Cerita Menarik Dua Wisudawan Asing, Baha dan Syakirin Selama Kuliah di ITB

Oleh Vera Citra Utami

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa yang kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) tidak hanya berasal dari Indonesia saja. Melainkan juga ada dari negara tetangga. Tentu saja, karena mereka mahasiswa internasional yang berbeda negara, budaya, adat, sistem pendidikan, dan bahasa, mereka punya cerita menarik selama kuliah di kampus ITB.

Adalah Khoriyoh Baha dan Nur Syakirin Saharom. Kedua mahasiswi Program Pascasarjana ITB ini  berbagi cerita selama kuliah di ITB . Baha sendiri merupakan mahasiswa internasional asal Thailand yang mengambil Program S2 Farmasi, sementara Syakirin mahasiswa asal Malaysia yang mengambil program S2 Aristektur. Keduanya akan diwisuda pada Jumat 20 Juli 2018 di Sabuga.

Baik Baha dan Syakirin, keduanya pertama kali datang ke Indonesia pada 2015. Namun mereka datang tak langsung untuk kuliah. Selama setahun keduanya mempelajari Bahasa Indonesia. Hal itu dilakukan agar mereka berdua bisa mudah beradaptasi dengan penguasaan bahasa. Setelah itu pada 2016, Baha dan Syakirin mulai belajar di ITB.

Selama kuliah di ITB, tantangan pertama yang harus mereka hadapi ialah adaptasi sistem pendidikan. Beda negara, bisa jadi berbeda sistem yang diterapkan. Seperti yang diceritakan Syakirin, saat ia mengenyam pendidikan di Malayasia, sistem pendidikan yang diterapkan semuanya dalam Bahasa Inggris. Sehingga baginya adaptasi yang sulit itu dari sisi bahasa ketika kuliah di ITB.

"Kendala saya di bahasa. Karena di Malaysia sistem pendidikannya dalam bahasa Inggris. Jadi saya tidak terbiasa dengan bahasa Indonesia, jadi susah itu ketika cari istilah ilmiah. Jadi waktu tahun pertama agak susah untuk adaptasi tapi setelah tahun kedua mulai nangkap istilah-istilah, jadi kalau di kuliah tidak usah nanya ke temen lagi," kata Syakirin saat berbincang dengan reporter itb.ac.id.

Kendala lainnya, kata Syakirin ialah Budaya. "Karena kan saya ini jurusan arsitektur jadi budaya studio Malaysia beda dengan di sini. Kalau di Malaysia orangnya serius banget, kalau di sini lebih santai orangnya, happy-happy, mereka santai tapi hasilnya bagus. Tapi lama kelamaan saya sudah cocok dengan budaya mereka dan sekarang di sini work and life itu balance," cerita Syakirin yang sudah fasih berbahasa Indonesia.

Sama dengan Syakirin, Baha juga mengalami kendala dari sisi bahasa. Apalagi ketika kuliah, saat dosen menerangkan terlalu cepat ia kesulitan menangkap materi apa yang dibahas. Maka trik yang digunakan, ketika di perkuliahan dosen menerangkan materi, Baha suka merekam. "Jadi di rumah didengar ulang di review ulang," katanya. Perbedaan lainnya yang dirasakan Baha ialah istilah obat-obatan Farmasi. Sehingga perlu penyesuaian lagi.

Selain kendala, Baha juga bercerita karakter dosen yang ada di ITB. Menurutnya dosen di ITB sangat baik dan bisa lebih akrab. Jika ada satu materi yang tidak ia pahami, bisa bertemu dosen di lain waktu. "Kalau ketemu di jalan selalu senyum, akrab jadi bisa share problem, bisa ngasih masukan, bawaannya ga tegang. Kalau di sana (Thailand) ketemu profesor itu tegang, sangat hormat," ceritanya.

