Prof. Sri Widiyantoro, Ph.D: Ahli Seismologi Pertama Indonesia Raih Sarwono Award 2014

Oleh Teguh Yassi Akasyah

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Pendidikan mengenai bumi merupakan ilmu yang sangat patut untuk dikembangkan. Hal ini didorong karena banyaknya berbagai gejala alam yang masih belum dapat diprediksi secara tepat oleh ilmuan, seperti gempa bumi. Saat ini, ilmu terkait gempa bumi sangat gencar untuk dikuasai oleh setiap negara, tak terkecuali Indonesia. Sebagai negara yang secara geologis berada pada pusat tumpukan lempeng, Indonesia dapat dikatakan mempunyai tatanan tektonik yang komplek dari arah zona tumbukan antar lempeng. Kondisi ini mendorong perlunya pengembangan ilmu gempa bumi atau seismologi untuk tepat diterapkan di Indonesia.

Sebagai Guru Besar pertama bidang seismologi, Prof. Dr. Sri Widiyantoro, Ph.D (Dosen Teknik Geofisika ITB) berhasil mendapatkan penghargaan Sarwono Award XIII dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sarwono Award sendiri merupakan penghargaan bergengsi yang diberikan kepada seorang ilmuwan yang memiliki prestasi ilmiah, serta dedikasi tinggi dalam bidangnya untuk pengembangan lebih lanjut, baik dalam tingkat nasional atau internasional. Pria yang saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) ITB tersebut menerima penghargaan Sarwono Award pada Senin (25/08/14) dalam puncak acara Hari Ulang Tahun LIPI yang ke-47.

Berkiprah Untuk Seismologi Dunia

Prof. Sri telah menekuni bidang seismologi semenjak menduduki pendidikan sarjana di ITB pada tahun 1981 dengan mengambil jurusan Geofisika dan Meteorologi. Melalui pendidikan ini, Prof. Sri mendapatkan perkenalan secara langsung mengenai pentingnya riset gempa bumi untuk Indonesia yang merupakan salah satu zona tektonik paling aktif di dunia dan teknologi eksplorasi seumber daya alam yang banyak terkandung di buminya. Hal inilah yang mendorong Prof. Sri untuk melanjutkan pendidikannya hingga meraih gelar profesor.

Setelah melakukan penelitian di bidang seismologi, Prof. Sri yang saat ini dikenal sebagai Guru Besar untuk FTTM ITB tersebut telah mengkiprahkan dirinya untuk dunia. Dalam penelitiannya mengenai pemodelan tomografi seismik mantel bumi dalam dimensi ketiga, berhasil meraih predikat sebagai ahli seismologi yang diakui oleh dunia. Hasil pencitraan yang ditunggu tersebut berhasil diselesaikan oleh Prof. Sri dalam waktu yang singkat. Keberhasilan ini membawa nama Prof. Sri untuk mempresentasikan karyanya di berbagai institusi internasional. Profesor Maruyama dari Tokyo Institute of Technology pernah berpendapat mengenai Prof. Sri bahwa, "Indonesia should be proud to have a young leading world scientist in tomography."

Riset mengenai teknik pencitraan tomografi pada awalnya diterapkan di bidang kedokteran, tentu saja untuk melihat anatomi tubuh manusia. Konsep ini telah diterapkan mulai dari Computerized Tomographic (CT) Scanning hingga teknologi terkini, Magnetic Resonance Imaging (MRI). Ternyata, konsep serupa juga dapat diterapkan untuk memindai isi bumi kita dengan menggunakan data gelombang seismik yang dibangkitkan saat gempa bumi terjadi. Riset di bidang tersebut membuat Prof. Sri mendapatkan kesempatan untuk mempublikasikan karyanya di berbagai jurnal internasional terkemuka, seperti Nature, Science, dan Journal of Geophysical Research. Berdasarkan data Scopus per tanggal 7 Agustus 2014, publikasi Prof. Sri di bidang tersebut telah tersebar sejumlah 2.385. Riset ini juga turut membawa nama Prof. Sri untuk meraih berbagai penghargaan internasional maupun nasional.

Selain untuk dunia, Prof. Sri juga kerap berperan aktif sebagai seismolog yang menangai masalah nasional. Model tomografi yang diteliti bermanfaat dalam membantu usaha mitigasi bencana, khususnya peristiwa gempa dan tsunami yang pernah dialami Indonesia. Terkait hasl tersebut, Prof. Sri bersama dengan timnya telah menerapkan teknik pencitraan tomografi tersebut dengan memanfaatkan data gempa Indonesia. Selain itu, dalam bidang ekplorasi energy terbarukan, penelitian tersebut juga diterapkan untuk mendapatkan pencitraan struktur di lapangan geotermal Indonesia. Saat ini, melalui Pusat Penelitian Mitigasi Bencana di ITB telah bekerja sama untuk membuat peta hazard gempa yang digunakan sebagai SNI.

Tekat Tinggi Untuk Kinerja Maksimal

Prof. Sri, pria kelahiran Karanganyar, Solo 5 Desember 1962 telah memperoleh penghargaan internasional telah ia dapatkan sejak 1996. Penghargaan tersebut adalah The Doornbos Memorial Prize (Internasional Union of Geodesy and Geophysics). Penghargaan terakhirnya, ia peroleh pada tahun 2012 sebagai Dosen Peneliti Berprestasi Bidang Sains dari Rektor ITB. Prestasi ini tidaklah muncul tanpa adanya kerja keras yang dimiliki oleh Prof. Sri. "Keyakinan seseorang untuk mewujudkan impiannya tentu tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, saya selalu diingatkan untuk melakukan segala sesuatu bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk persembahan kepada Sang Pemberi talenta," tutur Prof. Sri.

Saat ini, penerima penghargaan Habibie Award pada tahun 2007 tersebut sedang melakukan penelitian lain untuk berfokus dalam bidang mitigasi gempa dan tsunami Indonesia seperti yang dijelaskan di atas. Hal yang mendorong Prof. Sri adalah karya mitigasi Jepang yang dinilai sangat melindungi rakyatnya pada tsunami yang lalu. "Indonesia perlu mengembangkan pertahanan khusus, untuk itu kami sedang berjuang mewujudkan hal tersebut. Semata-mata untuk kemajuan Indonesia," tambah Prof. Sri.

 

Sumber Gambar: fttm.itb.ac.id dan www.iagfupnyk.or.id.


scan for download