Peringati Hardiknas 2018, ITB Menjadi Tuan Rumah Pameran Riset dan Bincang Akademik Nasional

Oleh Ahmad Fadil

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id – Dalam rangka satu rangkaian memperingati Hardiknas 2018, Kemenristekdikti menunjuk Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai tuan rumah ‘Pameran Riset dan Bincang Akademik’ yang berfokus pada topik ‘Potensi Pendidikan Seni dalam Perguruan Tinggi di Indonesia sebagai Modal dan Visi ke Depan’.

Sabtu (5/5/2018), bertempat di ruang seminar FSRD ITB, acara tersebut tampak dihadiri oleh Dirjen Sumber Daya IPTEK dan Dikti, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, Ph. D., Staf Ahli Dikti Bidang Akademik, Prof. Paulina Panen, Ph. D., Rektor Institut Teknologi Bandung, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., beserta rektor dan dekan-dekan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia diantaranya ISBI - Bandung, ISI Surakarta, UPI, dan Telkom University.

Seni di Era Industri 4.0
Menghadapi era industri 4.0 di dunia, dimana tanpa seni, maka ilmu dan teknologi tidak akan dapat memiliki nilai tambah atau nilai jual yang lebih tinggi. Hal tersebut disampaikan oleh Rektor ITB, Prof. Kadarsah pada sambutannya. “Di negara maju seperti Inggris, hampir 18% pendapatan negara diperoleh dari industri seni, sedangkan pada saat yang sama (2012), Indonesia berada pada angka 7%. Masih terdapat margin 11% yang harus kita kejar agar bisa seperti Inggris”, ujarnya.

Penyebarluasan seni dalam ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia pendidikan memang masih terkendala. Publikasi dalam bentuk jurnal terindeks Scopus menjadi momok bagi para staf pengajar di bidang seni.

Pasalnya, mereka para seniman dikenal lebih banyak berkarya dalam bentuk non tulisan seperti halnya patung dan lukisan. “Kekayaan kultural kita bisa dibilang tidak terbatas, tapi mengapa begitu sulit maju dengan seni. Ini yang akan menjadi fokus untuk diselesaikan dalam memasuki era platform 4.0 di dunia,” ungkap Dr. Rikrik, Kaprodi Magister Seni Rupa FSRD ITB.

Scopus merupakan sistem pengindeksan jurnal yang diakui dunia internasional. Profesor Paulina mengungkapkan, persoalan sistem pemberian indeks pengganti Scopus ini masih didiskusikan di level kementerian. Paulina juga memperkenalkan SINTA (Science & Technology Index) yang telah diluncurkan Kemenristekdikti beberapa waktu yang lalu.

“SINTA itu indeks nasional kita, beda dengan scopus. Dosen-dosen diminta daftar ke situ, oleh sistemnya (SINTA) nanti di-harvest dan diindeks. Jika 20% dari dosen-dosen di Indonesia sudah pakai indeks sinta, maka scopus pasti akan diganti dengan sinta,” tutur Paulina yang juga hadir sebagai pembicara.

Menyikapi persoalan tersebut, Prof. Paulina mengatakan bahwa kehadiran teknologi setidaknya sudah mampu menjawab kebutuhan publikasi jurnal di bidang seni. Karya seni dan riset para seniman dapat dipublikasikan dalam bentuk foto maupun video. “Siapa yang lebih awal mempublikasikan karyanya maka ia yang akan ditetapkan sebagai pemilik hak cipta karya tersebut,” ujarnya. Oleh karena itu, ia menghimbau para dosen maupun seniman di Indonesia untuk mempublikasikan karya-karyanya sebelum diakui hak ciptanya oleh negara lain.

Kesempatan juga diberikan bagi para seniman yang ingin menyebarluaskan ilmunya di dunia pendidikan. Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Ali Ghufron yang juga hadir sebagai pembicara bincang akademik. “Masyarakat yang memiliki jiwa seni yang tinggi seperti halnya maestro namun tidak memiliki latar belakang pendidikan formal kesenian, dapat mewariskan ilmunya dengan menjadi dosen. Caranya adalah dengan terlebih dahulu memperoleh Nomor Induk Dosen,” ujarnya.

Sesi Penutup
Selain mengikuti bincang akademik, para peserta juga dapat berkeliling mengunjungi pameran riset dan seni di Galeri Soemardja FSRD ITB.  Rangkaian acara Pameran Riset dan Bincang Akademik ini ditutup dengan penyerahan souvenir oleh Dekan FSRD ITB, Dr. Imam Santosa, M. Sn. kepada seluruh pembicara dalam bincang akademik.

Deden Hendan Durahman, M. Sch., selaku Ketua panitia Pameran Seni dan Bincang Akademik, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut mensukseskan acara ini. “Persiapan acara bisa dikatakan serba cepat dan singkat. Saya senang akhirnya bisa berjalan dengan lancar dan baik,” pungkasnya.

Penulis: Jonatan Kevin Daniel (Teknik Kimia 2016)


scan for download