Pendekatan Socio-Engineering dalam Manajemen Proyek Pembangunan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Pemahaman akan ilmu engineering memang penting, banyak aspek dalam kehidupan manusia yang bersinggungan langsung dengan rekayasa. Namun, ilmu engineering ini tidak bisa berdiri sendiri tanpa diikuti oleh pendekatan sosial.

Ir. Lucky Harry Korah, M. Si., hadir untuk memberikan pengetahuan terkait pendekatan socio-engineering dalam mengelola stakeholder pembangunan infrastruktur, dengan topik khusus bangunan sumber daya air (SDA). Lucky menyampaikan materi ini melalui kuliah umum ke-12 yang diselenggarakan oleh Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB (FTSL ITB) pada Rabu, 6 April 2022.

Melalui pemaparannya, Lucky menyampaikan pendekatan socio-engineering digunakan untuk meningkatkan referensi penyelesaian problematika sosial yang kerap terjadi saat proses pembangunan infrastruktur, dalam hal ini infrastruktur SDA menjadi ranah Lucky sehari-hari. Fenomena sosial yang dijelaskan pada kuliah umum virtual ini tidak semata-mata berdasarkan literatur, tetapi juga berdasarakan pengalaman lapangan Lucky selama terjun di bidang ini.

“Pada dasarnya, pembangunan infrastruktur tidak hanya menggunakan ilmu teknik, tetapi juga ilmu kemanusiaan,” kata Lucky. Ia lanjut menjelaskan proses pembangunan ini sebenarnya mengubah bentang alam (natural) dan budaya (cultural) menjadi peradaban baru (built environment).

Selanjutnya, Tenaga Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air ini membawa peserta kuliah untuk menggali lebih jauh mengenai project stakeholder management dalam socio-engineering. Lucky merumuskan (dari beberapa literatur) bahwa project stakeholder merupakan individu, grup, dan organisasi yang terdampak oleh proyek. Dengan demikian, proses konstruksi turut bersinggungan dengan kepentingan stakeholder, seperti peraturan daerah setempat yang mengatur hal-hal dalam konstruksi.
Socio-engineering dan project stakeholder management berkoherensi. “Tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Seluruh aspek diperhitungkan, tetapi terintegrasi,” imbuh Lucky. Project stakeholder management memiliki sebuah siklus yang dimulai dari proses identifikasi hingga implementasi strategi manajemen.

Berdasarkan pengalaman di lapangan secara langsung, Lucky menjelaskan project stakeholder management memiliki hubungan yang linear dan berbanding lurus dengan keberhasilan pembangunan infrastruktur. Tak lupa, Lucky menekankan bahwa project stakeholder management ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, seperti konsumen, pemilik (owners), karyawan, dan penyuplai, serta faktor lingkungan yang perlu dianalisis lebih lanjut.

Pada kesempatan ini, Lucky menyampaikan faktor sukses dalam menjalankan proses pendekatakan socio-engineering, yaitu kenyaman, kompetensi, komitmen, dan komunikasi. Selain itu, menurutnya terdapat tiga prinsip implementasi ilmu ini, yaitu tidak dapat menghindari orang lain; suka atau tidak suka, setiap manusia adalah makhluk sosial dari bagian masyarakat; dan menempatkan waktu dan upaya untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara positif dengan orang lain/kelompok. “Pasti akan sukses,” imbuhnya.


Masalah sosial dalam proses keberjalan pembangunan infrastruktur tidak dapat dihindari karena setiap pihak memiliki kepentingan/prinsip masing-masing. Fenomena ini dapat terjadi saat tahap prakonstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi. Dengan demikian, penting untuk memahami pendekatan socio-engineering dan project stakeholder management untuk menyukseskan pembangunan infrastruktur.

Reporter: Hanan Fadhilah Ramadhani (Teknik Sipil Angkatan, 2019)


scan for download