Seminar Dies ke-70 FMIPA ITB: Konsisten Mengabdikan Sains dan Matematika untuk Bangsa

Oleh Abdiel Jeremi W

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Dalam ITB, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) adalah kunci dari perkembangan ilmu teknik. Setiap inovasi baru dalam MIPA dapat memacu lahirnya teknologi yang lebih modern dan efektif. Hal inilah yang terus dilakukan oleh FMIPA ITB, sejak tahun 1947. Pada tahun ini, FMIPA ITB merayakan ulang tahun ke-70. Rangkaian perayaan dirgahayu tersebut meliputi Open House Bosscha pada Sabtu (11/11/17), Temu Alumni FMIPA ITB, Seminar, serta Pameran Karya. Pada Jumat (17/11/17),  FMIPA ITB menghelat Seminar bertajuk "Sains dan Matematika untuk Bangsa" di Aula Timur ITB. Seminar ini dihadiri oleh alumni, mahasiswa, bahkan para tokoh pionir FMIPA ITB.



Sebuah Kilas Balik

Sesi pertama seminar membahas tentang sejarah FMIPA ITB serta perkembangannya. Ini mencakup pendidikan sarjana, pascasarjana, riset FMIPA, serta berbagai harapan ke depan. Prof. Dr. Bambang Hidayat, Prof. Dr. M. Ansjar, Prof. Dr. Tjia May On, serta Prof. Dr. Sjamsul Arifin Achmad menjadi pembicara panel dalam sesi ini. Prof. Ansjar menceritakan secuplik sejarah FMIPA ITB yang patut diingat oleh para mahasiswa FMIPA kini. 70 tahun lalu, telah lahir Fakultet Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia (FIPIA UI) yang merupakan cikal bakal FMIPA ITB. Selanjutnya, sejarah mencatat bergabungnya FIPIA UI dengan Fakultet Teknik UI pada 1959. Mereka membentuk Departemen Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Institut Teknologi Bandung (DIPIA ITB), yang kini bernama FMIPA ITB. 


FIPIA UI adalah perguruan tinggi pertama di Indonesia yang dikhususkan untuk bidang sains. Ia merupakan rumah bagi keluarga besar pendidikan tinggi sains di Indonesia karena menaungi Sains Dasar, Sains Hayati, Sains Farmasi, dan Sains Kebumian. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan keilmuan Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Astronomi, Meteorologi, Geofisika, dan Geologi. Setelah melalui berbagai perubahan struktur organisasi dalam ITB, beberapa keilmuan kini membangun keluarga-keluarga sendiri dalam Sekolah Farmasi (SF), Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), dan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB). FMIPA ITB kini hanya dihuni oleh keilmuan Matematika, Fisika, Kimia, dan Astronomi.

Bersama Hadapi Tantangan Zaman

Sesi kedua dan ketiga dilaksanakan setelah istirahat di tengah hari. Pada sesi ini, para panelis membahas tantangan yang menanti FMIPA ITB dalam masa mendatang, yakni di Indonesia pada tahun 2045 (100 tahun Indonesia). Dr. Sri Nurdiati (Sekjen MIPA-NET) dan Prof. Dr. Umar Fauzi menjadi panelis dalam sesi ini. Kemudian, wawasan hadirin diperluas dengan pembahasan mengenai tantangan bagi FMIPA menurut pandangan non-MIPA pada sesi ketiga. Sesi ini mengundang Hari Tjahjono (Presiden Direktur Abyor International), Prof. Dr. Hasanuddin Z. Abidin (Kepala Badan Informasi Geospasial), serta Prof. Dr. Yasraf A. Piliang.

Selain mengkaji dinamika FMIPA, seminar ini juga membahas peran FMIPA untuk memasyaratkan sains, baik melalui pendidikan sains untuk anak-anak, maupun melalui program Magister Pengajaran. Panelis di sesi ini adalah para ahli yang telah mendedikasikan usahanya dalam memasyarakatkan sains, yakni Prof. Dr. Hendra Gunawan, Prof. Dr. Premana W. Premadi, Prof. Dr. Alexander A. Iskandar, serta Prof. Dr. Djulia Onggo. Mereka adalah pengajar pada program studi Matematika, Astronomi, Fisika, serta Kimia, secara berurutan. Paparan terakhir dibawakan oleh Prof. Dr. Djulia Onggo mengenai Magister Pengajaran Sains di FMIPA ITB. "Banyak yang sudah dilakukan oleh FMIPA dalam memasyarakatkan sains bagi bangsa. Namun, baru sekitar 0,1% guru yang telah menikmati atmosfer belajar di ITB. Ke depan diharapkan ada upaya lebih giat untuk melakukan promosi, pendekatan, dan berbagai upaya lainnya untuk meningkatkan jumlah guru yang mau belajar di ITB," ujar Prof. Djulia.

scan for download