Susi: "Saya Tidak Punya Pilihan Lain"

Oleh kristiono

Editor -

Bandung, itb.ac.id - Demikian Susi Pudjiastuti menuturkan alasannya terjun menjadi eksportir hasil laut. Wanita pengusaha yang baru-baru ini mendapatkan penghargaan dari Ernst and Young sebagai 'entrepreneur of the year' tersebut hadir berbagi pengalaman wirausaha dihadapan mahasiswa dan alumni ITB di Gedung Aula Barat pada Jumat (25/01) dalam seminar yang bertajuk “Mencetak Wirausaha Menjadi Pengusaha”. Seminar sehari ini sekaligus menjadi pembuka program Workshop Entrepreneurship hasil kerjasama Ikatan Alumni ITB Jawa Barat (IA Jabar) dengan Ganesha Entrepreneurship Institute. Susi Pudjiastuti, Pengusaha sukses yang 'drop out' dari SMA ini mengaku usahanya bisa bertahan karena konsisten menjaga kualitas. “Tidak segan membuang barang yang kualitasnya buruk, sambil berusaha memperbaiki kualitas”, ujar Susi mewanti-wanti. Ia menyebutkan sikap tidak segan membuang yang buruk merupakan strategi bisnis di bidang sumber daya alam. Dalam bisnis yang penting adalah kepercayaan dan konsistensi. “Orang melayu seperti kita, lemah dalam menjaga konsistensi, sering kurang peduli dan sulit berubah”, kata Susi. Menyinggung soal keterampilan negoisasi, Susi menekankan pentingnya sikap 'open minded'. “There’s so much thing to learn by looking your surrounding. Belajar tidak hanya dari rekan atau orang yang lebih tinggi tapi juga dari orang-orang kecil. Seringkali mereka (orang kecil) memikirkan sesuatu yang tidak terpikir oleh kita, only because we know too much”, tuturnya. Susi juga setuju bahwa dalam mengambil setiap tindakan bisnis, seseorang sudah harus menyiapkan beberapa skenario sebagai langkah antisipasi. “Prepare for worst case, unsur luck hanya akan kita ketahui setelah mencoba”, tambahnya. Sebagai pengusaha yang bergerak dalam bidang perikanan, Susi berpendapat mekanisme subsidi bahan bakar kepada nelayan salah kaprah. “Nelayan tidak perlu subsidi bahan bakar, subsidi membuat ketergantungan”, katanya. Susi menuturkan bahan bakar bersubsidi hanya menguntungkan pedagang, memicu penyelundupan oleh pengusaha nakal sehingga menimbulkan kelangkaan dan justru menguntungkan nelayan asing yang melakukan praktik penangkapan ikan ilegal. Menurut Susi, selain menjarah hasil laut, kapal-kapal nelayan asing juga menyedot bahan bakar bersubsidi. “Satu kapal asing sekali berlayar makan ribuan liter bahan bakar, nelayan tradisional mungkin hanya 10 liter. Kapal Cina, Taiwan, atau Filipina menangkap ikan di perairan Indonesia Timur, mereka tidak mungkin kembali ke negara asalnya hanya untuk refueling”, ungkapnya. Memasuki masa pensiun, Susi berniat mengisi waktu dengan mengelola restoran seafood di Milan, Munich dan London. Selain Susi, seminar pembukaan ini juga dihadiri oleh 'Raja Kambing' Andri Fajri yang juga alumni Teknik Fisika ITB. Menurut Andri, penting bagi seorang pengusaha menemukan misi dalam hidupnya. “Jadi pengusaha jangan ikut-ikutan”, tegasnya. Andri juga menekankan bahwa ukuran kesuksesan bukan semata-mata status atau banyaknya uang yang dimiliki. Baginya sukses adalah ketepatan membidik misi sehingga dapat meraih kepuasan dalam hidup. Program Workshop Entrepreneurship bertujuan untuk mencetak pengusaha-pengusaha berani, tangguh dan mandiri. Program ini terbuka bagi Umum, Alumni ITB dan mahasiswa. Peserta dalam workshop akan dibekali seluk-beluk wirausaha seperti strategi memulai usaha, melihat peluang pasar, ekspansi bisnis, antisipasi dan identifikasi tren dan perubahan serta materi lain terkait wirausaha yang akan disampaikan oleh para praktisi dan pakar dibidangnya.

scan for download