ITB Menganugerahkan Gelar Profesor Emeritus untuk Prof. Djoko Santoso

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Prosesi Penganugerahan Profesor Emeritus kepada Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. secara luring dan daring, di Aula Gedung Riset dan Mineral, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), Senin (15/01/2024).

Gelar tersebut dianugerahkan kepada Prof. Djoko Santoso, Guru Besar Teknik Geofisika ITB atas dedikasi, karya, penelitian, hingga publikasi di bidang teknik serta bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Dalam perjalanan kariernya, beliau pernah mengemban banyak jabatan serta penghargaan. Selama kurang lebih 40 tahun, Prof. Djoko Santoso berkiprah di ITB dan membangun negeri. Beliau aktif dalam organisasi profesional di antaranya menjadi Ketua Forum Rektor Indonesia pada tahun 2008-2010, Ketua Majelis Perguruan Tinggi Indonesia pada tahun 2008-2010, Active Member of Society of Exploration Geophysics, Active Member of American Association of Petroleum Geologist, dan masih banyak organisasi nasional dan internasional yang pernah diikuti beliau.

   

Selain itu, beliau pernah mengemban amanah dan jabatan, di antaranya Rektor ITB periode 2005-2010, Rektor UI pada tahun 2012-2013, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2010-2014, Wakil Ketua Majelis Wali Amanat ITB, Ketua Senat Akademik ITB tahun 2002 -2005, Ketua Program Studi Teknik Geofisika ITB pada tahun 1989-1997, Ketua Tim Keinsinyuran Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, serta masih banyak jabatan lain yang pernah diemban.

Berbagai penghargaan dari institusi pendidikan hingga pemerintahan luar negeri pun diberikan kepada Prof. Djoko Santoso, seperti dari Asean Institute of Technology Thailand, National United University Taiwan, dan The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon dari Pemerintah Jepang karena kontribusi beliau dalam meningkatkan pertukaran akademi serta pendidikan antara Jepang dan Indonesia melalui penyelenggaraan Konferensi Rektor Jepang-Indonesia pertama pada November 2012 hingga pengiriman para pengajar Indonesia ke Jepang dengan beasiswa pemerintah Indonesia.

Dalam kegiatan tersebut, beliau menyampaikan pidato berjudul “Memperluas Peran Penting Insinyur Geofisika untuk Sustainabilitas”. Beliau mengatakan, saat ini Indonesia dihadapkan untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida karena ketergantungan pada energi fosil. “Tantangan kita ke depan selain pemenuhan kesejahteraan dan pemenuhan sumber daya energi, kita harus merealisasikan posisi Indonesia sebagai net zero emission,” ujarnya.

   

Beliau menegaskan pentingnya penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) ataupun Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) dalam mereduksi karbon di berbagai produk. Teknologi CCS dan CCUS diprediksi pada tahun 2070 mampu mereduksi CO2 hingga 19.61% berdasarkan skenario IEA 2023.

Di akhir pidatonya, Prof. Djoko Santoso berpesan bahwa peran keinsinyuran Geofisika semakin luas dalam rangka peningkatan kesejahteraan dengan menyeimbangan kebutuhan energi dan suistainabilitas lingkungan melalui penurunan emisi karbon dengan teknologi CCS/CCUS.

Reporter : Nur Asyiah (Rekayasa Pertanian, 2021)

Dokumentasi: M. Naufal Hafizh


scan for download