Geologi ITB Menyapa: Mengenal Lebih Dekat Ofiolit, Lantai Samudera yang Tersingkap

Oleh Adi Permana

Editor -

*Screenshot acara webinar Geologi ITB Menyapa.

BANDUNG, itb.ac.id -- Prodi Teknik Geologi Insitut Teknologi Bandung mengadakan acara webinar dengan topik “Mengenal Lebih Dekat Ofiolit, Lantai Samudera yang Tersingkap” pada Sabtu, 16 Mei 2020. Webinar ini diisi oleh paparan Prof. Dr. Emmy Suparka dengan moderator Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman. Selain presentasi dari Prof. Emmy, acara ini juga diselenggarakan untuk menggalang donasi dengan tujuan membantu penanganan COVID-19. Dana yang terkumpul akan disalurkan melalui Satuan Tugas COVID-19 ITB, seperti ditegaskan oleh Dekan FITB, Prof. Benyamin Sapiie P.hD., saat membuka acara tersebut.


Menurut Mirzam, selain bertujuan menggalang dana untuk COVID-19 acara webinar ini diselenggarakan untuk memberikan edukasi masyarakat umum mengenai geologi secara langsung dari pakarnya. Acara ini tidak hanya diikuti oleh sivitas akademika ITB, tapi juga terbuka untuk umum. “Melalui acara webinar ini pula para alumni Geologi ITB dari berbagai angkatan dapat bersilaturahim secara keilmuan dengan para dosen dan alumni lain, melepas kangen bertemu pengajar dan terus untuk belajar,” ucap Dr. Mirzam.

Acara webinar ini dilaksanan oleh Program Studi Teknik Geologi ITB dengan dukungan dari FITB, Ikatan Alumni ITB, Ikatan Alumni Geologi ITB, dan Sekolah Bumi. Ke depannya, semua dosen akan bergiliran untuk memberikan webinar sesuai dengan kepakarannya. Acara webinar selanjutnya akan dilaksanakan pada tanggal 30 Mei dan menjadi acara rutin seminggu sekali.

Mengenal Ofiolit

Dalam presentasinya, Prof. Emmy menyampaikan salah satu keilmuan geologi mengenai ofiolit. Ofiolit merupakan sisa kerak samudera purba dan mantel atas yang alih tempat atau penempatannya ke tepian benua secara tektonik yang berumur maksimum 170 juta tahun. “Ofiolit merupakan himpunan batuan mafic-ultramafic, bukan nama batuan,” ujar Prof Emmy.

Ofiolit berasal dari bahasa Yunani yaitu Ophios yang berarti ular dan lithos yang berarti batu sehingga disebut juga dengan batu ular. Ofiolit dapat ditemukan di beberapa wilayah di Indonesia seperti Karangsambung, Ciletuh, Bayat, Bantimala, Meratus, dan juga Timor. Berdasarkan klasifikasi tatanan tektonik, Ofiolit ada yang terbentuk di MOR (Mid Ocean Ridge/ Divergent Plant Boundaries) dengan jenis lersolit dan ada yang terbentuk di Supra Subduction Zone (SSZ) atau busur kepulauan dari tepian cekungan (marginal basins) dengan jenis Harsburgit. 

Prof. Emmy melanjutkan, pada ofiolit terdapat endapan mineral logam dan nonlogam seperti emas dan perak yang terkategorikan sebagai logam mulia. Kemudian ada besi, kronit, nikel, dan grup platinum yang terkategorikan sebagai logam berat. Serta jade dan asbes yang terkategorikan sebagai mineral nonlogam. “Endapan mineral logam dan nonlogam tersebut tentunya bermanfaat pada berbagai aspek baik untuk keperluan industri ataupun perkenomian negara pemiliknya,” jelasnya.

Pada akhir sesi webinar, Prof. Emmy menyimpulkan beberapa hal mengenai ofiolit. Dijelasknnya, ofiolit merupakan himpunan batuan yang terdiri atas harburgit, lersolit, gabbro (kumulatif dan nonkumulatif), diabas, dan lava bantal. Magma yang membentuk ofiolit tergolog pada magma kelas II menurut Mayshiro tahun 1985, dan jenis basalt penyusunnya adalah normal.

Reporter: Diah Rachmawati (Teknik Industri, 2016)

scan for download