Teknologi Pangan Menjadi Tema Sambutan Rektor di Upacara Wisuda Pertama ITB Tahun Akademik 2017/2018

Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT

Editor -


Seiring dengan pertumbuhan penduduk di dunia, juga Indonesia, maka kebutuhan akan pangan pun ikut meningkat. Sebagai kebutuhan pokok utama manusia, kebutuhan makanan (pangan) sangat erat kaitannya dengan ketersediaan sumber daya hayati yang pada ujungnya dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Pentingnya pangan, menjadikan negara Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar peringkat ke-4 di dunia, sangat memperhatikan Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan di Indonesia. Undang-undang No 18  Tahun 2012, tentang Pangan, telah diteken oleh Presiden RI periode masa itu, bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh UUD 1945. 

Sumber daya manusia unggul, yang mampu menciptakan inovasi dan memanfaatkan teknologi untuk ketersediaan pangan masa depan, sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya rawan pangan di tingkat nasional maupun internasional.Untuk mencetak insinyur-insinyur tersebut, Tahun 2016, Institut Teknologi Bandung membuka Program Studi Teknik Pangan dan Teknologi Pasca Panen. Lahirnya Insinyur pangan (Food Engineer), bersama-sama dengan para insinyur di bidang lain, didukung sumber daya alam yang melimpah dan beraneka ragam hayati yang dapat tumbuh di negeri kita tercinta ini, sepatutnya memberikan rasa optimis, bahwa bangsa Indonesia dapat meraih Ketahanan Pangan yang dicita-citakan.

Dalam rangka memperingati berdirinya FAO (Food and Agriculture Organization) of The United Nations, tanggal 16 Oktober ditetapkan sebagai Hari Pangan Sedunia. Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi DEA, pada Wisuda Pertama Tahun Akademik 2017/2018 Institut Teknologi Bandung yang digelar pada tanggal 19, 20, dan 21 Oktober 2017 di Gedung Sabuga, menyampaikan sambutan tentang Teknologi Pangan. Bahwa pengembangan dan penerapan teknologi pengolahan hasil panen dapat meningkatkan pemanfaatan dan ketahanan (umur simpan) produk panen tanpa mengurangi rasa, warna, tampilan serta kandungan gizi. Produk panen yang memiliki umur simpan lebih lama dapat dikirimkan dan disebarkan ke daerah-daerah yang lebih jauh atau bahkan diekspor ke luar negeri, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian petani.

Teknik-teknik modifikasi DNA (genetika) tanaman, melalui bioteknologi dan bioengineering ditingkatkan untuk memberikan varietas bibit unggul sehingga hasil panen dapat memiliki kadar nutrisi lebih tinggi, lebih tahan terhadap perusakan oleh serangga dan hama, lebih dapat disesuaikan tingkat kematangan dan lain sebagainya. Teknik pangan berperan penting dalam aspek penyediaan pangan termasuk hilirisasi agro. Pertama, melalui perancangan, pengembangan dan penerapan teknologi agar bahan pangan yang dihasilkan aman, bermutu, dan bergizi sesuai dengan keperluan. Kedua, melalui pengembangan dan komersialisasi aneka bahan pangan dan aditif-aditif pangan yang aman di konsumsi. Ketiga, melalui perancangan dan pengembangan diversifikasi bahan-bahan yang masih impor dengan memanfaatkan sumber daya domestik, seperti jagung, sagu, sukun, ganyong dan singkong. Keempat, melalui inovasi untuk pemurnian pangan, seperti pemanfaatan teknologi membran. Kelima, perancangan dan inovasi proses untuk memproduksi makanan yang aman konsumsi. Keenam, melalui pengembangan teknologi penyediaan pangan dari bahan bukan hasil pertanian dan perkebunan. 

Rektor ITB dalam sambutannya juga membacakan beberapa prestasi Institusi, mahasiswa dan tenaga kependidikan baik di Tingkat Nasional maupun Internasional. Institut Teknologi Bandung meraih penghargaan Widyapadhi, yaitu penghargaan yang diberikan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia kepada Perguruan Tinggi. Penghargaan Widyapadhi diberikan sebagai apresiasi atas prestasi dalam litbang, menjadi produk inovasi melalui penguatan kelembagaan, sumber daya, dan jaringan inovasi. Prestasi terbaru di tingkat dunia datang dari QS World University, ITB naik peringkat dari peringkat ke-86 di tahun sebelumnya, menjadi peringkat ke-65 di Asia.

