Tantangan penyusunan master plan pembangunan kepariwisataan nasional di awal tahun 1990-an telah menjadi tonggak sejarah bagi ITB untuk menjadikan kepariwisataan sebagai materi pembelajaran yang serius. Pariwisata saat itu merupakan penyumbang devisa negara yang strategis karena menurunnya pendapatan negara dari minyak dan gas. Keinginan politik yang kuat untuk mengembangkan industri pariwisata telah mendorong diadakannya studi pariwisata dan telah meningkatkan permintaan untuk jada perencanaan pariwisata. Oleh karena itu, mata kuliah pariwisata ditawarkan sebagai mata kuliah pilihan di Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota ITB. Mata pelajaran ini telah menarik minat siswa baik dari departemen perencanaan dan bidang studi lain secara bertahap.
ITB bukanlah sekolah tinggi pertama yang mengadakan program pascasarjana di bidang pariwisata. Pendidikan sarjana pariwisata di Indonesia sebagian besar bersifat vokasi, yang melayani kebutuhan industri yang terus berkembang. Menanggapi permasalahan akibat percepatan pertumbuhan industri ini, ITB mendirikan Pusat Penelitian Pariwisata pada tahun 1993. Hal ini dilakukan untuk merangsang minat mahasiwa dan pengajar pada maslaah terkait. Pusat penelitian bertujuan untuk mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman melalui penelitian serta pembelajaran dari kerjasama dengan beberapa pemerintah daerah dan nasional. Dengan pengetahuan yang berkembang selama periode itu, materi pariwisata berhasil diperkaya dan diperluas. Pada tahun 2006, Program Magister Pariwisata dimuat sebagai lampiran program Magister Studi Pembangunan. Setelah pertimbangan dan persiapan yang matang, Program Magister Perencanaan Kepariwisataan didirikan pada tahun 2010.