Mengenal Empat Wisudawan Terbaik di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB

Oleh Ahmad Fadil

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Bagi sebagian besar mahasiswa, lulus dengan predikat Cumlaude memang suatu hal yang diidam-idamkan. Predikat ini menjadi realita bagi R. Fiddin Yurizka F, Setianingsih, Maulana Ashari, dan Nabiel Luthfi Siddiq. Mereka berempat menjadi empat wisudawan terbaik di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB).  Perhelatan Wisuda pada 7 April 2018 pun menjadi hari berbahagia bagi keempat lulusan cemerlang ini.

R. Fiddin Yurizka Firdaus
Fiddin Yurizka Firdaus, atau biasa dipanggil Fiddin, keputusannya untuk merantau dari Ponorogo ke Bandung, akhirnya membuahkan hasil. Mahasiswa Jurusan Geodesi FITB ini mengaku, meraih gelar sarjana bukan hanya sekadar “asal lulus” tanpa dibarengi dengan usaha yang sungguh-sungguh. Seimbang dalam mengejar kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual merupakan kunci kesuksesannya dalam melenggang menjadi salah satu lulusan terbaik di Fakultas ini.

Mengatur waktu baginya, memang sebuah kesulitan yang harus dihadapi dengan mengetahui terlebih dahulu kemampuan dalam diri. Di barengi lewat perencanaan yang baik, masalah itu tentu dapat diatasi ujarnya.

Selain rajin mengikuti perkuliahan akademik di FITB, Fiddin pun memiliki passion di dunia bisnis. Terhitung sejak tahun 2017, mahasiswa kelahiran Ponorogo 3 Juni 1995 ini, berhasil merintis bisnis yang bergerak di bidang pemetaan daerah untuk keperluan konstruksi. Harapannya, bisnis ini dapat berkembang dan menginspirasi banyak mahasiswa ITB lainnya.

Setianingsih
Passion akan dunia bisnis tidak hanya dimiliki oleh Fiddin. Ditemui pula di Kampus Ganesha ITB, Setianingsih kelahiran Bantul 6 September 1995 menjadi lulusan terbaik Jurusan Meteorologi FITB.
          
Sifat pantang menyerah mungkin dapat menggambarkan karakter mahasiswi asal Bantul ini. Pada tahun pertama menjalani perkuliahan, Setianingsih sebenarnya ingin mempelajari ilmu geologi, namun kenyataan harus berkata lain. Persaingan ketat memaksanya harus menerima Jurusan Meteorologi sebagai program studi yang akan diembannya selama menduduki bangku di institut ternama di kota Bandung ini.

Ia mengaku, memang awalnya sangat sulit untuk legowo terhadap takdirnya tersebut. Meskipun begitu, Setianingsih tak pantang menyerah. Ia menganggap masalah apapun tidak bisa dijadikan kendala untuk menjalani tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar.

Turut aktif membantu di UPT Asrama ITB sebagai Tutor Mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (TPB), Setianingsih pun belajar untuk merelakan dan akhirnya berhasil berdiri dan meraih lulusan terbaik Jurusan Meteorologi di FITB pada Wisuda April ini.
         
Setelah lulus dari ITB, Setianingsih berkeinginan untuk melanjutkan bisnis keluarganya yang sedang vakum, yakni bisnis pembuatan gula jawa. Harapannya, bisnis ini dapat terus berkembang sehingga dapat mengenalkan khalayak internasional pada kuliner berbahan tradisional Indonesia ini.

Maulana Ashari
Maul, nama kecil dari Maulana Ashari, merantau ke Bandung atas minatnya yang tinggi pada Ilmu Geologi. Jurusan Geologi FITB ITB pun menjadi naungannya selama menjalani perkuliahannya di institut ini.

