Dr. Eng. Imam Sadisun Sampaikan Orasi Ilmiah pada Peringatan Dies Natalis ke-62 ITB

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG,itb.ac.id-Dr.Eng. Imam Achmad Sadisun S.T, M.T., menyampaikan orasi ilmiah di acara Peringatan Dies Natalis ke-62 Institut Teknologi Bandung, Selasa (2/3/2021). Dosen pada Kelompok Keilmuan Geologi Terapan, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian tersebut mengangkat tema “Kembali ke Bumi Menuju Pembangunan yang Harmoni.”

Dr. Imam mengawali orasi ilmiah dengan penjelasan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Ia menyebutkan bahwa 11 dari 17 tujuan pembangunan memerlukan peran aspek geologi. “Dua di antaranya yang akan saya bahas dalam orasi ini, yaitu geologi teknik dan bahaya-bahaya beraspek geologi (geohazards),” jelasnya.

Selanjutnya ia memaparkan perkembangan geologi teknik dari waktu ke waktu termasuk di Indonesia. Beliau juga menyebut bahwa geologi teknik memiliki kaitan erat dengan pembangunan infrastruktur, baik di luar atau di dalam bumi.

Beberapa kendala pembangunan seperti pembengkakan biaya dan keterlambatan jadwal juga disebabkan oleh permasalahan geologis. Ia mengatakan, “Solusi terbaik dalam menghadapi kondisi ini adalah dengan melakukan kajian kondisi geologi sedini dan seakurat mungkin, sehingga potensi adanya masalah-masalah tersebut dapat diminimalkan.”

Problematika Batuan Lunak

Pada kesempatan ini pula, Dr. Imam Sadisun menyajikan sebuah studi kasus pada problematika batuan lunak. Problematika batuan lunak telah banyak terjadi pada sejumlah proyek pembangunan di beberapa tempat seperti proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Jawa Barat, Tol Cipularang, jalan Tol Semarang-Bawen, PLTA Peusangan I dan II di Aceh, jalan Wulukubun (Arso XIV) - Yamas - Trans Senggi, di Papua, dan masih banyak lagi.

Berdasarkan uraian tersebut, menurutnya, guna mencegah timbulnya masalah saat melakukan pembangunan infrastruktur di batuan lunak, kajian slaking harus dilakukan dengan baik dan cermat. Tidak semua batuan lunak memiliki perilaku slaking yang sama, terutama dalam hal mekanisme maupun kecepatannya. "Secara umum terdapat empat mekanisme utama dalam slaking, yaitu dispersion slaking, surface slaking, swelling slaking, dan body slaking. Mekanisme ini/ umumnya dapat dengan baik diamati/ melalui metode observasi secara visual," jelas Dr. Imam.

Ia memaparkan pula sebuah studi mengenai pemodelan longsoran dengan menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligent). Pemodelan ini dilakukan untuk mendapatkan peta kerentanan longsoran yang memuat peringkat dan distribusi spasial pada suatu wilayah yang memiliki potensi longsoran.

Beliau menjelaskan kecerdasan buatan berperan dalam pengelolaan dan analisis data di masa lampau untuk memprediksi kejadian di masa mendatang. Walaupun terobosan ini masih dalam tahap pengembangan dan belum sempurna, beliau optimis strategi ini dapat melindungi seluruh hasil pembangunan yang telah dicapai di masa depan.

Di akhir orasi ilmiah, Dr. Imam mengingatkan karena semua permasalahan yang semakin kompleks bagi bumi, maka sudah saatnya kita kembali ke bumi. Di sisi lain perlu adanya inovasi baru untuk menangani permasalahan tersebut, khususnya pada aspek geologi. “Saya yakin dengan kepeloporan ITB dalam pengembangan sains, teknologi, seni, dan ilmu sosial-humanioranya, ITB akan mampu berperan aktif dalam menangani berbagai permasalahan bangsa saat ini,” tuturnya.

Reporter: Daffa Raditya Farandi (Mahasiswa TPB SBM, 2020)


scan for download