Creativepreneur Talk 2018, Tularkan Virus Entrepreneurship kepada Anak Muda

Oleh Adi Permana

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id -- Creativepreneur Talk 2018 telah digelar di Institut Teknologi Bandung, Rabu (8/8/2018). Acara berkonsep talkshow yang bertujuan menyebarkan virus entrepreneurship kepada anak muda ini menghadirkan enam pembicara yang sudah banyak berkecimpung di dunia bisnis.
Mereka adalah Salman Subakat (Chief Marketing Officer PT. Paragon Technology & Innovation Wardah Cosmetics), Gaery Undarsa (Chief Marketing Officer Tiket.com), Putri Indahsari Tanjung (Founder & CEO Creativepreneur Event Creator), Ren Katili & Riri Yakub (Architects), dan yang terakhir adalah Arief Widhiyarsa (CEO Agate Studio). Masing-masing narasumber berbagi pengalaman dan memotivasi tentang kiat sukses berwirausaha.

Acara yang digelar di Aula Timur ITB itu diiniasi oleh Creativepreneur Event Creator, dengan tema yang diangkat “Entrepreneurship 101.” Selain ITB, kampus lain yang mendapat kesempatan untuk menggelar acara ini adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Mercu Buana, Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Prasetiya Mulya.



Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi Dr. Miming Miharja, ST., M.Sc. Eng membuka secara resmi Creativepreneur Talk 2018. Dalam sambutannya, Dr. Miming mengatakan bahwa saat ini Indonesia telah memasuki era disrupsi. Di era tersebut perlu orang-orang muda yang semangat, inovatif, dan kreatif. "Kreativitas merupakan sesuatu yang tidak ada batasnya untuk menghasilkan hal baru. Maka dari itu, pahami secara luas makna dan peran creativepreneur saat ini,” ucapnya.

Usai dibuka, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi talkshow bersama para narasumber. Gerry Undarsa, Chief Marketing Officer Tiket.com memaparkan bahwa di era perkembangan teknologi dan sosial media seperti sekarang, seorang entrepreneur diharapkan dapat memanfaatkan teknologi yang ada. “It is not about how we create a technology, tapi lebih ke bagaimana caranya kita bisa manfaatin teknologi itu,” ungkapnya.

Pembicara lainnya, Salman Subakat selaku Chief Marketing Officer PT. Paragon Innovation & Technology Wardah Cosmetics, menyampaikan saat ini kebanyakan orang menilai entrepreneur dari jumlah omzet pasar yang didapatkan serta jumlah saham. Padahal sebenarnya menjadi seorang entrepreneur itu harus memiliki kemampuan yang lebih dari sekedar mendapat omzet yang besar. "Menjadi seorang entrepreneur harus bisa merasakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat," katanya.

Lain halnya dengan Putri Indahsari Tanjung. Putri sulung dari pengusaha Chaerul Tanjung itu mengatakan, banyak orang yang menganggap dirinya mendapatkan kehidupan nyaman dan segalanya dipermudah karena anak seorang Chaerul Tanjung. Namun ia menapik hal tersebut. "Dari dulu selalu dididik untuk mandiri oleh ayah ibu. Ayah pernah bilang kalau semua orang itu punya hak yang sama untuk sukses. Walaupun gue dilahirkan dari keluarga pengusaha, gue juga berhak untuk bisa meraih sukses ku sendiri tanpa ada campur tangan dari embel-embel nama ayah,” katanya.



Saat menjadi pembicara, Putri lebih banyak menjelaskan mengenai penyebab akhirnya ia memutuskan untuk membuat bisnis dengan perjuangan sendiri karena ia tidak diberikan modal sepeser pun oleh orangtuanya. Dia bercerita pernah ditolak oleh 30 perusahaan, pernah diusir ketika meeting, dan pengalaman tidak menyenangkan lainnya. Namun pengalaman-pengalaman tersebut membuatnya semakin semangat.

Pada 2011 Putri memulai usaha pertamanya dengan mengajak temannya sendiri untuk membuat acara pesta ulang tahun teman. Dari sana Putri mendapatkan hasil keuntunggan pertamanya hanya Rp 20 ribu. Meski keuntungan kecil, tapi membuat hatinya senang karena hasil usaha sendiri.

Latar belakang dari Putri Tanjung menjadi pengusaha adalah melihat peluang anak muda yang ingin menjadi entrepreneur dan banyaknya seminar yang tidak menarik bagi anak muda. Melalui ajang ini, ia ingin menginspirasi anak muda yang ingin menjadi pengusaha.

Narasumber lainnya memiliki perjalanan yang sedikit berbeda karena mereka tidak langsung terjun ke dunia bisnis. Ren Katili dan Riri Yakub misalnya yang berprofesi sebagai arsitek namun akhirnya memutuskan untuk keluar dari zona nyaman mereka dan berkecimpung dalam dunia bisnis. Dengan bantuan sosial media Instagram dan Youtube, mereka berkolaborasi mengenalkan dunia arsitektur kepada masyarakat luas. 

Ada juga Arief Widhiyasa, CEO Agate Studio. Ia tidak pernah terpikir sebelumnya bahwa akan membentuk sebuah game studio. Selama berkuliah, ia sering menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain game hingga pada suatu waktu ia menyadari bahwa kuliahnya terbengkalai dan memutuskan untuk drop out. Setelah drop out, Arief justru mendapatkan inspirasi untuk membuat sebuah game yang bernama “Ponporon”. Berawal dari iseng membuat game, akhirnya Arief memutuskan untuk melangkah lagi dan menjalankan bisnis games bersama temannya yang akhirnya terbentuk “Agate Studio.”

Reporter: Qinthara Silmi Faizal

scan for download