Sutan Hidayatsyah, Ir. M.SP.: Membangun Sekaligus Mencerdaskan

Oleh Ahmad Furqan Hala

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Indonesia adalah negara berkembang yang sedang giat-giatnya membangun infrastruktur untuk rakyat. Sebagai negara dengan ratusan juta penduduk, pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas yang memadai bagi seluruh lapisan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Saat ini pemerintah Indonesia tengah berupaya untuk melaksanakannya melalui pembangunan berbagai infrastruktur baru, seperti pemukiman penduduk, pasar modern, jalan raya, waduk, dan lainnya. Giatnya pembangunan di Indonesia pun menarik perhatian salah satu dosen ITB dari kelompok keahlian Perumahan dan Pemukiman, yaitu Sutan Hidayatsyah, Ir. M.SP.
Harus Mantapkan Planning
Sutan Hidayatsyah adalah seorang alumni Arsitektur ITB Angkatan 1968. Ia mengungkapkan bahwa pembangunan di Indonesia sudah berjalan dengan luar biasa pesat. Namun, Sutan menilai bahwa pembangunan di tanah air kurang diimbangi dengan perencanaan (planning) yang matang. Rencana pembangunan di daerah-daerah tertentu tidak direncanakan secara matang terkait tata kota, letak strategis, dan prospek ke depannya. Alhasil, terjadi tumpang tindih fungsi satu bangunan dengan bangunan di sekitarnya. Padahal, seharusnya ada penataan kota yang benar-benar terencana. Berkaca kepada negara-negara maju, pembangunan daerah perkotaan sudah tertata dengan sangat rapi. Planning yang mantap dalam penetapan fungsi infrastruktur-infrastruktur di suatu blok atau kawasan menjadi kunci dari rapinya tata kota tersebut. Belajar dari sanalah, menurut Sutan, pemerintah Indonesia harus menyiapkan master plan mantap yang wajib diikuti dengan seksama oleh para developer.

Di Indonesia, masyarakat dapat menemukan suatu kasus di mana terdapat dua pusat perbelanjaan megah yang berjarak  tidak jauh sama sekali (masih dalam satu kawasan). Sutan menyampaikan contoh ini sebagai bentuk dari bad planning. Seharusnya, ada penataan khusus, sehingga lokasi perbelanjaan tidak menumpuk di satu kawasan dan lebih menyebar agar menjangkau masyarakat luas. Begitu pula pemukiman warga, pemerintah daerah harus memiliki master plan sebagai acuan bagi para developer. Memang, angka kebutuhan akan rumah di Indonesia sangat tinggi dan sebanding dengan angka pertumbuhan penduduknya. Namun, tetap harus ada kontrol sehingga tidak ada overlapping pemenuhan kebutuhan pemukiman dengan sarana-prasarana lain seperti taman kota, sekolah, pasar, dan sebagainya.

Sutan menegaskan bahwa planning ini sangat diperlukan agar pembangunan dapat terus dilakukan di masa mendatang tanpa perlu merombak apa yang sudah ada. Salah satu contoh yang disebutkan adalah jalur penyediaan air bersih. Jika sudah ada perencanaan yang sedemikian rupa matangnya, maka pembangunan pemukiman di daerah tersebut tidak akan menghadapi masalah penyediaan air bersih.

Harus Bisa Mencerdaskan
Pembangunan infrastruktur terutama pemukiman, menurut Sutan, acap kali hanya mengedepankan sisi letak yang strategis dan harga yang terjangkau. Padahal, menurutnya sudah saatnya developer mengutamakan sisi fasilitas yang mendukung kemandirian masyarakat. Namun bagaimana langkah yang sebaiknya dilakukan? Sutan pun mempunyai jawabannya.

Developer harus mengenal potensi apa yang dimiliki oleh masyarakat dan fasilitas apa yang dibutuhkan guna menggali potensi yang dimiliki daerah tersebut. Jika masyarakat membutuhkan sarana pendidikan di lokasi pembangunan, maka developer harus tanggap dan berinisiatif menyediakan sarana tersebut. Di area pemukiman warga fasilitas pendidikan seperti taman bermain anak-anak, PAUD, dan sekolah formal memang dibutuhkan agar lokasi pendidikan tidak sulit dijangkau.

Sebagai dosen yang mengajar di mata kuliah Real Estate, Sutan terus berupaya membuka wawasan mahasiswa untuk dapat menemukan cara-cara menarik dalam mewujudkan pembangunan yang dapat sekaligus mencerdaskan masyarakat. Sebagai tugas dari mata kuliah tersebut, peserta didiknya diminta untuk mengobservasi pasar tradisional dan menemukan ide-ide kreatif yang sekaligus dapat membangun pedagang di sana. Sutan mendapatkan inspirasi untuk menugaskan proyek ini setelah bertemu dengan seorang pedagang yang sudah tiga puluh tahun berjualan cabe. Selama itu, pedagang tersebut masih tetap saja berjualan cabe dan tidak terlihat kemajuan yang signifikan padanya.

Menurut pria kelahiran Kota Gadang, Sumatera Barat, ini, seharusnya pedagang di pasar tradisional dapat meningkatkan peranannya dalam perdagangan dari tahun ke tahun. Jika awalnya hanya menjual produk tertentu, selanjutnya pedagang harus belajar untuk memproduksinya. Jika awalnya hanya dapat mengimpor barang untuk dijual, pedagang harus bisa mengekspor produk dalam negeri di masa mendatang. Untuk itu, dibutuhkan pelatihan keterampilan kepada pedagang-pedagang di pasar tradisional. Pemerintah sebagai pengayom masyarakat diharapkan dapat memberi dukungan dengan memfasilitasi pendidikan bagi mereka. Sehingga, tidak ada pedagang yang menghabiskan seumur hidupnya di pasar tanpa mengalami peningkatan kesejahteraan hidup.

Sutan percaya bahwa sudah saatnya pembangunan Indonesia juga dapat menjadi salah satu sarana pencerdasan bangsa. Tidak hanya bangunan secara fisik, pemerintah bersama developer harus bekerja sama dalam membangun kekuatan negeri dengan potensi yang dimiliki oleh anak-anak bangsa. Selain itu, sarjana-sarjana lulusan ITB juga diharapkan tidak hanya jago dalam merencanakan pembangunan secara matematis dan fisis, namun juga secara sosial dan ekonomi. "Pembangunan tidak hanya mengenai membuat yang tidak ada menjadi ada namun juga menjadikan yang tidak bisa menjadi bisa dan mengubah si miskin menjadi kaya," ujar Sutan.

Oleh: Mega Liani Putri (ITB Journalist Apprentice 2013)

scan for download