Tim ITB Buat Pemetaan Banjir Bandung Selatan

Oleh Yasmin Aruni

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Banjir tahunan kembali melanda daerah Bandung Selatan. Tidak tanggung-tanggung, banjir tahun ini dinyatakan sebagai banjir terparah dalam 10 tahun terakhir. Hal ini tercerminkan dari jatuhnya korban jiwa dan semakin meluasnya area yang terkena banjir. Tak dinyana, fenomena tahunan ini membutuhkan pengkajian dan dilakukan pengumpulan data untuk tanggap darurat banjir tahunan, dan mengantisipasi risiko bencana. Untuk melanjutkan pemetaan yang sudah dilakukan pada tahun sebelumnya, tim dari Kelompok Keahlian Sains Atmosfer Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (KKSA FITB ITB) membuat peta genangan banjir Bandung Selatan.

"Tujuan utamanya adalah untuk evakuasi warga dan akses bantuan logistik, tutur Edi R. Riawan, S.Si, M.T. selaku koordinator tim yang merupakan dosen Meteorologi ITB, saat diwawancara pada Minggu (27/03/16). Edi menjelaskan bahwa pemetaan genangan banjir terbagi menjadi dua jenis. Cara pertama dengan mengandalkan laporan dari masyarakat lewat foto dan titik koordinar pelapor. Informasi ini dapat segera dipakai untuk tanggap darurat. Pelapor merupakan warga yang sudah dilatih oleh tim ITB dan komunitas pendukung seperti Garda Caah, sehingga obyek foto difokuskan pada jalan berlatar dinding atau tiang listrik, dengan maksud agar tim dapat memperkirakan ketinggian genangan air untuk kemudian disampaikan ke komunitas atau relawan.

Cara kedua adalah dengan menurunkan tim untuk suvei di lokasi secara berkala sejak akhir 2014, setelah banjir hari pertama. Setiap tim yang berjumlah minimal dua orang, menyisir lokasi genangan dengan sepeda motor. Selanjutnya, tim memotret kondisi banjir dan mengirimkan koordinat lokasi ke petugas administrasi lewat surat elektronik.

Proses pemetaan ini tidak berlangsung dalam waktu singkat, melainkan secara bertahap. Pemetaan diawali pada akhir tahun 2014, kemudian dilanjutkan pada tahun 2015 dan Maret 2016 di daerah yang belum terpetakan. Tim ITB melakukan pemetaan dengan menggunakan alat survei berupa ponsel pintar dan aplikasi Orux Map. Selain melakukan pemetaan, Tim ITB juga melatih komunitas warga korban banjir untuk terlilbat. "Kekurangan dari skema ini, pelapor belum bisa ikut memberikan informasi banjir yang cepat dan akurat karena mereka juga warga terdampak," tutur Edi. "Harapannya suatu hari nanti data ini bisa diceritakan dan bisa mengambil keputusan yang lebih baik untuk para pemangku kepentingan dan engineer," lanjutnya.

sumber: nasional.tempo.co


scan for download