Pentingnya Inovasi di Era Teknologi yang Masif

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id – Era industri 4.0 membawa perubahan pada model bisnis baru dan berbagai aspek lain terkait perkembagan teknologi. Bidang-bidang terkait Artificial Intelligent (AI), Cloud, IoT, Big Data Analytics, dan Data Science menjadi prasyarat penting yang kini harus dikuasai untuk dapat menjadi 'pemain' dalam industri 4.0.


Hal itu disampaikan CEO Bukalapak Achmad Zaky dalam talkshow bertemakan “Riset, Industri, dan Indonesia” yang berlangsung di Aula Barat Kampus Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha no. 10 Bandung, Jumat (1/1/2019). Dalam talkshow tersebut juga menghadirkan Meteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof. Mohammad Nasir. 

Menurut Zaky tren industri yang memiliki nilai ekonomi besar saat ini yaitu industri yang memiliki added-value commodity berupa jasa teknologi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya platform bisnis yang berkembang di masyarakat, Bukalapak adalah salah satunya.

Dinamika preferensi konsumen yang menyesuaikan perkembangan teknologi menuntut para pelaku bisnis berpikir out of the box untuk tetap dapat eksis di pasar yang sangat kompetitif. Inovasi berperan lebih dominan dalam mengakomodasi kelangsungan siklus perusahaan bisnis. Perusahaan harus dapat menawarkan produk unggulan yang memiliki perputaran siklus lebih cepat karena perlunya proses improvement setiap waktu.

“Inovasi adalah hal yang sangat dibutuhkan sekarang. Oleh karena itu ITB harus berani mencoba hal-hal baru yang revolusioner,” ucap Achmad Zaky saat memacu semangat berkarya segenap mahasiswa yang hadir pada talkshow itu.

Sementara itu, pada sesi ke-2 Menristekdikti Prof. Mohamad Nasir membawakan materi tentang “Menjawab Tantangan Masa Depan: Artificial Intelligence, Big Data, & Cloud Computing Dalam Pendidikan Tinggi”.Talkshow dimulai dengan pemaparan data hasil riset Pricewaterhouse Coopers (2017) bahwa prediksi pada tahun 2030, 38% pekerjaan di AS, 30% di Inggris, 35% di Jerman, dan 21% di Jepang akan digantikan oleh robot/otomasi. 

Meski demikian, 78,6% generasi milenial justru berpendapat bahwa teknologi dapat menciptakan lapangan pekerjaan dibandingkan menghilangkannya menurut survey WEF Global Shapers Survey 2017 dari 186 negara. Hal ini membawa implikasi bahwa generasi milenial justru menganggap bahwa perkembangan teknologi yang ada merupakan sebuah peluang dibandingkan ancaman. “Masa depan ekonomi bangsa terletak pada bonus demografi,” kata Menristekdikti. 

Untuk membangun ekonomi yang kuat, daya saing dan kemampuan adaptasi masyarakat di bidang teknologi harus senantiasa dipacu. Era industri 4.0 juga mengantarkan perkembangan peradaban masyarakat menuju era yang disebut sebagai Society 5.0. Dalam Society 5.0, penggunaan system cyberspace dan ruang fisik yang terintegrasi memerlukan penguasaan bigdata dan AI. Oleh karena itu, milenial Indonesia harus mendapatkan pelatihan intens terkait bidang-bidang tersebut demi masa depan Indonesia. 

Hadirnya Pusat-Inovasi berupa Laboratorium AI dan Cloud hasil kerjasama ITB dengan Bukalapak diharapkan mampu mengakselerasi riset dan pengembangan AI dan cloud serta bidang-bidang yang beririsan agar dapat diterapkan secara nyata, sehingga para peneliti dapat berkolaborasi untuk menghasilkan penemuan knowledge baru hasil proses data analytics, teknologi AI, cloud, dan Internet of Things (IoT).

“Dosen-dosen dan kalangan akademisi harus dapat berkolaborasi dengan praktisi industri di pusat riset tersebut. Dosen diharapkan juga dapat melakukan pendampingan kepada mahasiswa untuk dapat berinovasi,” tambahnya.

Reporter: Karimatukhoirin

scan for download