Dr. Lulu L. Fitri: Pengaruh Ragam Warna Cahaya terhadap Perilaku Manusia

Oleh Hafshah Najma Ashrawi

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Keajaiban kemampuan otak manusia masih menjadi misteri yang terus digali oleh para ilmuwan. Keberadaan otak manusia memengaruhi seluruh kegiatan kehidupan manusia. Sebagai makhluk hidup, manusia akan melakukan respons, yaitu proses berpikir yang melibatkan otak. Dari respons inilah kemudian timbul perilaku. Perilaku sendiri merupakan representasi sistem kerja fungsi tubuh manusia dalam melakukan respons. Selain itu, hormon juga berperan penting dalam mengatur kinerja tubuh manusia dalam berperilaku.

Pembahasan mengenai perilaku makhluk ini dikupas melalui ilmu neurobiologi dan endokrinologi. Neurobiologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari kinerja dan fisiologi sistem saraf serta hubungannya dengan perilaku manusia. Sedangkan endokrinologi adalah ilmu biologi yang membahas sistem endokrin yang umum dipahami sebagai hormon. Kedua bahasan ilmu tersebut diajarkan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB oleh Dr. Lulu Lusianti Fitri.

Lulu adalah staf pengajar di SITH ITB dengan spesialisasi biologi perilaku. Ahli neurosains ini juga aktif dalam kegiatan penelitian di Kelompok Keahlian (KK) Fisiologi, Perkembangan Hewan, dan Sains Biomedika. Bersama dengan para mahasiswanya, penelitian Lulu membahas topik-topik tentang perilaku hewan dari sudut pandang neurobiologi dan endokrinologi dengan fokus utama pada perilaku manusia. Sayangnya, penelitian dengan objek utama otak manusia tidak dapat dilakukan dengan mudah.

Bagi para saintis, mempelajari otak manusia secara fisiologis tidak diperkenankan secara langsung sehingga perlu digunakan hewan model. Namun, penggunaan hewan model tidak sepenuhnya memberikan hasil yang sesuai dengan kondisi manusia yang sebenarnya. Walaupun begitu, dengan menggunakan hewan model, peneliti tetap dapat mengetahui mekanisme yang terjadi secara seluler dan molekuler. Untuk mendapatkan informasi kondisi fisiologi objek, dilakukan pengujian molekul kimiawi dalam sistem saraf (neurochemistry) yaitu dengan melakukan pengukuran senyawa organik pembawa sinyal di antara sel saraf (neurotransmitter) dan pengukuran kadar hormon dari organ tertentu seperti otak.

Untuk meneliti manusia yang hidup, dapat dilakukan pengukuran kinerja fisiologis dari luar. Salah satu kinerja fisiologis yang dapat ditangkap dari luar adalah gelombang otak. Informasi yang didapat dari gelombang otak adalah pengetahuan proses stimulus yang ditangkap oleh otak maupun tubuh melalui semua indra yang kemudian dimanifestasikan melalui perilaku. Untuk mengambil informasi gelombang otak ini dilakukan pencitraan otak (brain imaging). Salah satu teknik pencitraan otak yang digunakan oleh Lulu adalah elektroensefalografi (EEG). Penggunaan metode EEG dalam penelitian di KK Fisiologi, Perkembangan Hewan, dan Sains Biomedika ini diperkenalkan oleh Dr. Suprijanto ST., MT. dari KK Instrumentasi dan Kontrol Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB.

Peningkatan Kewaspadaan dengan Cahaya Biru

Akhir-akhir ini,  banyak penelitian baru yang merumuskan bahwa penggunaan cahaya biru (cahaya dengan panjang gelombang yang pendek) mengatur emosi dan perilaku manusia. Namun, di Indonesia penelitian mengenai penggunaan cahaya biru terhadap perubahan perilaku masih sedikit. Lulu merintis salah satu penelitian mengenai cahaya biru di Indonesia melalui penelitian yang berjudul "Evaluasi Tingkat Kewaspadaan dan Waktu Reaksi Pengemudian Mobil Malam Hari Terhadap Paparan Cahaya Biru berdasarkan Respons Gelombang Otak".

Penelitian tersebut menguji penggunaan cahaya biru dengan objek pengemudi di Indonesia. Pengujian yang dilakukan adalah melihat refleks yang dilakukan selama mengemudi."Hasil penelitian memang sudah bisa menunjukkan bahwa hasil lampu biru untuk pengemudian itu meningkatkan kewaspadaan untuk si pengemudinya sendiri," ujar dosen yang juga menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Tahap Persiapan Bersama (LTPB) Bidang Pengembangan Karakter ini. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan kewaspadaan masih terbatas di 5 -8 menit pertama saja sehingga untuk kedepannya perlu dikaji lebih lanjut untuk penyesuaian penggunaan cahaya biru agar kewaspadaan dapat meningkat secara kontinu. Penelitian ini pun masih tetap dilanjutkan untuk melihat refleks pengemudi.

Makna-Makna Warna

Beberapa jenis warna cahaya telah dicoba untuk diteliti lebih jauh oleh banyak peneliti. Aplikasi penggunaan jenis-jenis warna cahaya ini salah satunya adalah penandaan lalu lintas di jalan raya. Penggunaan warna merah secara psikologis menandakan kehati-hatian dan banyak digunakan pada tanda berhenti. Hal ini juga didukung bukti penelitian bahwa paparan cahaya warna merah akan meningkatkan reaksi secara signifikan. Cahaya warna hijau menstimulasi ketenangan dan digunakan misalnya pada lampu lalu lintas menandakan untuk berjalan. Penggunaan cahaya warna hijau ini dimaksudkan agar mengurangi rasa stres karena paparan cahaya warna merah lampu lalu lintas.

Apresio Kefin Fajrial (ITB Journalist Apprentice 2015)

Sumber Gambar : dailymail.co.uk dan cerebromente.org.com


scan for download