Mahasiswa Tingkat Akhir Seni Rupa ITB Selenggarakan Pameran Laku Pelaku

Oleh Adi Permana

Editor -

Pembimbing studi drawing, Dr. Dikdik Sayahdikumullah, M. Sn. Menikmati karya Pseudo Truth; Among The Unseen oleh Krisanti Syaharani (Foto: Gina Aulia/Reporter)

BANDUNG, itb.ac.id – Program Studi Seni Rupa ITB menyelenggarakan pameran Laboratory Exposition IV: Laku Pelaku. Pameran akademik Seni Rupa ITB ini dilaksanakan di Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jl. Naripan No. 7 – 9, Braga, Kota Bandung.

Diselenggarakan selama tujuh hari dari 19 – 25 Desember 2022, pameran ini dibuka oleh pengelola Gedung YPK, Isa Perkasa; Kaprodi Seni Rupa ITB Dr. Willy Himawan, M.Sn., pembimbing studio intermedia, Duto Hardono, M.Sn., pembimbing studio drawing Dr. Dikdik Sayahdikumullah, M.Sn., Ketua Pelaksana Pameran Wina Khoirunisa; dan perwakilan dari tim kuratorial Karen Clahilda.

Pameran ini dihadiri oleh dosen, mahasiswa, dan masyarakat sekitar di mana sebagai satu-satunya galeri milik pemerintah yang terletak di pusat kota, Gedung YPK ini memiliki daya tarik sendiri bagi masyarakat yang sedang beraktivitas. Ragam karya yang ditampilkan pada pameran ini dibagi menjadi dua yaitu studi intermedia dan patung (19 – 21 Desember 2022) dan studi dwimatra (23 – 25 Desember 2022). Selain pembukaan, hari pertama pameran diikuti oleh tour pameran bersama perwakilan dari tim kuratorial.

Laku Pelaku adalah perhelatan keempat dari rangkaian pameran Laboratory Exposition yang diselenggarakan sejak tahun 2018. Pameran ini merupakan bagian dari pra Tugas Akhir yang menampilkan berbagai karya dari mahasiswa Seni Rupa ITB angkatan 2019 sebagai pemenuhan peran mereka sebagai mahasiswa tingkat akhir.

Mengangkat tema mengenai perilaku manusia, pameran ini mengingatkan apresiator bahwa manusia hidup dengan meninggalkan jejak. Jejak ini meliputi peran, pikiran, dan perilaku. Sebagai insan berakal, sudah semestinya kehadiran manusia diiringi dengan refleksi mereka sebagai sebuah entitas, mempertanyakan sebuah tujuan yang mencerminkan kodrat manusia. Pameran ini juga menceritakan mengenai tindakan yang dilangsungkan oleh pelaku (manusia) sebagai pemegang kuasa atas definisi lakunya tersebut.

Berbagai gagasan ini dituangkan melalui eksplorasi medium. Studi intermedia merepresentasikannya melalui metode instalasi hingga VR (virtual reality). Studi dwimatra meliputi seni lukis, menggambar, dan cetak grafis. Studi trimatra melakukan eksplorasi dengan ekspansi medium. Isu yang diangkat dalam karya-karya seniman yaitu kehidupan maya, kekerasan seksual terhadap perempuan, modernisasi, hilangnya nilai privasi, refleksi diri, dll.

Can’t Hear, Won’t Listen oleh Hanggana Litya Gunita (Foto: Gina Aulia/Reporter)

Dari studio intermedia terdapat karya dari Hanggana Litya Gunita yang merupakan sound art. Apresiator dapat menikmati karya dengan menyaksikan benturan dan redaman suara. Dengan prinsip noise cancelling, karya ini mengangkat isu terkait opini orang-orang yang saling bertabrakan dan ketika masing-masing pihak tidak mau mendengarkan maka opini-opini yang ada akan tidak terdengar.

Skin: the undertones oleh Michelle Jovita (Foto: Gina Aulia/Reporter)

Skin: the undertones merupakan karya dari studio patung yang terdiri atas 16 panel. Setiap panel memiliki lapisan yang menggambarkan lapisan-lapisan pembangun struktur organ hingga pigmen warna kulit yang mewakilkan keragaman identitas manusia. Lapisan-lapisan ini dibangun dengan menggunakan stocking beragam warna.

Reporter: Ghina Aulia (Mikrobiologi, 2019)


scan for download