IPEXC ITB 2017 : Kembangkan Hidrokarbon Nonkonvensional

Oleh Aldy Kurnia Ramadhan

Editor -

Petroleum Energy Exhibition and Competition

Bandung, itb.ac.id – Indonesia merupakan salah satu negeri dengan jumlah penduduk yang besar. Selain penduduk yang banyak, Indonesia juga diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun benarkah Indonesia masih memiliki sumber daya migas yang melimpah? Salah satu rangkaian acara Indonesia ITB 2017 yang dilaksanakan di Aula Timur ITB pada Jumat (20/01/17) yaitu Energy Day : National Seminar and Exhibition with Badak LNG dengan tema “Towards Sustainable Energy Resources in Indonesia : Prospects and Challenges of Unconventional Oil and Gas” membahas mengenai potensi sumber daya energi nonkonvensional yang dimiliki oleh Indonesia. Seminar tersebut menghadirkan empat pembicara yaitu Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.Sc., M.A., Ph.D., Dr. Ir. Djoko SIswanto, M.B.A., Ir. Brahmantyo K. Gunawan, M.Eng., dan Prof. Ir. Doddy Abdassah, M.Sc., Ph.D.

Kembangkan Teknologi Migas Nonkonvensional

Sesi pertama seminar dimulai dengan pemaparan materi dari Ir. Brahmantyo K. Gunawan, M.Eng, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Eksplorasi Hidrokarbon Nonkonvensional di Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan bahwa sampai beberapa puluh tahun ke depan, energi fosil masih tetap akan diperlukan oleh Indonesia. Jika dibandingkan dengan kebutuhan nasional, tingkat produksi minyak bumi konvensional sangat jauh lebih rendah. Selain itu, tren kebutuhan bahan bakar makin tahun makin meningkat sementara tren produksi minyak bumi Indonesia tiap tahun kian menurun. Oleh karena itu, hingga saat ini Indonesia masih mengandalkan impor minyak bumi dari negara lain demi memenuhi kebutuhan domestik akan bahan bakar. Salah satu solusi untuk mengatasi problema tersebut adalah dengan melakukan eksplorasi atau pencarian dan eksploitasi hidrokarbon nonkonvensional. Saat ini, teknologi eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon nonkonvensional sudah berkembang terbukti dengan berhasilnya Amerika Serikat mengeksploitasi sumber-sumber migas nonkonvensionalnya dan merubah statusnya dari negara importir migas menjadi negara eksportir migas yang mengakibatkan kelebihan supply migas dunia.


Sesi seminar kedua dilanjutkan dengan pemaparan materi dari dosen Teknik Perminyakan ITB Prof. Ir. Doddy Abdassah, M.Sc., Ph.D. Beliau menjelaskan bahwa sesuai dengan ramalan ahli geologi Amerika Seerikat King Hubert, masa puncak minyak bumi konvensional telah kita lewati di awal tahun 2000an. Saat ini eksplorasi minyak bumi tidak pernah lagi menemukan lapangan raksasa (>500 juta barel) sejak beberapa tahun belakangan. Oleh karena itu, sudah saatnya kita beralih untuk mencari dan memanfaatkan sumber daya hidrokarbon nonkonvensional. Perbedaan mendasar antara hidrokarbon konvensional dan nonkonvensional adalah bahwa tidak seperti hidrokarbon konvensional yang terbentuk di batuan sumber dan bermigrasi ke batuan penyimpan (reservoir), hidrokarbon nonkonvensional terbentuk dan tersimpan di batuan yang sama. Oleh karena itu, hidrokarbon nonkonvensional tidak memerlukan struktur perangkap layaknya hidrokarbon konvensional. Selain itu, hidrokarbon nonkonvensional terperangkap pada batuan dengan porositas dan permeabilitas yang sangat rendah sehingga membutuhkan teknologi tinggi untuk mengeksploitasinya.

Teknologi Ramah Lingkungan
Sesi seminar ketiga diisi dengan pemaparan materi oleh Dr. Ir. Djoko SIswanto, M.B.A., yang saat ini menjabat sebagai Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Direktorat Jendral Minyak dan Gas Kementrian ESDM. Beliau memaparkan bahwasanya terdapat beberapa masalah lingkungan yang harus tetap diperhatikan dalam kegiatan eksploitasi migas nonkonvensional. Beberapa masalah tersebut antara lain pemanasan global, pencemaran lingkungan perairan dan daratan karena air limbah, kontaminasi air bawah permukaan, dan beberapa permasalahan lingkungan lainnya. Oleh karena itu, selain mengembangkan teknologi untuk eksploitasi migas nonkonvensional, kita juga seyogyanya berusaha untuk mengembangkan teknologi yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan diatas.


Seminar sesi terakhir diisi oleh Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.Sc., M.A., Ph.D., dosen Teknik Perminyakan ITB yang pernah menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun 2001-2004 dan 2004-2009. Beliau menyampaikan bahwa selama ini pengembangan migas nonkonvensional cukup terhambat karena butuh modal finansial yang besar untuk melakukan eksplorasi migas nonkonvensional. Oleh karena itu, pemerintah harus menawarkan kemudahan dan jenis kontrak yang  menarik agar para investor terkatik untuk melakukan usaha pengembangan migas nonkonvensional di Indonesia.  

Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi


scan for download