Tak ada pertemuan tanpa perpisahan. Namun menjadi alumni ITB, bukan berarti selesainya hubungan antara wisudawan dengan ITB. Alumni layaknya seorang anak, perlu menjaga hubungan baik dengan ITB sebagai ‘orang tua’ kedua. Kadarsah mengatakan bahwa “Silahturahmi alumni dengan ITB akan terjalin selamanya, sepanjang masa”.


Hanif, Satria dan Grandprix Terpilih Mewakili Kata Perpisahan Wisudawan.


Dalam upacara wisuda Kamis (19/10/2017), wisudawan diberikan kesempatan untuk menyampaikan kata perpisahan. Perwakilan perpisahan dari wisudawan kali ini disampaikan oleh Muhamamad Hanif Affan Yusron (19/10/2017), wisudawan dari Program Studi Sarjana Meteorologi, Satria Adi Nugraha (21/10/2017), wisudawan dari Program Studi Sarjana Teknik Kelautan, dan Grandprix Thomryes Marth Kadha (20/10/2017), wisudawan dari Program Studi Doktor Kimia. 

Hanif yang pernah menjadi anggota Tim PKM, Program Kreativitas Mahasiswa, berharap apa yang sudah diperoleh di kampus dapat bermanfaat langsung bagi masyarakat sekitar. Hanif telah berhasil membuat prediksi ketersediaan air untuk tanaman jagung di Kabupaten Garut hingga petani dapat melakukan antisipasi bila terjadi kekurangan air. Bersama teman-temannya, Hanif juga berhasil menganalisis kerawanan longsor di Bandung Barat sebagai langkah mitigasi bencana.  Satria, wisudawan yang bulan Maret lalu menjadi delegasi pada Rome Model United Nations di Roma, Italia, dan bersama 9 mahasiswa lainnya berkesempatan mengunjungi salah satu markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berada di Kota Geneva, Swiss. Melalui kesempatan tersebut, Satria mempelajari suatu nilai penting yang dapat diimplementasikan pada setiap strata kehidupan, yakni kolaborasi. PBB sebagai sebuah organisasi internasional yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian dunia, merupakan kolaborasi dari sekitar 193 negara di dunia dengan perannya masing-masing untuk berkontribusi dalam mencapai tujuan bersama. Pada hari Jumat (20/10/2017),



Pada hari Jumat (20/10/2017), Grandprix, wisudawan Doktor dari Program Studi Kimia angkatan 2016, menyampaikan kata perpisahannya mewakili rekan-rekan wisudawan Doktor, Magister dan Program Profesi Insinyur.  Wisudawan yang juga meraih Rekor Muri sebagai Doktor termuda di Indonesia itu meyakini bahwa setiap orang memiliki pengalaman yang unik dan mengesankan selama menjalani studi pascasarjana. Dirinya bercerita, dibalik keberhasilannya mempublikasikan 7 artikel ilmiah terindeks Scopus, setelah 4 artikel pertama yang selalu sukses diterima dan terbit, membuat dirinya sempat meremehkan penulisan artikel ilmiah, sehingga suatu saat artikel kelima yang disubmit mendapat penolakan. “Melalui pengalaman ini saya belajar, bahwa kegagalan adalah bagian dari hidup. Jika kita tidak gagal, kita tidak belajar. Jika kita tidak belajar, kita tidak akan pernah menjadi pribadi yang lebih baik”  demikian ungkapnya.



Upacara Wisuda Pertama Tahun Akademik 2017/2018 ini berlangsung pada tanggal 19, 20 dan 21 Oktober 2017 dengan total wisudawan Program Sarjana sebanyak 1.477 orang, wisudawan Program Magister sebanyak 979 orang, wisudawan Program Doktor sebanyak 51 orang, dan wisudawan Program Profesi Insinyur sebanyak 3 orang. Wisudawan termuda dengan usia 19 tahun 10 bulan 1 hari adalah Gutani Tsalitsah Dahnil, dari Program Sarjana Teknik Perminyakan, sedangkan wisudawan Sarjana dengan IP tertinggi diraih oleh Akbar Nugroho Wicaksono dengan IP 3,89 dari Teknik Geologi FITB.  Tahun ini, 2017, merupakan tahun pertama bagi Institut Teknologi Bandung mencetak lulusan Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air, dan Program Profesi Insinyur, dan sebelumnya Sarjana Rekayasa Pertanian pada Wisuda Juli 2017./fns



scan for download