Pesan KH. Ulil Abshar Abdalla di ITB Talks Ceramah Ramadan 2024: Berprasangka Baik Kunci Wujudkan Masyarakat Kohesif

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - ITB Talks Ceramah Ramadan kembali digelar di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha pada Kamis (14/3/2024). Mengusung tema "Berprasangka Baik untuk Peningkatan Kualitas Bekerja", acara ini dihadiri oleh Rektor beserta pimpinan ITB, dosen, hingga tenaga kependidikan dari berbagai unit kerja.

Dalam kesempatan ini, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH. Ulil Abshar Abdalla untuk menjadi pembicara dan menyampaikan tausiyahnya.

KH. Ulil membuka ceramahnya dengan mengingatkan kembali cita-cita bangsa Indonesia yang serupa dengan cita-cita agama Islam yakni membangun fondasi masyarakat yang kohesif atau cohesive society.

Menurutnya masyarakat kohesif memiliki ciri-ciri sebagai berikut, mulai tidak adanya kecurigaan satu dengan yang lainnya, masyarakat yang bersifat kokoh, solid, dan tidak bersifat kesukuan.

Adanya sifat kesukuan ini, lanjutnya, dinilai dapat menjadi ancaman terhadap pemahaman tersebut. Lantaran dapat memicu adanya perpecahan. Maka dari itu, hal penting yang perlu dilakukan untuk mencapai cohesive society adalah dengan menyatukan masyarakat.

Beliau kemudian mengambil contoh dari kisah istri Rasulullah SAW, yakni Siti Aisyah yang memiliki pesan tentang etika husnudzon atau berprasangka baik dalam bermasyarakat. Dia mengatakan kisah itu relevan dengan kondisi masyarakat modern kini yang jauh dari cohesive society.

"Tafsir kecurigaan yang dimiliki masyarakat masa kini dilatarbelakangi adanya kemudahan dalam mengakses berbagai platform media sosial yang menormalisasikan kecurigaan sebagai falsafah dan pandangan hidup modern," ujarnya.

Selain itu, hal tersebut juga didorong oleh perubahan fundamental komunikasi era digital yang memudahkan masyarakat untuk menyembunyikan identitasnya sehingga memicu tafsir kecurigaan yang berdampak kepada perubahan perilaku masyarakat.

Maka dari itu, KH. Ulil berpesan bahwa sudah sebaiknya kita memulihkan etika husnudzon sebagai falsafah hidup sehat dan kembali menjadi masyarakat yang kohesif sesuai dengan ajaran agama Islam yang berbasis inklusif.

"Sekaligus menjauhi tantangan era digital seperti gejala-gejala kesukuan modern, politik kepentingan, dan sentimen-sentimen modern yang dapat menyebabkan suudzon dan perpecahan dalam masyarakat," tuturnya.

“Mari mensucikan diri dari penyakit modern,” pungkasnya.

Di sisi lain, Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan ITB, Prof. Ir. Muhamad Abduh, M.T., Ph.D., pada sambutannya kembali mengingatkan mengenai BAKKTI ITB, yang merupakan nilai kompetensi yang wajib dimiliki oleh dosen serta tenaga kependidikan yang ada di ITB.

BAKKTI sendiri merupakan akronim dari enam kompetensi wajib yaitu: (1) Belajar terus menerus; (2) Adaptif; (3) Kolaboratif; (4) Kinerja Tinggi; (5) Toleransi; dan (6) Integritas.

Prinsip Toleransi dalam konsep tersebut dinilai sejalan dengan tema Ceramah Ramadhan 2024, yakni "Berprasangka Baik untuk Peningkatan Kualitas Bekerja".

"Dengan prinsip tersebut, kita dapat mewujudkan ITB sebagai happy workplace yang optimal. Sehingga ITB dapat menjawab tantangan bangsa di bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM)," ujar Prof. Abduh.

Reporter: Kezia Hosana (Teknik Kimia, 2022)


scan for download