Lain hal dengan Syakirin. Saat kuliah di Malaysia terutama di jurusan arsitektur, lebih ke arah konseptual. Beda dengan ITB yang teknis dan rinci. Akan tetapi dosen tetap terbuka dan menerima perbedaan tersebut. "Di ITB kan lebih ke teknis kalau saya di malaysia, kita sangat konsetual. Waktu datang ke sini saya sangat konseptual, tapi dosen terima konseptual saya lalu diterima dengan cara masuk-masukin sedikit teknis," katanya.

Bercerita Tentang Bandung
Selama lebih kurang tiga tahun di Bandung, keduanya tinggal indekos di dekat Kampus ITB. Bagi Syakirin, Kota Bandung punya kondisi yang tak jauh berbeda dengan Malaysia. Hanya saja udara di Bandung lebih dingin dibandingkan Malaysia yang lebih panas. Bandung juga punya makanan yang enak-enak dengan orang-orangnya yang sangat ramah. "Dulu waktu datang saya kurus, sekarang naik 8 kilogram. Berarti saya happy di sini," seloroh Syakirin. Sementara bagi Baha, makanan di Bandung tak jauh berbeda. Hanya di Thailand lebih asin dan di Bandung lebih biasa rasanya.

Selain mengelilingi Bandung, keduanya juga sudah pernah ke berbagai tempat di Indonesia seperti Bogor, Surabaya, Malang, Bali. Bahkan untuk Syakirin sering praktek lapangan ke luar kota dan pernah ke Singapura ikut kompetisi.

Setelah menempuh pendidikan S2 di ITB, Syakirin berencana akan kembali ke negara asalnya Malaysia dan mejadi dosen. Dia mengatakan, bakal menerapkan sistem pengajaran yang diterapkan dosen-dosen ITB ke Malaysia. "Kalau saya kuliah, saya perhatikan bagaimana dosen di sini mengajar dan mungkin itu akan saya bawa ke Malaysia. Di sini lebih mudah faham jadi lebih dekat dengan dosen," katanya. Sementara untuk Baha, ia juga akan kembali ke Thailand dan bekerja di rumah sakit. Namun selain bekerja di rumah sakit, ia juga ingin menjadi dosen. Sambil praktek farmasi juga mengajar untuk mahasiswa disana.

Baik Baha dan Syakirin, keduanya punya cerita dan kisah yang menarik selama kuliah di ITB. Keduanya mengaku betah tinggal di sana. Selama kuliah di ITB, hal yang paling disukai yakni orangnya ramah dan mudah berinteraksi dengan dosen. "Di sini sambil nyebrang jalan juga bisa menjadi teman," ungkapnya sambil tertawa.

Wisudawan Asing 
Tercatat sebanyak 11 orang Wisudawan Asing Program Magister dan 3 orang Wisudawan Asing Program Sarjana akan mengikuti Sidang Terbuka Wisuda Ketiga Tahun Akademik 2017/2018 yang diadakan selama dua hari pada tanggal 20 dan 21 Juli 2018.

Mereka adalah Raudhatul Hassanah Azahar (Malaysia), Nurul Shafiqah Palawangi (Malaysia), Tan Yi Jia (Malaysia), Dao Huy Thuong (Vietnam), Heak Vannak (Cambodia), Seng Sunhor (Cambodia), Mr Yee Yanglasyjiavue (Laos), Temkimleang (Cambodia), Xengmoua Vaneng (Laos), Huy Visal (Cambodia), Pham Xuan Quang (Vietnam), Nur Syakirin Binti Saharom (Malaysia), Fu Guan Zhen (China), dan Khoriyoh Baha (Thailand).

Bertempat di Gedung Sabuga ITB, mereka akan wisuda bersama dengan 1.307 orang total wisudawan Program Sarjana di hari pertama, dan 601 total Wisudawan Program Magister, 34 Wisudawan Program Doktor dan 12 Wisudawan Non Program (Program Profesi) di hari kedua.

-

Reporter : Adi Permana & Ahmad Fadhil

scan for download