ITB Pasang 13 Seismometer untuk Pemantauan Gempa Susulan di Lombok

Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT

Editor -

Bandung,itb.ac.id - Berselang satu hari setelah Gempa Lombok 29 Juli 2018, Prof. Nanang T. Puspito selaku Ketua Kelompok Keahlian (KK) Geofisika Global membentuk tim untuk melakukan pemasangan seismometer di Lombok, NTB.

Pemasangan seismometer tersebut bertujuan untuk memantau gempa susulan setelah gempa magnitudo 6.4 yang terjadi di Lombok bagian utara. "Sampai dengan kemaren (7/8/2018), sudah 13 Seismometer yang terpasang," ujar Prof. Nanang.

Tim KK Geofisika Global yang dikoordinir Dr. Andri Dian Nugraha (Dosen) ini beranggotakan Dr. Zulfakriza (Dosen) sebagai koordinator lapangan serta Yayan M. Husni, MT (Asisten) tiba lebih dulu di Lombok pada 1 Agustus 2018. Sedangkan Dr. Muzli (BMKG) dan Pepen Supendi, MT (Mahasiswa S3 T. Geofisika ITB) tiba di Lombok pada 5 Agustus 2018. "Tim KK Geofisika Global jadi masih berada di Lombok hingga kejadian Gempa 5 Agustus 2018, " ujar Nanang.

Sebagaimana dilaporkan oleh BMKG bahwa Gempa kuat dengan magnitudo 7.0  mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (5/8/2018). Gempa dirasakan sekitar pukul  18:46:35 WIB. Titik gempa berada di 8.37 Lintang Selatan - 116.48 Bujur Timur tepatnya 18 kilometer barat laut Lombok Timur, NTB dengan kedalaman 15 kilometer. 

*Titik lokasi pemasangan seismometer yang ditandai dengan segitiga terbalik dengan berwarna hijau (BMKG), biru (ITB), dan merah (EOS-ITB).

Sebelum pemasangan seismometer, tim melakukan koordinasi dengan aparat pemerintah kecamatan ataupun desa. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kemudahan perizinan pada saat pemasangan dan jaminan tidak ada gangguan pada saat perekaman. Lokasi pemasangan seismometer ditempatkan di halaman belakang Kantor Desa, Puskesmas, Kantor Kecamata dan Kantor BPBD Lombok Timur.

Untuk stasiun EOS-ITB ada satu lokasi yang ditempatkan 2 sensor, sehingga pada gambar terlihat hanya ada 6 stasiun EOS-ITB (merah).

*Foto penempatan seismometer di Puskesmas Kecamatan Sikur, Lombok Bara. Tim menggunakan sensor Leinart dan data logger Geobit dengan sumber listrik dari Accu 80 Ah.



*Foto penempatan seismometer di Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Lombok Utara. Tim bersama masyarakat setempat melakukan pemasangan seismometer di salah satu lahan perkebunan warga.

"Monitoring gempa susulan Gempa Lombok dilakukan selama satu bulan. Harapannya, selama satu bulan, tujuh seismometer yang ditempatkan dapat merekam gempa-gempa susulan dengan baik dan tanpa gangguan," ujar Prof. Nanang. Rekaman gempa susulan termasuk gempa pada 5 Agustus 2018 yang diperkirakan sebagai gempa utama dapat menjadi pemahaman baru terkait sumber dan mekanisme kejadian Gempa Lombok 2018.

Selain melakukan pemasangan seismometer, Tim juga melakukan koordinasi dengan BMKG Mataram dan BPBD Lombok Utara dan Pos Pengamatan Gunung Rinjani. Beberapa dosen dari KK Geodesi juga telah berada di Pos Rinjani untuk melakukan mitigasi dan observasi bencana.

Pembentukan Tim Satgas ITB
"Tim Satgas ITB untuk bencana Lombok saat ini sudah dibentuk dengan tugas menyusun rencana dan aksi bantuan untuk bencana alam Lombok," ujar Miming Miharja, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi. Dalam jangka pendek tim satgas ITB ini akan mengirimkan tim untuk melakukan assessment kelayakan bangunan publik, membantu dalam pengiriman bantuan pokok makanan, obat-obatan, selimut dan lain-lain bekerjasama dengan IA-ITB. Selanjutnya tim akan melaksanakan program penyediaan fasilitas air minum, serta mempelajari potensi bencana ke depan serta menganalisa gempa susulan dan longsoran.

Lebih lanjut ia mengatakan, untuk jangka menengah (tahap rehabilitasi-rekonstruksi), ITB akan memperkenalkan teknologi bangunan dengan struktur bambu yang dikembangkan oleh KK Teknologi Bangunan Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK). Selanjutnya akan dicoba penerapan Teknologi Open BTS yang dikembangkan oleh Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI).  

Institut Teknologi Bandung akan terus berupaya untuk turut membantu dan bekerja sama dalam  penanganan keadaan darurat, jangka menengah dan jangka panjang sesuai dengan kapasitasnya. Untuk keseluruhan program bantuan, satgas ITB akan bekerjasama dengan LPPM Universitas Mataram dan pihak-pihak lain yang terkait. 

Rektor dan segenap keluarga besar Institut Teknologi Bandung menyatakan turut berdukacita yang mendalam atas terjadinya gempa bumi di Lombok, dan mendoakan kebaikan bagi para korban. "Pimpinan dan Keluarga Besar Institut Teknologi Bandung mendoakan dan turut berupaya agar korban bencana gempa Lombok dapat segera mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. Semoga kondisi di wilayah bencana segera pulih seperti sedia kala," harap Miming.

Foto Kiriman : LPPM-ITB/KK Geofisika Global

scan for download