Mahasiswa ITB Hidupkan Kembali Taman Film Bandung dan Lapangan Bawet Sebagai Ruang Publik
BANDUNG, itb.ac.id – Empat mahasiswa ITB, yakni Irfan Taufikurrahman Baskoro (14419018), Dheamyra Aysha Ihsanti (15419044), Kenjiro Amadeus Phan (15019086), dan Donidarmawan Putra Gemilang (15419032) menginisiasi sebuah komunitas yang bernama “dibawahjembatan”.
Melalui komunitas itu, mereka mempunyai visi untuk menghidupkan Taman Film dan Lapangan Bawet sebagai ruang publik yang aman, nyaman, dan inklusif. Harapannya adalah dapat tercipta lagi sense of belonging yang lebih terhadap ruang publik.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka menggunakan konsep placemaking. Secara sederhana, placemaking adalah bagaimana mengubah suatu ruang publik menjadi sebuah tempat.
“Kalau ada sebuah place, itu terdapat orang-orang di dalamnya, yang peduli akan tempat itu. Jadi tidak hanya ruang publik yang biasanya disebut space. Namun, juga menjadi sebuah tempat yang akan memiliki makna bagi orang-orang di dalamnya,” ujar Irfan, Selasa (6/6/2023).
Konsep placemaking dipilih karena mampu meningkatkan keterlibatan komunitas dalam perencanaan ruang. Ini merupakan salah satu cara untuk mencapai salah satu indikator dari SDGs, yaitu sustainable cities and communities.
Adapun program yang dilakukan oleh komunitas ini terfokus pada dua pendekatan, yakni pendekatan fisik dan nonfisik. Melalui pendekatan fisik, mereka melakukan perbaikan infrastruktur yang ada di Taman Film dan Lapangan Bawet. Selain itu, mereka juga melakukan negosiasi dengan masyarakat lokal agar Lapangan Bawet bisa digunakan untuk beraktivitas.
“Ini sebelumnya dipakai buat parkir travel, akhirnya coba negosiasi dan lain sebagainya. Akhirnya, sudahlah untuk saat ini bisa digunakan sebagai lapangan seperti biasa. Untuk Taman Film, sudah bikin renovasi untuk, mungkin toilet yang paling konkret, karena kemarin hampir tidak bisa digunakan. Terus untuk lainnya ya, mungkin lampu taman juga,” tambah Irfan.
Untuk pendekatan nonfisik, mereka membuat rangkaian kegiatan yang sasarannya adalah masyarakat sekitar. Kegiatan ini diadakan sebagai aktivasi dari taman dan lapangan.
Lalu menurut Dhea, kegiatan yang dilakukan komunitas pun sangat beragam. Seperti kegiatan berkonsep sustainability, kegiatan senam dan pertandingan futsal, hingga kegiatan untuk komunitas tertentu seperti K-pop Outing.
“Kami kan mau menujukan kalau ruang publik ini inklusif, semua orang bisa datang. Jadi tiap acara kami ini target marketnya berbeda-beda, contohnya yang pertama ada english day. Kami mengajak beberapa komunitas untuk bahasa Inggris ke anak-anak TK dan SD,” ujar Dhea.
Selain itu, dia menuturkan ada pula acara Dewantara yang merupakan agenda tutoring bagi anak SMA untuk belajar persiapan UTBK.
Saat ini komunitas tersebut memiliki 30 anggota volunteer yang terdiri dari mahasiswa ITB dari berbagai jurusan, seperti Perencanaan Wilayah dan Kota, Arsitektur, Astronomi, Manajemen, Kewirausahaan, Teknik Industri, Manajemen Rekayasa, dan Teknik Sipil.
Adapun tim event dari dibawahjembatan, terdiri dari Phineas Timothy (Teknik Kimia,2020), Rafly Aditya Dwi Putra (Teknik Kimia, 2020), dan Mikaila Mazaya (Manajemen Rekayasa, 2021).
Dhea berharap intervensi fisik yang telah dilakukan dapat bertahan lama dan masyarakat memiliki rasa kepemilikan terhadap Taman Film dan Lapangan Bawet. Dia pun berpesan agar masyarakat senantiasa menjaga ruang publik ini.
Sementara itu, Irfan berharap ke depannya intervensi ruang publik ini tidak hanya dilakukan oleh komunitas dibawahjembatan saja. Dia berharap komunitas-komunitas lain yang ada di Kota Bandung ikut serta menghidupkan ruang publik ini.
Di sisi lain, Kenjiro berharap anak muda, khususnya mahasiswa di Bandung bisa semakin memaksimalkan ruang publik yang ada.
“Sehingga ruang publik yang ada di Bandung bisa semakin aktif dan bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk semua orang,” paparnya.
Reporter : Arif Hermawan (Teknik Sipil, 2021)
scan for download