Cerita dan Tips Deta Ewila Sinuraya Dapat Beasiswa IISMA: Dari ITB Hingga Sussex

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id – Mendapatkan pengalaman belajar di luar negeri adalah impian setiap mahasiswa. Dalam hal ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menyelenggarakan program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Deta Ewila Sinuraya (ME’18), merupakan salah satu mahasiswa ITB yang berkesempatan mengikuti program ini.

Saat diwawancarai pada Selasa (1/2/2022), Deta menjelaskan bahwa IISMA adalah beasiswa pertukaran pelajar ke luar negeri. Segala biaya terkait administrasi dibiayai penuh oleh Kemdikbudristek. Dia mendapatkan info terkait program ini dari Kaprodi yang memberitahu ada info terkait program pertukaran pelajar.

Segala berkas terkait pendaftaran pun dipersiapkan. Beberapa berkas tersebut seperti surat rekomendasi dari Direkrotar Kemahasiswaan, transkrip nilai, sertifikat bahasa, dll. Setelah menyerahkan segala berkas, tinggal menunggu pengumuman hasil seleksi berkas. Pengumuman hasil seleksi berkas ini cukup lama, tetapi pada akhirnya Deta mendapat surel dari IISMA terkait tes wawancara.

Setelah melalui tahap ini semua, barulah Deta dinyatakan lulus dan berkesempatan belajar di University of Sussex, Brighton, Britania Raya. Di sana Deta menjadi Mahasiswa Departemen Hubungan Internasional, program studi global. Dia mengakui bahwa yang dipelajari di sini sangat general sehingga tidak menjadi masalah meskipun latar belakangnya berasal dari jurusan meteorologi. Tentunya hal ini dapat membuka wawasan baru baginya.

Belajar di negara asing serta bergaul dengan orang-orang dari berbagai negara tentu menanamkan pengalaman yang berharga dalam dirinya. Selama menjadi mahasiswa di sana berbagai kegiatan kemahasiswaan kerap Deta ikuti. Misalkan kegiatan menjelajah, kegiatan lintas budaya, dll.

Selama berada di sana, Deta tinggal di asrama kampus. Selain ekonomis, tinggal di asrama sangat nyaman. Di sana dia tidak pernah melihat isu rasial karena memang mahasiswa di sana berasal dari mancanegara. Namun, dia merasa terkendala dalam berkomunikasi karena aksen bahasa yang digunakan sangat berbeda dengan yang dia ucapkan saat berada di Indonesia. Tak putus asa, Dia langsung mengejar ketertinggalannya tersebut melalui kegiatan-kegiatan yang memaksa dia untuk berkomunikasi serta membaca literasi agar kemampuan berbahasanya semakin lancar.

Kemudian Dia membagikan sedikit tips agar bisa lulus program IISMA ini. Menurutnya banyak Mahasiswa ITB yang seharusnya bisa lulus tetapi karena memilih universitas yang sangat populer akhirnya mereka tidak lolos. “Mereka yang enggak lolos bukan karena enggak pintar, tapi karena salah strategi milih kampus, kampus yang dia pilih mungkin pendaftarnya banyak tapi kuotanya dikit,” jelas Deta. Deta menargetkan kampus yang peringkatnya lebih tinggi tapi punya peluang buat lulus.

Setelah itu dia sangat menyarankan agar memenuhi semua berkas yang diminta dengan baik. “Untuk CV sebaiknya relate ke program yang mau diambil, terus skor bahasa harus sesuai dengan kriteria minimal, dan kalau punya sertifikat itu bisa jadi nilai plus,” pungkas mahasiswa yang berasal dari Tanah Karo, Sumatera Utara tersebut. Dia juga sangat menekankan untuk jujur pada tahap wawancara. “Meskipun jujur, tapi tetap harus solutif,” tambahnya.

Di akhir, dia berpesan agar mahasiswa yang kelak mengikuti program ini bisa adaptif dan banyak bergaul di sana. “Kalau ada masalah, jangan nge-down, tapi harus segera cari solusinya,” pesannya.

Kemudian untuk yang sedang mempersiapkan diri mengikuti kegiatan ini, Dia berpesan agar terus berusaha, pantang menyerah, dan berdoa. “Tuhan itu bekerja buat orang-orang medioker, aku bukan orang yang jenius juga cerdas, tapi kalau kita bersungguh-sungguh pasti bisa,” pesannya mengakhiri wawancara pada hari itu.

Reporter: Kevin Agriva Ginting (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2020)


scan for download