Rektor ITB: Sarjana Ipteks Harus Miliki Karakter yang Baik

Oleh Neli Syahida

Editor -

BANDUNG, itb.ac.id - Pada Sidang Terbuka ITB dalam rangka Wisuda Kedua 2011/2012 yang dilaksanakan pada Sabtu (14/04/12), Rektor ITB, Prof. Dr. Akhmaloka, menyampaikan pidato mengenai hubungan antara Ipteks, etika, serta pendidikan karakter. Hal yang disampaikan tersebut sangat erat kaitannya dengan pendidikan di perguruan tinggi, khususnya ITB yang bergerak di bidang Ipteks.

Ipteks merupakan wujud kemajuan peradaban manusia, namun seringkali kemajuan Ipteks menimbulkan dampak pada manusia dan masyarakat, baik positif maupun negatif. Fakta-fakta seperti kehadiran mesin akibat Revolusi industri atau penciptaan senjata pemusnah massal akibat kemajuan Ipteks memunculkan pertanyaan mengenai aspek etika dari Ipteks.

Lebih lanjut lagi, Akhmaloka menyampaikan bahwa bagaimana Ipteks berkembang dan memiliki pengaruh pada masyarakat ditentukan oleh sikap dan perilaku para sarjana. Oleh karena itu, selain kompetensi, seorang sarjana ipteks juga membutuhkan karakter yang baik. Pengembangan pendidikan karakter di lembaga menjadi penting untuk merespons tiga isu.

Pertama, makin signifikannya isu keberlanjutan lingkungan yang merupakan sebuah ancaman bagi generasi masa depan. Gagasan eco-technology dikembangkan untuk menjawab pertanyaan etika tersebut. Kedua, isu demokrasi, yaitu apakah Ipteks dikembangkan dengan cara yang akuntabel bagi dan oleh publik serta bagaimana nilai sosial dan kepentingan publik menjadi bagian yang terpadu dalam penyusunan agenda dan kebijakan pengembangan ipteks.

Hal yang terakhir adalah kehidupan yang bebas korupsi. Bagi sarjana Ipteks, sesuatu dikatakan korupsi jika ia menggunakan Ipteks hanya untuk kepentingannya sendiri dan mengabaikan timbulnya ancaman bagi kehidupan publik. Padahal, Ipteks diamanahkan pada sarjana ipteks untuk kebaikan umat manusia.

Peran Perguruan Tinggi dalam Membangun Karakter Mahasiswa

Melalui pendidikan karakter, diharapkan sarjana Ipteks memahami serta menjadikan prinsip etika sebagai panduan untuk kehidupan praktis di masyarakat. Salah satu faktor pembentuk karakter seseorang adalah faktor lingkungan. Oleh karena itu, di sinilah perguruan tinggi berperan, sebagai penyedia iklim yang memberikan stimulus untuk perkembangan karakter yang baik.

"Walaupun agama, etika, dan pengetahuan kewarganegaraan telah menjadi kurikulum pendidikan tinggi, namun sistem dan proses pembelajarannya masih perlu dikembangkan agar sarjana yang dihasilkan tidak hanya memahami etika, namun juga memiliki kepekaan nurani praktis," ujarnya.

Para dosen juga perlu memberikan keteladanan untuk pengembangan karakter mahasiswa. Selain itu, dosen juga dituntut untuk membimbing mahasiswa dalam latihan untuk meningkatkan kepekaan praktis yang memerlukan interaksi dengan masyarakat di luar kampus.

"Kemajuan bangsa yang tidak diiringi dengan penguatan karakter dan pengembangan spiritualitas bangsa bisa menimbulkan disorientasi dan kehilangan arah. Arah yang seharusnya adalah pengembangan Ipteks secara sadar dan sistemik ditujukan untuk kebaikan umat manusia. Oleh karena itu, kita harus mampu mensinerjikan Ipteks, etika, dan karakter sebagai kekuatan untuk menjawab segala tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," tutur Akhmaloka.


scan for download