Tim ITB Borong 3 Gelar Juara Internasional I-Caps di Korea Selatan

Oleh Adi Permana

Editor -

*Tim ITB yang mengikuti International Students Multidisciplinary Design Camp, 22-27 Agustus 2019 di Korea Selatan. (Foto: Dok. Pribadi)



BANDUNG, itb.ac.id – Mahasiswa Insititut Teknologi Bandung (ITB) kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Kali ini, mahasiswa ITB membawa pulang satu penghargaan Grand, dan dua penghargaan Bronze dalam kompetisi 14th d-Camp (International Students Multidisciplinary Design Camp) yang diselenggarakan di Daejeon, Korea Selatan pada tanggal 22 – 27 Agustus 2019. 14th D-Camp sendiri merupakan kegiatan akhir dari rangkaian kegiatan i-CAPS (International Students Joint Capstone Design Project) 2019 yang pada tahun ini telah memasuki tahun ketujuh.


Dalam waktu yang singkat dan latar belakang keilmuan yang berbeda, setiap peserta diharapkan mampu bekerjasama dalam mencari ide, perancangan, dan pembuatan prototipe sesuai dengan tema tahun ini yaitu smart living.

I-CAPS pada tahun ini diikuti oleh 92 mahasiswa yang berasal dari 14 perguruan tinggi berbeda, yaitu satu dari Indonesia, 10 dari Korea Selatan, dan masing-masing 1 perwakilan dari Malaysia, Taiwan, Singapura. Peserta dibagi menjadi 19 kelompok yang terdiri atas 4-5 anggota dari 2 perguruan tinggi berbeda. Pada saat kompetisi, 19 kelompok ini merancang suatu produk yang bertemakan smart living.

Tim ITB Raih Grand Prize
Selelah melalui proses kompetisi yang dinilai oleh 19 orang juri, Grand Prize berhasil diraih oleh tim ITB dan CBNU (Chonbuk National University). Mereka adalah Intan Nur Amanah (Desain Produk 2015), Marchio Kevin Abdul Azis (Teknik Elektro 2015), Kim Ju Young Ko (Chonbuk National University, Mechanical Engineering) , Jeong Gon Lee (Chonbuk National University, Mechanical Engineering),dan Ga Young (Chonbuk National University, Industrial Design). Tim ini merancang prototipe IZZIPACK: Smart Anti-theft Backpack with Smart Locking & Security System.


*Foto" Dok. Pribadi

“IZZIPACK adalah tas backpack anti maling dengan teknologi smart locking and security system. Berbeda dengan tas anti maling biasa yang aman tetapi agak rumit untuk diakses, tas ini menawarkan keamanan dan kemudahan pengguna mengakses tasnya secara cepat dan mudah layaknya tas normal pada umumnya,” ujar Intan.

Produk ini didukung fitur RFID bracelet dan RFID card, sehingga hanya pengguna yang dapat membuka tas ini. Selain itu tas ini juga terintegrasi dengan aplikasi di telepon pintar. Aplikasi ini mendukung beberapa fungsi di antaranya ada indikator penggunaan daya baterai, perintah locking and unlocking backpack, secure mode, dan find my pack. Fitur secure mode mengirimkan notifikasi berupa alarm ke aplikasi smartphone jika tas dibuka secara paksa atau dicuri. Fitur find my pack membantu pengguna melacak keberadaan tasnya apabila dicuri. Pengoperasian produk ini menggunakan batrai dan daya batrai pada tas dapat dilihat pada aplikasi tersebut.

“Untuk cara kerjanya sendiri yaitu dengan cara menarik zipper tas sampai tertutup dan tas akan aman terkunci dengan mekanisme rachet yang ada pada ujung zipper tas, lalu untuk membuka tas dengan cara tap RFID bracelet/card di daerah zipper, kemudian kunci akan terbuka dan tas dapat diakses oleh pengguna secara mudah dan aman tentunya,” tambah Intan.

Dua Penghargaan Bronze dari produk O-lit dan ALLEGRA
Selain itu, dua tim ITB juga meraih Bronze Prize. Tim pertama beranggotakan Catherine Anggraeni Lestari (Teknik Mesin 2015), Christianto Salimanan (Arsitektur 2015), Imam Boni Mores (Teknik Fisika 2015), Baek In Hye (Jeju National University, Dept. of Architectutal Engineering), dan Kim Min Sung (Jeju National University, Dept. of Architectutal Engineering). Mereka meracang alat O-lit Smart Luch Box, perangkat kotak makan siang yang mampu menghitung kalori bedasarkan dari berat makanan kita. Kemampuan utama O-lit ini adalah untuk memelihara kesehatan pengguna dengan memberikan rekomendasi mengenai proporsi makanan harian yang ideal.