Berhasil meraih juara di berbagai macam lomba bidang pertambangan dan perminyakan, seperti Geology Student Competition di Tahun 2015, Maul berhasil membuktikan dirinya unggul secara akademik. Tidak hanya akademiknya yang cemerlang, lewat pergerakan di bidang sociopreneur, Maul juga sempat memimpin keorganisasian Asrama Bumi Ganesha pada periode 2016.

Selain kemampuannya memimpin Asrama Bumi Ganesha, Maul juga mampu menghidupi sejumlah karyawan dan juga ikut memberikan tempat tinggal bagi beberapa mahasiswa ITB yang tinggal di asrama. Kegiatan sosial Maul juga tak pernah absen pergerakannya di agenda bidang kemahasiswaan. Lewat Asrama Bumi Ganesha pula, kegiatan seperti sunatan massal dan mengajar masyarakat sekitar dilakukannya dengan baik.

Saat ditanya tentang kesulitan yang dihadapi selama menjalani padatnya perkuliahan di ITB, Maul menjawab membagi skala prioritas dan membuat jadwal kegiatan perhari itu sangat penting. Hal ini dilakukan agar tidak ada yang terbengkalai. Setiap hari semua kegiatan dijalaninya dengan seimbang.

Nabiel Luthfi Siddik, akrab dipanggil Nabiel, jurusan Oseanografi, lahir di Jakarta 14 Juli 1996. Saat ditanya mengenai perasaannya menjadi salah seorang lulusan terbaik di FITB, Nabiel mengaku senang bisa membuat orangtuanya ikut bangga. Meskipun secara pribadi, ia tidak pernah mengejar nilai. Baginya jika mengejar ilmu, maka nilai otomatis akan mengikutinya.

Seperti halnya wisudawan  terbaik lainnya, Nabiel juga turut aktif mengikuti beberapa organisasi di ITB. Organisasi yang ia ikuti salah satunya adalah unit nautika, atau unit selam. Pemuda kelahiran Jakarta ini juga aktif dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa Oseanografi (HMO).

Pada tahun pertama, Nabiel menjabat sebagai staf pengabdian masyarakat. Kemudian di tahun kedua ia menjabat sebagai Ketua Departemen Keilmuan. Nabiel cukup aktif di HMO dan pernah menjabat sebagai ketua Wisuda HMO pada April 2015.

Nabiel adalah seorang yang mempunyai minat yang tinggi  terhadap pendidikan. Banyak kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan  ia lakukan. Salah satunya adalah kegiatan AMI 2015,  ia bertindak sebagai ekspeditor diseminasi khusus yang dikirimkan ke Sulawesi Utara dan Sulawesi Barat. Saat ditanya mengenai hal ini, ia bahkan masih hafal kelima anak yang ia temui di sana.

Kegiatan informal yang biasa dilakukan Nabiel adalah mengajar di Sekolah Belajar, ia juga pernah mengunjungi  Rumah Cinta, salah satu rumah anak kanker di Cihampelas.

Dedikasinya yang tinggi dalam pendidikan dibuktikan nya dengan mendirikan perpustakaan di Pulau Sebira, yaitu pulau terjauh di Kepulauan Seribu, sekitar sepuluh jam dari Jakarta. Hal ini dia laksanakan melalui kuliah praktek selama satu pekan. Ia berkenalan dengan anak daerah setempat. Ia berhasil membuat perpustakaan di Pulau Sebira untuk anak-anak di sana dengan biaya yang ia dapatkan dari hasil donasi di Bandung dan Jakarta.

Inspirasi bagi mahasiswa lainnya
Gelar sarjana memang tidak salah memilih pundak. Keempat lulusan cemerlang dari FITB ini berhasil menyeimbangkan antara karir akademik, pembelajaran soft skill, serta ilmu spiritual. Semoga keempat  wisudawan terbaik dari FITB ini dapat menjadi inspirasi bagi rekan-rekan mahasiswa ITB, dan lainnnya.
 
Penulis:
Ariska Kamila Raihan (Teknik Material 2015) dan Moch Akbar Selamat (TPB SBM 2017)

scan for download