Institut Teknologi Bandung

BANDUNG, itb.ac.id -- Dian Afriyanie, mahasiswi Program Doktor Perencanaan Wilayah dan Kota ITB menjadi perwakilan Indonesia sebagai penerima beasiswa The IPCC Scholarship Award, yaitu program beasiswa dua tahunan yang diselenggarakan oleh The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 

Program tersebut memberikan kesempatan beasiswa untuk mahasiswa S3 dan/atau peneliti yang sedang melakukan studi post-doctoral dari negara berkembang yang memiliki fokus penelitian untuk memajukan pemahaman dasar ilmiah tentang risiko perubahan iklim, potensi dampaknya, serta opsi untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. 

IPCC menganugerahkan beasiswa kepada Dian selama 1 tahun untuk mendanai studi program doktor dan penelitian disertasinya dengan topik “Perencanaan Ruang Hijau Perkotaan untuk Resiliensi Banjir melalui Pendekatan Socio-ecological Resilience”. Penelitian tersebut dibimbing oleh Prof. Ir. Roos Akbar, M.Sc., Ph.D. selaku promotor utama serta Ir. Djoko S.A. Suroso, Ph.D. dan DR. Ir. Iwan Kustiwan, M.T. selaku co-promotor. 

Dian merupakan satu-satunya mahasiswi penerima beasiswa IPCC periode 2019-2020 dari Indonesia dan Asia Tenggara, diantaranya 11 mahasiswa lainnya yang berasal dari Mexico, Sri Lanka, Benin, Uganda, Kenya, Senegal, Argentina, China dan Brazil. Dian merupakan salah satu dari tujuh mahasiswa lain yang didanai oleh Prince Albert II of Monaco Foundation, sedangkan lima mahasiswa lainnya didanai oleh The Cuomo Foundation. 

“Perasaan setelah mendapat beasiswa ini tentu kaget dan tidak menyangka, juga bangga. Program beasiswa ini dua tahun sekali, dan ini yang kelima, berarti sudah sepuluh tahun dan belum ada yang berasal dari Indonesia tentu membuat saya antara senang dan kaget,” ucap Dian ketika diwawancara reporter ITB.

Pada tanggal 19 September 2019 yang lalu, Dian bersama 11 mahasiswa lainnya menerima sertifikat penghargaaan The IPCC Scholarship Award pada acara “The second joint session of IPCC Working Groups I and II, and The 51st session of the IPCC” yang diserahkan langsung oleh Prince Albert II of Monaco dan Vice Chair IPCC Hoesung Lee di Museum Oceanografi Monte Carlo, Monaco.

“Saya sangat senang disamping saya mendapat pendanaan untuk melakukan penelitian saya ini, ternyata riset disertasi saya sudah diakui di tingkat dunia, dan membuat saya merasa overwhelming,” tambahnya.

Dian mengatakan bahwa dengan melakukan penelitian ini, dia bisa memberikan kontribusi kepada pemerintah bahwa pedoman perencanaan tata ruang bisa diperbaiki dengan menggunakan penelitiannya sebagai bahan revisi. Sedangkan dari sisi praktisi Dian mengatakan bahwa ini bertujuan untuk memperkaya wawasan para perencana untuk mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan dan ada caranya untuk melakukan hal itu.

Penelitian ini sudah dilakukan oleh Dian sejak tahun 2015 dan menghasilkan kesimpulan bahwa ruang terbuka hijau di Bandung belum mempertimbangkan ketahanan banjir. Namun karena Bandung merupakan sebuah kota yang sudah berkembang, sedikit sulit apabila mengubah gedung menjadi ruang hijau. Oleh karena itulah, Dian memberi saran kepada pemerintah untuk membuat sistem drainase terpadu dengan jaringan yang ada, memanfaatkan daerah resapan seperti Bandung Utara sebagai daerah resapan air yang harus direhabilitasi dan juga di revitalisasi.

Selain pemerintah, Dian juga menyarankan para masyarakat untuk melakukan aksi seperti membuat lubang biopori di pekarangan rumah sebagai tempat untuk menyerap air apabila hujan sehingga tidak terjadi banjir dan sekaligus sebagai cadangan air yang akan digunakan di musim kemarau.

“Saya merasa bahwa selain penelitian saya ini bermanfaat, saya juga masih bisa lebih mengenal diri saya berkat pengalaman saya selama S3 karena ini merupakan pengalaman spiritual bagi saya ketika saya harus menginternalisasi teori resiliensi pada diri saya sendiri,” ucap Dian.

Sementara itu, Prof. Ir. Roos Akbar, M.Sc., Ph.D., selaku promotor utama untuk Dian mengatakan bahwa dia memiliki kesan yang sangat baik untuk Dian. Dia merasa senang karena Dian merupakan orang yang pekerja keras dan memanfaatkan promotor serta co-promotor sebagai partner diskusi bukan datang ketika ada progres saja, namun Dian sangat memanfaatkan waktu itu dengan baik melalui kerja kerasnya.

“Dia mau memulai sesuatu yang baik seperti sekarang ini, pertahankan bahkan ditingkatkan semoga dimanapun dia bekerja mudah-mudahan dengan model kerja seperti ini dia akan sukses,” harap Prof. Roos Akbar.

Dian merasa sangat bersyukur dan beruntung bisa merasakan memiliki pembimbing yang bisa diajak berdiskusi dan memberikan ruang untuk mengeksplorasi ilmu yang ingin didapatkan. Dian juga berpesan kepada para mahasiswa ITB untuk tetap semangat dalam mengejar mimpi dan tetap konsisten.

Reporter : Elisabeth Sirumapea (Manajemen 2020)