Mapres ITB Muhammad Ibnu Fadlin Syah: Kegagalan Bukan Akhir Segalanya

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id – Kegagalan bukanlah sesuatu yang patut dijadikan alasan untuk menyerah. Hal itulah yang selama ini diyakini oleh peraih Juara 3 ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) ITB Tahun 2022, Muhammad Ibnu Fadlin Syah. Sebagai perwakilan Mahasiswa Berprestasi (Mapres) dari Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB, pria yang akrab disapa Ibnu ini pun mengaku sempat nyaris menyerah karena beberapa kali mengalami kegagalan.

“Saya juga seperti mahasiswa TPB pada umumnya. Pernah menangis karena praktikum, merasa pesimis saat ujian kalkulus, fisika, dan kimia, gagal dalam berbagai kompetisi dan juga sempat melambaikan tangan karena tugas yang melelahkan. Di jurusan pun begitu, saat semester 3 saya tersandung kasus akademik yang menyebabkan saya harus mengulang satu mata kuliah wajib dan masih mengalami kegagalan pada belasan lomba lainnya,” ujar Ibnu.

Namun, kegagalan itu rupanya tidak membuat Ibnu patah arang. Bahkan sebaliknya, Ibnu terus berusaha dan meyakinkan dirinya agar tidak menyerah begitu saja. Perubahan pun terus dilakukannya, dan akhirnya pada semester 5 ia pun berhasil menyabet sederet prestasi. Mulai dari memenangkan kompetisi nasional debat bahasa inggris, TOP 30 Debat APBN, partisipasi dalam Model United Nation, Favorite Banner pada UNESCO Water Resilience Challenge, hingga menjadi EFL Champion pada World Doxbridge Debating pada skala internasional.

“Menurut saya, penghargaan tersebut hanyalah sebuah bonus dan apresiasi kepada diri saya karena tidak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai kegagalan. Selain itu, pelajaran yang paling utama terletak pada prosesnya dan bukan sekadar kemenangan saja. Saya percaya bahwa "failures are blessing", kegagalan adalah keberkahan yang memberikan kesempatan agar kita dapat mengevaluasi dan menemukenali diri menjadi pribadi yang lebih baik untuk kedepannya,” terang mahasiswa yang juga hobi melukis ini.

Ibnu yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara ini pun memandang bahwa berprestasi adalah sebuah proses menemukan tujuan, kelebihan, dan kekurangan diri sendiri. Berprestasi pun diyakininya sebagai proses dalam mencapai sebuah impian. Menurutnya, prestasi tidak bisa dipandang dari satu sisi, misalkan akademik atau non akademik saja. Ia mencontohkan jika seseorang menilai seekor ikan dari kemampuannya dalam memanjat pohon, ia akan menjalani hidupnya dengan percaya bahwa dia bodoh. Berdasarkan yaitu kemampuan setiap orang sangat unik begitupun dengan prestasi yang dimilikinya Setiap prestasi tersebut merupakan buah hasil jerih payah dan sangat personal dimana setiap individu mempunyai preferensi capaian yang berbeda, dan mempunyai keunikan masing-masing.

“Berprestasi bagi saya sendiri adalah proses menemukan tujuan, serta mengenali kelebihan, dan kekurangan yang kita miliki. Kemudian, berproses dalam mencapai mimpi yang kita inginkan. Saya bermimpi bisa menciptakan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang berkelanjutan dan inklusif dalam artian ramah bagi kelompok marjinal, khususnya penyandang disabilitas. Dewasa ini, ada banyak sekali polemik dalam pelaksanaan layanan sosial, infrastruktur, dan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas,” ucap Ibnu.

Dalam presentasinya pada Pilmapres ITB 2022 beberapa waktu lalu, ia membawakan sebuah program Padek adalah singkatan dari Pemulihan Aktivitas Destinasi dan Ekonomi Kampung Warna Warni. Padek merupakan pengembangan kapasitas masyarakat berbasis community based organization yang menyelenggarakan program pendidikan, pelatihan, dan masyarakat lokal di lokasi wisata Kampung Warna-Warni yang berada di Kota Lubuklinggau. Pendekatan yang dilakukan dalam program ini yaitu community asset mapping untuk mengetahui potensi dan sumber daya yang ada dalam suatu komunitas. Hal ini berguna untuk memaksimalkan sumber daya yang dimiliki dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada dengan memanfaatkan partisipasi dan kapasitas masyarakat lokal. Selain itu, padek berasal dari Bahasa Lubuklinggau yang memiliki arti keren/luar biasa dengan harapan program yang dilakukan dapat berdampak "luar biasa" dalam memulihkan aktivitas pariwisata dan ekonomi masyarakat lokal.


scan for download