Pasca Tsunami, LPPM-ITB Siapkan Rencana Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Banten dan Lampung

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id -- Bencana tsunami yang terjadi di Selat Sunda telah menelan korban jiwa dan kerusakan di sejumlah tempat, teruma di daerah Banten dan Lampung. Rencananya, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB akan melalukan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana tersebut. Seperti yang telah dilakukan di Lombok dan Palu beberapa waktu yang lalu.

Untuk itu, pada Selasa (8/1/2019), LPPM-ITB mengadakan rapat persiapan rencana penanggulangan benca Selat Sunda di Gedung CRCS, Kampus ITB, Jalan Ganesha no 10 Bandung. Rapat tersebut diawali dengan paparan hasil survei awal dari tim Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) ITB Dr Mirzam Abdurrachman, Dr. Hamzah Latief, dan Harkunti Pertiwi Rahayu, P.hD di Banten sejak tanggal 3-7 Januari 2019.

Dr. Mirzam dari KK Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia menyampaikan presentasi mengenai aktifitas Gunung Anak Krakatau sebelum dan sesudah tsunami 22 Desember 2018. Menurut pengamatan yang dilakukannya, kolom erupsi gunung Anak Krakatau memiliki ketinggian 1.5 kilometer sampai 10 kilometer, lalu kecepatan erupsi 90 km/jam semburan dan neutral buoyancy 18-20 km per jam, intensitas erupsi satu kali setiap 2-4 menit. 

Aktifitas Anak Krakatau pun kerap kali meningkat saat hari mulai gelap. Sehingga sedikit menyulitkan proses pengamatan. Dalam foto yang ditampilkan, kondisi Anak Krakatau masih mengeluarkan asap erupsi dan dijelaskan Dr. Mirzam, masyarakat sekitar sering kali mendengar dentuman letusannya.

Adapun, lokasi survei yang dilakukan oleh tim ini menyusuri pantai mulai dari Pantai Karang Bolong, Pantai Carita, Pantai Tanjung Lesung, Pantai Tanjung Jaya, Sumur, Sumber Jaya, Cigorondong, Tamanjaya sampai ke Ujung Jaya. "Akses menuju selatan dari mulai Sumur ini medannya cukup sulit karena jalannya rusak dan bergelombang," kata Harkunti Pertiwi Rahayu dari KK Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Kebijakan.



Sementara itu, Dr. Hamzah Latief dari KK Oseanografi mengatakan, bahwa lokasi terparah akibat dampak tsunami terjadi di pantai Paniis (Taman Jaya) dan daerah Sumur yang merupakan daerah lebih keselatan dari Banten dengan korban jiwa yang cukup banyak. Ketinggian tsunami berpariasi misalnya di Pantai Karang Bolong tingginya mencapai 2 meter, Pantai Carita 2,5 - 3 meter dan Tanjung Lesung sampai 3,6 meter. 

Sekretaris Lembaga Bidang Pengabdian kepada Masyarakat LPPM-ITB Irwan Meilano mengatakan, dalam waktu dekat LPPM akan mengadakan pengabdian untuk jangan pendek dan jangan panjang. Jangka pendeknya, di antaranya akan membuat sanitasi karena kebutuhan air bersih masih diperlukan dan pembuatan hunian sementara atau Huntara. 

Penyediaan sanitasi, LPPM akan dibantu oleh tim dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan sementara untuk Huntara oleh Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK). "Lokasi yang akan dijadikan tempat pengabdian masih perlu didiskusikan lebih lanjut, sambil kita memikirkan juga pengabdian dalam jangka menengah," ujar Irwan Meilano.

Sebelumnya, ITB telah memberikan bantuan berupa pakaian, makanan, obat-obatan dan kebutuhan lain untuk korban bencana tsunami Banten dan Lampung dan diterima langsung oleh Koordinator Tim Relawan Kemenristekdikti di Posko Bantuan Kemenristekdikti, SMKN 3 Pandeglang, Banten, pada Jumat (28/12/2018). Bantuan dari ITB akan disalurkan ke enam desa di empat kecamatan yakni Kecamatan Caringin, Kecamatan Jibut, Kecamatan Labuan, dan Kecamatan Menes. Lokasi tersebut dipilih karena menjadi lokasi terdampak bencana cukup parah dan banyak dijadikan lokasi pengungsian.


scan for download