Kenal Lebih Dekat Gedung Laboratorium Pengujian Doping Pertama Indonesia

Oleh Hafshah Najma Ashrawi

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - ITB kini boleh berbangga menyandang titel pionir unggulan ilmu, sains, dan teknologi. Pasalnya, Laboratorium Uji Doping pertama di Indonesia kini berdiri tegak di lingkungan kampus ITB Ganesha. Bangunan seluas 3.876 m2 tersebut dibangun berdasarkan arahan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Republik Indonesia, Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI), dan World Anti Doping Agency (WADA) dalam rangka meningkatkan peran serta dan kemampuan para atlet untuk bersaing di tingkat internasional. Dengan waktu pembangunan dari Agustus 2012 sampai dengan Februari 2013, Laboratorium Pengujian Doping cukup menarik perhatian mahasiswa ataupun masyarakat meskipun belum sepenuhnya dapat dioperasikan.

Terpilihnya ITB sebagai pelaksana teknis pembangunan Laboratorium Uji Doping tersebut memang bukan tanpa alasan. ITB dinilai memenuhi tiga hal utama syarat pendirian Laboratorium Uji Doping. "Memiliki sumber daya manusia di bidang pengujian doping, terdapat jaminan pengembangan teknologi, dan adanya riset yang mendukung kepakaran. Ketiga hal tersebut dipenuhi oleh ITB sehingga dipilihlah ITB sebagai pelaksana teknis Laboratorium Uji Doping," ujar Prof. Dr. Wawan Gunawan A. Kadir, MS selaku Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi.

Berada di bawah pengawasan langsung Sekolah Farmasi ITB selaku koordinator pembangunan, tidak menjadikan hanya alumni program studi farmasi ITB yang memiliki kesempatan bekerja di Laboratorium Uji Doping ITB. ITB memiliki berbagai program studi yang berkaitan dengan Uji Doping seperti Teknik Kimia, Kimia, serta Biomedik. Ketersediaan sumber daya manusia ITB dinilai sangat memadai dalam bidang pengujian obat, toksikologi analisis, laboratorium klinik, sport science dan bidang lain yang relevan.  

Pada dasarnya, Laboratorium Uji Doping merupakan laboratorium kimia analitik dengan kegiatan utama melakukan pengujian sampel cairan biologis terkait kegiatan olah raga. Tetapi fungsi dari Laboratorium Uji Doping ITB ini tentu harapannya tidak sebatas mengetahui informasi apakah seorang atlet menggunakan zat-zat yang masuk dalam prohibited list yang dikeluarkan oleh WADA atau tidak. Laboratorium Uji Doping ITB juga dapat digunakan untuk kegiatan analisis dengan tujuan medis atau diagnostik serta kegiatan forensik dengan persyaratan tertentu yang dikeluarkan oleh WADA," Lebih jauh lagi, semoga dapat dikembangkan seperti melakukan Tes Narkotika untuk mahasiswa/i ITB," tutur Dr. Ir. Sigit Darmawan selaku Ketua Harian Komite Laboratorium Uji Doping kepada Kantor Berita ITB. Direncanakan pula bahwa khusus untuk Laboratorium Uji Doping yang didirikan di Indonesia, akan turut digunakan sebagai pusat edukasi dan pelatihan untuk berbagai pihak terkait kegiatan pengawasan doping.

Dibangun di dalam lingkungan kawasan ITB, Gedung Laboratorium  Uji Doping ITB memiliki keunikan tersendiri yaitu merupakan satu-satunya gedung di ITB sampai saat ini yang memiliki parkir basement. Gedung berlantai lima termasuk basement tersebut dibangun di atas lahan yang dulunya merupakan tempat parkir dosen/karyawan ITB sebelah selatan Gedung Kuliah Umum (GKU) Timur ITB-Ganesha. Syarat membangun gedung di dalam kawasan ITB adalah salah satunya tidak mengurangi lahan parkir yang ada, hal tersebut mendasari dibuatnya tempat parkir basement di dasar Gedung Laboratorium Uji Doping ITB. "Pembangunan Laboratorium Uji Doping ini tidak mengurangi bahkan menambah tempat parkir yang ada di ITB. Dari awalnya terdapat sekitar 40 -an tempat parkir menjadi total 52 tempat parkir," ujar Wawan Gunawan.

Targetkan Akreditasi Internasional

Untuk target pengoperasian, Wawan menyebutkan bahwa jika paling cepat tahun 2013 pengadaan peralatan laboratorium sudah disediakan maka secepatnya Laboratorium Uji Doping tersebut akan dioperasikan, setelahnya akan dilakukan pengajuan akreditasi kepada WADA. Target jumlah sampel yang akan diuji sekitar 3000 sampel per tahun yang merupakan sampel dari berbagai atlet olahraga event daerah ataupun nasional. Selain atlet nasional, Laboratorium Uji Doping ITB juga dimungkinkan menguji sampel internasional. Harga per sampel sebelumnya ketika Indonesia masih menggunakan jasa Laboratorium Uji Doping luar negeri adalah sekitar $300 (2,9 juta rupiah). "Dengan didirikannya Laboratorium Uji Doping ini diharapkan Indonesia bisa lebih mandiri. Pemerintah juga dapat melakukan penghematan dana karena tentunya harga pengujian di Laboratorium Uji Doping negeri sendiri lebih murah dan hasilnya lebih cepat dikeluarkan. Semuanya tanpa mengabaikan kualitas karena Laboratorium Uji Doping ITB juga berencana dapatkan akreditasi internasional WADA," ujar Sigit Darmawan.

Dengan didirikannya Laboratorium Uji Doping ini, Wawan mengatakan bahwa Indonesia memang memberikan perhatian untuk bidang olahraga, mendukung atlet Indonesia agar bebas dari doping dan mampu bersaing sampai tingkat antar bangsa. Selain itu ITB juga diharapkan mampu mengembangkan sains dan teknologi untuk mendukung pengujian doping sehingga berkembang kepakaran atau expertise yang dimiliki ITB. "Tak hanya kalangan peneliti dan dosen ITB yang berpartisipasi, semoga nantinya mahasiswa/i ITB tertarik mengembangkan teknologi di bidang doping, berbagai lembaga-lembaga lain juga kami harapkan dukungannya untuk mendukung riset yang dilakukan oleh ITB," ujar Wawan mengakhiri wawancara.


scan for download