Tim ITB Berikan Gagasan tentang Penataan Ruang Kota Jakarta

Oleh Medhira Handinidevi

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Penataan ruang kota Jakarta merupakan suatu masalah yang kompleks dan membutuhkan beragam inovasi. Januari lalu tim ITB diumumkan masuk ke dalam 10 besar tim yang telah lolos seleksi tahap pertama Sayembara Gagasan Jakarta Green Metropolis 2050. Hasil dari tahap ini berupa pembuatan rencana konsep untuk wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak-Cianjur (Jabodetabekpunjur).  Tim ITB yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa dari berbagai program studi berhasil mengalahkan pesaingnya yang berasal dari profesional-profesional di bidang arsitek dan penataan ruang dan mengamankan posisinya bersama pakar-pakar yang sudah berpengalaman seperti tim asal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Sayembara ini bertujuan untuk memberikan masukan penting terhadap implementasi Rencana Tata Ruang Jakarta dan penataan ruang kawasan Jabodetabekpunjur. Diadakan oleh dinas Pekerjaan Umum dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sayembara ini adalah suatu cara untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kota. Ajang ini merupakan kanalisasi terhadap ide-ide baru yang inovatif terkait pembangunan berkelanjutan yang telah menjadi isu besar baik di Indonesia dan di dunia.

Green Metropolis

Konsep Green Metropolis yang diusung dalam sayembara ini mengacu pada konsep yang dimiliki oleh David Owen (2009). Ia menggambarkan Green Metropolis sebagai sebuah kawasan perkotaan yang kompak, hemat energy, tidak bergantung kepada kendaraan pribadi, memiliki bangunan ramah lingkungan, dan ruang terbuka hijau yang memadai. Konsep ini diharapkan akan menjadi pendekatan komprehensif sebagai dasar dalam menyelesaikan masalah perkotaan yang tengah dihadapi kota-kota besar seperti Jakarta.

Kota Jakarta sering disebut sebagai kota metropolitan. Tanpa kita sadari, ternyata kata metropolitan tidak sesuai jika diberikan kepada Jakarta. Metropolitan mengacu pada suatu kawasan aglomerasi perkotaan, sedangkan Jakarta adalah sebuah kota yang berkembang dengan pesat dan akhirnya menimbulkan dampak kepada kota-kota di sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kota-kota ini sering disebut sebagai kota satelit. Jakarta sebagai pusat dari kawasan perkotaan ini disebut sebagai metropolis, berasal dari kata"meter" berarti ibu dan "polis" yang berarti kota. Dengan demikian konsep green metropolis ini dimaksudkan untuk mewujudkan Jakarta sebagai pusat kawasan perkotaan yang berkelanjutan dengan mengimplementasikan konsep green tersebut diatas.

Mimpi Besar untuk Jakarta

Gagasan yang dibawa tim ITB dalam sayembara ini adalah compact city. Ide besar yang dimiliki tim ini adalah bagaimana menyebar pergerakan penduduk agar tidak terkonsentrasi ke Jakarta saja. Peran kota satelit sangat penting untuk memecah arus pergerakan yang saat ini hanya bergerak ke dalam Jakarta. Dengan konsep green metropolis, maka pergerakan penduduk harus diminimalisir agar mencapai tingakt efektif dan efisien yang optimal. "Salah satu hal yang kita soroti adalah banyaknya komuter, terlalu banyak pergerakan sehingga tidak efisien. Semuanya tertarik ke Jakarta," papar Prianka Adi Iradathi (Teknik Industri 2009), salah satu anggota tim.

Untuk mewujudkan mimpi tersebut gagasan yang dibawa terbagi ke dalam bidang-bidang, yaitu transportasi, energi, persampahan, limbah, banjir, dan kebencanaan.  Bidang-bidang tersebut memiliki isu-isu penting yang harus diselesaikan. Untuk itu, tim ini menggagaskan sebuah lembaga koordinasi yang bertanggungjawab atas persoalan-persoalan yang terjadi di Jabodetabekpunjur.

Dalam bidang transportasi, tim ITB berpendapat bahwa yang terpenting adalah membuat pergerakan penduduk menjadi sehemat mungkin. Untuk mengefisiensikan pergerakan ini maka dibutuhkan suatu solusi transportasi yang dilakukan dengan memaksimalkan kembali fungsi transportasi massal. Dibutuhkan suatu sistem baru yang membuat penduduk mau menggunakan transportasi massal.

Selain itu, gagasan segar yang dibawa dalam tim ini adalah mengembalikan Sungai Ciliwung sebagai ikon Jakarta. "Kita harus membuat Jakarta menjadi kota yang ramah air. Jakarta itu terletak di suatu cekungan yang dilewati 13 sungai, kita harus membuat masyarakat mencintai siungai-sungai ini," ujar Naufal Rospriandana (Teknik Geologi 2008). Dengan membenahi pola pikir masyarakat dalam memperlakukan sungai, diharapkan fungsi sungai sebagai penyedia air baku dan sebagai sarana trasnportasi dapat dikembalikan. "Pembangunan infrastruktur tak akan ada artinya jika tidak dibarengi pencerdasan masyarakat," tegas Naufal.

Saat diwawancarai tim kantor berita, tim menjelaskan bahwa mereka berangkat dari mimpi-mimpi tentang Jakarta yang mereka tuangkan ke dalam rencana konsep ini. "Jakarta seharusnya bukan tempat orang kaya yang memakai kendaraan mewah, tapi tempat orang-orang yang nyaman berjalan kaki dan menggunakan transportasi massal," kata Prianka. Selain itu naufal juga menjelaskan,"Masyarakat bukanlah objek pembangunan. Pemerintah sebagai pembawa kebijakan harus melibatkan masyarakat dalam memutuskan sesuatu."

 

Profil Tim

Tim yang diketuai oleh Ganesha Mangkoesoebroto (Arsitektur 2008) ini terdiri dari 8 orang. Aranti Adriarani (Teknik Lingkungan 2009), Prianka Adi Iradati (Teknik Industi 2009), Adhamaski Pangeran (Perencaan Wilayah dan Kota 2008), Naufal Rospriananda (Teknik Geologi 2008), Aliftama (Teknik Geologi 2008), Taufik Nur Cahyo (Teknik Geologi 2008) dan Zuhdi Allam (Arsitektur 2006) adalah anggota-anggota tim yang berhasil mengalahkan 78 pesaing lainnya. Walaupun hanya beranggotakan mahasiswa, namun tim dengan anggota termuda ini mampu menarik perhatian para juri yang terdiri dari para profesional di bidang perencanaan kota, arsitektur dan transportasi.


scan for download