*Foto: Dok. Pirbadi

“Data dari WHO (World Health Organization) yang kami dapatkan, 60% orang di dunia mengikuti gaya hidup yang tidak sehat, salah satunya yaitu mengonsumsi kalori yang tidak ideal. Mayoritas masyarakat baik di negara maju dan berkembang kurang memperhatikan kebutuhan gizi  dan memakan apa yang mereka inginkan. Namun di sisi lain, mereka memiliki  keinginan untuk  memulai pola hidup sehat,” ujar Chris, sapaan akrab Christianto, saat ditemui oleh reporter Humas ITB.

“Melalui proyek ini, kita berusaha menyediakan (fitur) ini kepada orang awam sekalipun untuk memulai pola hidup sehat dengan kemudahan dan biaya yang lebih rendah dibandingkan konsultasi dengan ahli gizi setiap harinya,” tambahnya.

*Alat O-lit (Foto: Dok. Pribadi)

Project O-lit ini juga berusaha menjawab isu lingkungan yaitu terkait permasalahan single plastic-used. Berdasarkan riset yang telah dilakukan, limbah plastik akibat makanan dan minuman menduduki sebesar 49% limbah plastik dunia dan akan terus bertambah jika tidak ditangani sedari dini. O-lit berusaha untuk menanamkan budaya untuk membawa peralatan makan sendiri bagi masyarakat dengan upaya untuk mengurangi limbah plastik sekali pakai.

Tim kedua yang meraih Bronze Prize adalah Eko Agung Syaputra (Desain Produk 2015), Sarah Tania Utami Santoso (Teknik Mesin 2015), Oh Hae Bin (Dongshin University, Dept. of New Materials Manager), Jung Jee Woon (Dongshin University, Dept. of New Materials Manager), dan Lee Rok Bin (Dongshin University, Dept. of Electrical Engineering). Prototipe yang mereka rancang adalah ALLEGRA, alat identifikasi alergen yang akan membantu orang dengan alergi makanan tertentu untuk makan dengan nyaman.

*Alat Allegra (Foto: Dok. Pribadi)

ALLEGRA mampu memudahkan pengguna yang memiliki alergi tertentu untuk menentukan apakah makanan yang dikonsumsi mengandung alergi atau tidak karena makanan yang telah diolah banyak bahan baku di dalamnya tidak terlalu terlihat. Makanan yang dapat dideteksi oleh ALLEGRA adalah yang mengandung kacang, susu, dan gluten.

“Makanan akan dideteksi melalui detection strip yang nantinya diterjemahkan oleh ALLEGRA serta output mampu dipantau melalui aplikasi. Pada aplikasi juga tersedia mode untuk menyimpan data, sehingga mampu menjadikan big data yang memudahkan pemilik alergi seluruh dunia,” ujar Eko.

14th d-Camp kali ini juga menyelenggarakan sub-kegiatan yaitu Engineering Solution (ES) Contest. Peserta diminta untuk merancang sistem pelempar telur yang akan memberikan jarak lemparan terjauh tanpa memecahkan telur. Pemenang ditentukan berdasarkan lemparan terjauh dan telur tidak pecah. 

Tiga tim ITB  juga berhasil mendapatkan satu Silver Prize dan dua penghargaan Bronze Prize pada kompetisi ini. Silver Prize diraih oleh Aries Tri Sutrisno (Teknik Informatika 2015), Saidina Irfan (Teknik Mesin 2015), Shofura Tsabita (Arsitektur 2015), dan dua rekan dari Mokpo National University. 

Tim pertama yang meraih Bronze Prize adalah Agnes Listyo Rini (Teknik Dirgantara 2015) , Gede Aditya Pratama (Teknik Telekomunikasi 2015), dan dua rekan dari Chonbuk National University. Tim kedua adalah Eko Agung Syaputra (Desain Produk 2015), Sarah Tania Utami Santoso (Teknik Mesin 2015), dan tiga rekan lainnya dari Dongshin University.

Reporter: Rosa Aldita (FTI, 2017)

scan for download