dari panitia dan dewan juri PMW ITB 2015 pada bulan Mei.  

Ubah Paradigma Para Peserta dengan Basis Socialpreneur

Ubai, begitu panggilan akrabnya, mengatakan bahwa PMW kali ini berusaha mengubah paradigma mahasiswa ITB mengenai rezeki seseorang. Ketika ia bertanya kepada para peserta apakah ingin mempekerjakan seorang lajang atau seorang yang berkeluarga, kebanyakan peserta memilih seorang lajang. Alasannya, seorang lajang akan memiliki waktu luang yang lebih banyak dibanding seseorang yang berkeluarga. Namun, Ubai ingin mengubah pandangan itu. Ia meyakini bahwa rezeki adalah hal yang sudah diatur Tuhan sehingga ia akan memilih seseorang yang berkeluarga karena mereka memiliki pintu rezeki yang lebih banyak dibanding seorang lajang. "Usaha (bisnis) itu bukan (urusan) logika doang," ujar Ubai sambil tertawa.

Ketika pertanyaan mengenai tujuan PMW ITB diajukan, Ubai mengungkapkan, "Tujuannya untuk merangsang mahasiswa supaya ketika lulus itu mereka tidak hanya berpikir untuk jadi pekerja, tetapi juga entrepreneur." Namun, ada yang berbeda pada PMW ITB 2015 ini. Sejak seminar, panitia menekankan basis socialpreneur kepada para peserta. Saat seminar juga dipaparkan isu-isu sosial sehingga para peserta lebih paham mengenai situasi Indonesia saat ini. Tak hanya mengembangkan sikap mental wirausaha seperti percaya diri, bekerja keras, inovatif, dan berani mengambil resiko, PMW juga membangun empati dan keterampilan sosial para peserta.

Ubai memberi contoh kasus bisnis seorang mahasiswa Farmasi yang menerapkan prinsip Small Office Home Office (SOHO) di mana para pekerjanya tidak diharuskan datang ke suatu tempat atau kantor dan tidak ada pula jam kerja yang ditentukan. Prinsip ini sangat bermanfaat bagi para orangtua yang ingin berkonsentrasi pada keluarganya di sela kesibukan kerja. Ubai menerangkan bahwa dalam mendidik anak diperlukan peran orangtua, baik ibu maupun bapak. Apabila bisnis dengan prinsip SOHO ini diterapkan, tentunya peran orangtua tetap berjalan sebagaimana mestinya dan hak-hak para anak juga akan terpenuhi. Dampaknya, salah satu hal penting seperti pendidikan karakter pada anak pun dapat tertanam dengan baik.

PMW ITB ingin para peserta berpikir lebih jauh dan lebih dalam akan setiap keputusan yang dibuat. Tidak hanya mengedepankan besarnya keuntungan, tetapi juga dampak bisnis tersebut terhadap keberlangsungan hidup orang banyak. Terakhir, Ubai menerangkan harapan singkatnya untuk PMW ITB, "Ada entrepreneur baru di ITB."

ITB Journalist Apprentice 2016
Sitti Mauludy Khairina (FTSL 2015)


Sumber Foto : Dokumentasi Panitia PMW ITB 2015


scan for download