Prof. Dr. Iwan Pranoto: Sikapi Perguruan Tinggi Di Bawah Kemristek

Oleh Ninik Susadi Putri

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Perguruan Tinggi (PT) sebagai institusi pendidikan tentu memegang peranan penting untuk melahirkan generasi bangsa yang cerdas. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh civitas akademika merupakan aplikasi dari ilmu yang didapat di bangku perkuliahan. Apakah riset merupakan inti dari kegiatan pedidikan tinggi? Hal tersebut mendasari munculnya gagasan PT berada dalam pengawasan Kementrian Riset dan Teknologi (Kemristek). Berbagai pandangan mengenai gagasan ini pun bermunculan dari kalangan akademisi di tingkat perguruan tinggi. Salah satunya adalah Prof. Dr. Iwan Pranoto, dosen program studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB.

Gagasan tersebut sudah lama diperbincangkan oleh kalangan akademisi maupun politisi. PT sebagai pusat riset dianggap dapat memajukan bangsa karena dapat mewadahi kegiatan berinovasi dan berkreativitas. Ada dua alasan yang dikemukakan mengapa perguruan tinggi sebaiknya berada pada pengawasan Kemristek. Alasan yang pertama adalah agar hasil penelitian yang dilakukan oleh PT lebih terarah dan dapat terintegrasi dengan lembaga riset yang lain. Alasan yang kedua adalah agar penelitian yang dilaksanakan dapat langsung diaplikasikan langsung ke masyarakat.

Banyak negara maju yang menjadikan perguruan tinggi di bawah Kementrian Riset dan Teknologi. Hanya saja hal tersebut tidak menjamin keberhasilan jika bangsa Indonesia sendiri belum berbenah diri. Jika sistem pendidikan dasar hingga menengah atas dibedakan dengan perguruan tinggi, akibatnya kita tidak dapat melihat pendidikan secara holistik. PT di bawah Kemristek merupakan sebuah perubahan besar. Namun hal ini bukan langkah yang tepat bila sistem pendidikan Indonesia masih seperti sekarang. Seharusnya yang dibenahi terlebih dahulu adalah sistem pendidikan itu sendiri. Iwan menambahkan dengan membuat backward design, yaitu berangkat dari perguruan tinggi yang menginginkan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang seperti apa, dan SMA yang dapat merumuskan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang seperti apa, dan seterusnya. Dengan desain tersebut kita dapat menghasilkan keluaran yang tepat dari setiap jenjang pendidikan.

Jika PT dijadikan sebagai suatu lembaga riset, menyebabkan PT hanya akan melihat pada hasil akhirnya saja. Padahal sebagai suatu lembaga pendidikan, PT seharusnya melihat pada proses pembelajaran. Pada lembaga riset kita hanya melihat pada produk yang dihasilkan, bukan manusia yang menciptakan produk tersebut. Produk utama dari perguruan tinggi adalah manusia. Yang diajarkan kepada manusia adalah hasil dari penelitian. "Kita menyediakan pemahaman untuk setiap orang supaya memiliki sikap peneliti," jelas Iwan. Keberhasilan PT bukan dilihat dari riset yang dihasilkan, tetapi dari manusianya yang cakap dalam meneliti.

Bisa saja apabila perguruan tinggi dijadikan sebagai lembaga riset yang keluarannya adalah produk sama saja dengan mengomersialisasikan perguruan tinggi. Pendidikan tinggi erat kaitannya dengan mendidik manusia. Masalahnya manusia sulit untuk diukur atau dikuantisasikan proses pembelajarannya. PT bertujuan untuk membentuk karakter dan pola pikir pada manusia. Produk dibentuk dari manusia yang telah memiliki pola pikir dan pemahaman keilmuan yang baik. PT di bawah Kemristek melupakan fungsi penting PT selain sebagai penelitian, tetapi sebagai pengembangan ilmu. "Misinya itu tetap pendidikan, tetapi how we do it adalah research," tambah Iwan di akhir wawancara.

Sumber foto: assets.kompas.com


scan for download