Ortubis, PKM Pemanfaatan Cornrice yang Memaksimalkan Kemampuan Penyandang Tuli Bisu

Oleh Abdiel Jeremi W

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id – Dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia, lebih dari sepuluh persen merupakan penyandang tuli bisu. Tuli bisu umumnya dialami sejak kecil oleh anak-anak yaitu sebelum memasuki usia sekolah. Mereka membutuhkan banyak pelatihan agar dapat berinteraksi dengan masyarakat lainnya melalui kemampuan tertentu serta bisnis yang mereka miliki. Namun, penyandang tuli bisu memiliki kelebihan, yakni kemampuan penglihatan yang baik.


Disabilitas bukan Batasan

Salah satu sekolah yang memfasilitasi pengembangan anak-anak penyandang tuli bisu di Bandung adalah Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cicendo. Penyandang tuli bisu yang sedang menjalani sekolah menengah atas cenderung menjadi pengangguran setelah lulus karena tidak diberikan kesempatan untuk bekerja di lingkungan masyarakat. Hal tersebut karena berbagai alasan seperti kemampuan yang kurang dalam mendengar dan berbicara. Untuk mengatasi hal tersebut, sekolah menyediakan ekstrakurikuler tata boga sebagai media pengembangan softskill agar memiliki pengetahuan diluar akademik.


Kegiatan tata boga dapat dilaksanakan karena penyandang tuli bisu memiliki penglihatan yang baik, sehingga memungkinkan untuk melakukan gerakan dalam mobilitas yang tinggi. Sayangnya, kegiatan tersebut tidak diiringi dengan program pengembangan kewirausahaan yang diperlukan sebagai bekal untuk mempromosikan hasil tata boga. Untuk itu, dibutuhkan sebuah program yang dapat membimbing anak-anak penyandang tuli bisu dalam memasak dan bagaimana memasarkan produk yang dibuat.


Saat Mahasiswa Mengintervensi 


Dengan latar belakang tersebut, lima mahasiswa dari berbagai jurusan di ITB membuat Ortubis (Olahan Cornrice Ala Penyandang Tuli Bisu). Karya ini diajukan sebagai Program Kreativitas Mahasiswa - Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) mereka. Peneliti Ortubis terdiri dari Ni Luh Putu Lilis (Teknik Industri 2014), M. Yusuf Febriyanto (Teknik Industri 2014), Ni Putu Amanda (Teknik Elektro 2014), Gede Aditya Pratama (Teknik Telekomunikasi 2015), dan Said Al Afghani (Matematika 2015). Program pengolahan cornrice (beras jagung) yang dikerjakan oleh penyandang tuli bisu ini dipilih karena kurangnya pelatihan-pelatihan khusus untuk penyandang tuli bisu, semisal pelatihan produksi dan kewirausahaan.


Tim Ortubis bekerja sama dengan SLB Negeri Cicendo Bandung untuk menjalankan program ini. Harapannya, dengan adanya Ortubis kemampuan dari penyandang tuli bisu dalam memasak berbagai jenis makanan dengan bahan baku beras jagung dapat meningkat. Maka, angka pengangguran lulusan SMA dari SLB Negeri Cicendo akan berkurang dan penyandang tuli bisu dapat memperoleh kesempatan belajar berwirausaha. Selain itu, Ortubis yang dilaksanakan dalam jangka panjang akan memunculkan individu-individu yang dapat memasak dan mengolah beras jagung dengan mahir dan nantinya dapat membantu penyediaan pembimbing memasak bagi penyandang tuli bisu terkait dengan sulitnya mencari tenaga kerja untuk SLB Negeri Cicendo.


Hasil produk dari Ortubis sendiri merupakan produk olahan beras jagung, misalnya Cornshi, yang merupakan sushi dengan bahan baku beras jagung. Beras jagung diharapkan dapat menjadi pengganti beras padi di masa mendatang, sebagai langkah untuk membantu diversifikasi pangan di Indonesia. Selain itu, kelebihan cornrice adalah ia dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes tanpa mengurangi nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. 

Penulis:
Silvi Absharina A. F. (SBM 2016)



scan for download